
TIM Tenis Putri Indonesia lolos degradasi kualifikasi zona 1 Asia/Oceania Piala Billie Jean King Junior yang berakhir Sabtu (17/5) di Shymkent, Kazakhstan.
Pada ajang perebutan lambang supremasi tenis beregu putri yang dulu berlabel Piala Fed itu, Indonesia menempati peringkat ke-13 dari 16 peserta yang tampil.
Di ajang itu, Indonesia yang mengirimkan tiga petenis mudanya, yakni Quirena Trea Assyifa, Khansa Putri Raga, dan Calista Rosiana berada di grup dua bersama Jepang, Taiwan, dan Malaysia.
Pada babak round robin, tim Merah Putih gagal mencatat kemenangan dalam tiga pertandingan tersebut. Pada pertandingan perdana, tim yang dikapteni Irawati Moerid itu kalah 0-3 dari Jepang.
Kekalahan serupa dialami saat menghadapi Taiwan dengan skor 0-3. Selanjutnya menelan kekalahan tipis dari negeri tetangga, Malaysia dengan skor 1-2.
Kekalahan tersebut membuat tim nasional Merah Putih terlempar dari perebutan peringkat delapan besar.
Pada perebutan posisi berikutnya, mereka kembali menelan kekalahan, kali ini dari tim Hong Kong dengan skor 0-3.
Namun, pada penentuan peringkat 13 dan 14, Indonesia berhasil menaklukkan Filipina 2-1 dan Iran dengan skor sama 2-1 sehingga berada di peringkat ke-13.
"Alhamdulillah tim nasional putri berhasil lolos degredasi," ujar Ira, demikian panggilan akrab Irawati Moerid, Senin (19/5).
Ira, yang pernah menjadi bagian dari Piala Federasi Indonesia mulai di Melbourne pada 1998 hingga Fed Cup di Jepang 1999 itu, mengakui petenis muda Indonesia ketinggalan dari negara Asia bahkan Asia Tenggara.
Ketertinggalan ini terjadi lantaran petenis junior Indonesia minim mengikuti turing event internasional, terutama di permukaan lapangan tanah liat (clay court, lapangan yang dipakai pada ajang ini) seperti peserta dari negara lainnya. Mereka minimal mengikuti tiga turnamen internasional di lapangan tanah liat.
"Kita butuh touring karena pemain-pemain kita rata-rata belum memiliki pengalaman yang cukup di clay court," ungkapnya.
Ia pun menyayangkan hilangnya 18 lapangan clay court di Gelora Bung Karno sehingga kemampuan petenis nasional sangat minim bermain di permukaan lapangan jenis itu.
Mengingat hal itu, lanjut Ira, tidak mengherankan bila timnas 16 putri Indonesia harus mengakui keunggulan Malaysia, yang selama ini kualitas pemainnya masih di bawah Indonesia.
"Kita ketinggalan jauh dalam hal pemerataan dan pelapis antargenerasi," tutur Ira, skuad tim beregu putri yang sukses meraih medali perak beregu dan perunggu ganda putri pada Asian Games Beijing 1990 ini.
Ira pun mengakui adanya perubahan besar dalam perkembangan tenis di mana Taiwan yang sebelumnya dianggap sebelah mata secara mengejutkan di final mampu menaklukkan Australia dengan skor 2-0.
Melihat perubahan yang terjadi, PB Pelti harus lebih serius mempersiapkan pemain nasionalnya.
"PB Pelti berusaha keras untuk konsisten mengirim pemain junior di event Billie Jean King maupun Davis Cup. Kelompok umur 12, 14, dan 16 tahun putra-putri akan dikirim dalam kejuaraan ini," tutur Ira.
Petenis top Indonesia seperti Yayuk Basuki, Wynne Prakusya, dan Romana Tedjakusuma telah menjadi bagian penting dari tim Piala Billie Jean King Indonesia. Indonesia pernah berjaya menembus babak perempat final zona dunia. (I-3)