
DOKTER Spesialis Anak Hanna Dyahferi Anomsari mengungkapkan gangguan autisme dapat ditandai dari kekurangan kemampuan bersosialisasi hingga perilaku yang berulang atau repetitif.
"Autisme adalah gangguan neurodevelopmental dengan ciri khas yakni kekurangan kemampuan bersosialisasi dan keterbatasan ketertarikan dan
ada kebiasaan perilaku yang mengulang atau repetitif," ujar Hanna, dikutip Senin (21/4).
Menurut Hanna, yang merupakan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, tingkat pendidikan orangtua menjadi salah satu faktor penting untuk membantu mendeteksi atau menyadari gangguan yang dialami buah hati.
Dia mengatakan semakin dini autisme dideteksi, intervensi yang dilakukan dapat semakin maksimal sehingga mampu menekan gangguan
dalam perkembangan anak.
Lebih lanjut, dia menjelaskan gejala autisme memang bervariasi. Terdapat beberapa ciri yang bisa menjadi tanda, di antaranya saat anak
berusia 12 bulan, tidak merespons saat dipanggil.
"Apakah memang ada sesuatu gangguan pendengaran atau hal lain," katanya.
Kemudian di usia anak 14 bulan, dia tidak dapat menunjuk juga menjadi poin penting karena mayoritas pasien autisme kesulitan menunjuk, bermain pura-pura, dan lainnya.
Selain itu, tidak ada kontak mata saat berbicara dengan anak, menjadi salah satu ciri.
"Sehingga kalau diajak bicara seperti tidak menghiraukan, merespons orangtua," katanya.
Anggota IDAI ini juga mengungkapkan, anak dengan gangguan autisme juga kerap mengalami keterlambatan bicara serta tidak memahami kata yang diarahkan untuk diulangi.
"Misalnya mengatakan ayam, dia tidak mengerti apa itu ayam," lanjutnya.
Kesulitan menjawab pertanyaan dengan benar juga menjadi tanda lain, hingga memilih makanan.
Ia pun menyarankan bagi orangtua yang merasa ada gangguan tertentu pada buah hati agar melakukan skrinning sehingga dapat memberikan perlakuan atau cara menghadapi anak dengan tepat. (Ant/Z-1)