
ANGKA perokok aktif di Indonesia terus menunjukkan tren meningkat, termasuk di kalangan anak dan remaja.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 oleh Kementerian Kesehatan RI, jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang. Dari jumlah tersebut, 7,4% merupakan anak dan remaja berusia 10 hingga 18 tahun – sebuah lonceng peringatan akan urgensi pengendalian tembakau sejak usia dini.
Menyikapi situasi tersebut, Jalin Foundation meluncurkan kampanye RAW (Resilient, Awesome, Wise), sebuah gerakan pemasaran sosial yang dirancang untuk mendorong perubahan perilaku di kalangan remaja laki-laki.
Kampanye ini berfokus pada upaya pencegahan inisiasi merokok serta mendukung mereka yang ingin berhenti merokok melalui pendekatan yang kreatif, partisipatif, dan berbasis aspirasi remaja.
Direktur Eksekutif Jalin Foundation Dian Rosdiana menekankan pentingnya melibatkan remaja secara aktif dalam merancang strategi kampanye.
“Strategi pengendalian tembakau yang efektif harus melibatkan suara mereka. RAW hadir bukan hanya untuk menyampaikan pesan, tetapi juga untuk memberikan ruang bagi remaja laki-laki berekspresi dan merasa didengar,” ujarnya dalam sesi talkshow peluncuran kampanye.
Menurut survei Jalin Foundation, pada 2024, usia rata-rata remaja mulai merokok adalah 13 tahun.
Sebanyak 12% remaja laki-laki usia 12–19 tahun merupakan perokok aktif, sementara 24% menggunakan rokok elektronik.
Meski demikian, ada harapan 22% dari mereka pernah mencoba berhenti merokok dan bertahan setidaknya satu bulan, walaupun sebagian besar (45%) kembali merokok dalam waktu kurang dari sebulan. Faktor terbesar yang membuat mereka kembali merokok adalah pengaruh pertemanan (32%).
Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa fokus kampanye pengendalian tembakau memang seharusnya diarahkan pada kelompok remaja laki-laki.
“Kelompok ini sangat penting dalam konteks bonus demografi. Kita harus menciptakan lingkungan dan sistem yang membuat mereka tidak tertarik untuk mencoba rokok sejak awal, dan membantu mereka yang sudah merokok untuk tidak berlanjut menjadi perokok dewasa,” tegasnya.
Nadia menambahkan, salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan angka prevalensi merokok pada remaja laki-laki adalah menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok di sekolah dan fasilitas publik, pembatasan usia dalam pembelian rokok, dan pelarangan iklan rokok di media sosial.
RAW hadir sebagai wadah aman dan positif untuk remaja laki-laki membangun kepercayaan diri melalui berbagai kegiatan kreatif, seperti interaksi di media sosial, nongkrong sehat, dan aktivitas fisik bersama.
Dukungan dari orangtua dan guru juga dilibatkan agar tercipta ekosistem yang mendorong gaya hidup sehat dan bebas rokok.
Dian berharap kampanye ini bisa mengurangi tekanan sosial, memperkuat ketahanan psikologis remaja, serta meningkatkan akses terhadap layanan dukungan berhenti merokok.
“RAW bukan sekadar kampanye. Ini adalah gerakan bersama untuk melindungi generasi muda kita,” tutupnya. (Z-1)