Job Fair Bekasi Ricuh, Menaker: Kami akan Evaluasi!

1 day ago 8
 Kami akan Evaluasi! Ilustrasi.(MI/Susanto)

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menegaskan akan mengevaluasi  penyelenggaraan bursa kerja atau jobfair di Tanah Air. Hal ini merespons atas ricuhnya pelaksanaan Job Fair Bekasi Pasti Kerja 2025 yang digelar Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi di President University Convention Center Jababeka, Cikarang, Selasa (27/5).

Kegiatan tersebut diikuti 25 ribu pencari kerja dengan hanya 2.517 lowongan kerja yang tersedia. Video di media sosial memperlihatkan suasana yang tidak kondusif dalam acara tersebut.

"Kalau ada kasus job fair, tentu kita berharap ke depan bisa lebih baik dan ini juga menjadi bahan evaluasi kami," ujar Menaker di Jakarta, Rabu (28/5).

Pihaknya akan melakukan koordinasi kepada dinas-dinas ketenagakerjaan provinsi untuk melakukan pembinaan, agar penyelenggaraan job fair di daerah-daerah bisa berjalan kondusif. 

"Kami akan berkoordinasi dengan dinas ketenagakerjaan provinsi untuk melakukan pembinaan," ucapnya. 

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan job fair, Menaker mengaku
melakukan roadshow ke kawasan industri dan kawasan ekonomi guna memetakan kebutuhan tenaga kerja. Selain itu, pihaknya juga menjalin koordinasi dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), serta Kementerian Investasi untuk menghimpun data dan informasi lowongan pekerjaan secara komprehensif.

"Kami menyadari perlu upaya yang lebih keras untuk menghimpun seluruh informasi terkait lowongan kerja. Ini adalah pekerjaan rumah yang cukup menantang," kata Yassierli.

Dalam rangka memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, Kemnaker telah menggelar
job fair pada 22–23 Mei 2025, yang menawarkan sebanyak 52.476 lowongan kerja dan menarik sekitar 20.000 pencari kerja dari berbagai daerah. 

Yassierli berharap agar pelaksanaan job fair di masa mendatang dapat semakin optimal. 

“Kami berharap pelaksanaan job fair ke depan bisa lebih baik dan benar-benar membantu para pencari kerja mendapatkan peluang yang lebih luas,” tutupnya.

Secara terpisah, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama berpendapat kericuhan Job Fair Bekasi menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dengan lapangan kerja yang tersedia.

Dia menyoroti sejak semester II 2024, gelombang penutupan pabrik di sektor industri manufaktur padat karya telah terjadi. Kondisi ini diperburuk oleh efisiensi belanja negara pada tahun 2025.

"Ini secara langsung berdampak pada menyusutnya peluang kerja," kata Riza.

Untuk mendorong perusahaan membuka lebih banyak peluang usaha, Riza menekankan perlu ada peningkatan produktivitas disertai dengan investasi. Hal itu dapat terwujud jika ada permintaan barang dan jasa yang dipengaruhi oleh daya beli yang tinggi. 

Sementara itu, untuk menciptakan lapangan kerja baru, pemerintah perlu melakukan akselerasi hilirisasi industri terutama di sektor usaha yang menyerap banyak tenaga kerja. Dus, terus memperbaiki ekosistem usaha dan bisnis agar investor mau berinvestasi di tengah ketidakpastian yang tinggi di tingkat global. (H-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |