Hindari Riya: Tips Ampuh Jaga Hati!

5 hours ago 1
 Tips Ampuh Jaga Hati! ilustrasi gambar tentang buku menghindari riya(Media Indonesia)

Dalam kehidupan modern yang serba terbuka, menjaga hati dari penyakit riya menjadi tantangan tersendiri. Riya, atau pamer, adalah perbuatan memperlihatkan amal ibadah atau kebaikan dengan tujuan mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain, bukan karena Allah SWT. Perilaku ini dapat merusak nilai ibadah dan menjauhkan diri dari keberkahan. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara-cara efektif menghindari riya agar hati tetap bersih dan ikhlas dalam beramal.

Memahami Hakikat Riya dan Dampaknya

Riya bukan sekadar tindakan pamer, melainkan penyakit hati yang sangat berbahaya. Ia menggerogoti keikhlasan dan merusak niat baik dalam beribadah. Dampak riya sangat merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Bagi pelaku riya, amal ibadahnya menjadi sia-sia di sisi Allah SWT. Pahala yang seharusnya didapatkan justru hilang karena niat yang salah. Selain itu, riya juga dapat menimbulkan sifat sombong, ujub (bangga diri), dan takabur (merasa lebih baik dari orang lain). Sifat-sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT dan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam neraka.

Bagi orang lain, riya dapat menimbulkan perasaan iri, dengki, dan rendah diri. Ketika seseorang terus-menerus memamerkan kebaikan atau pencapaiannya, orang lain mungkin merasa minder dan tidak termotivasi untuk berbuat baik. Bahkan, riya juga dapat memicu konflik dan permusuhan antar individu atau kelompok. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahaya riya dan berusaha sekuat tenaga untuk menghindarinya.

Menata Niat: Kunci Utama Menghindari Riya

Kunci utama untuk menghindari riya adalah dengan menata niat sebelum melakukan segala sesuatu. Niat adalah fondasi dari setiap amal ibadah. Jika niatnya benar, yaitu ikhlas karena Allah SWT, maka amal ibadah tersebut akan bernilai di sisi-Nya. Sebaliknya, jika niatnya salah, yaitu untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain, maka amal ibadah tersebut akan sia-sia.

Oleh karena itu, sebelum melakukan apapun, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan niat kita. Tanyakan pada diri sendiri, Mengapa saya melakukan ini? Apakah saya melakukannya karena Allah SWT atau karena ingin dipuji orang lain? Jika jawabannya adalah karena Allah SWT, maka lanjutkanlah. Namun, jika jawabannya adalah karena ingin dipuji orang lain, maka segera luruskan niat tersebut. Ingatlah bahwa Allah SWT Maha Mengetahui segala isi hati. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari-Nya.

Selain itu, penting juga untuk selalu memperbarui niat kita setiap saat. Terkadang, niat kita bisa berubah seiring berjalannya waktu. Awalnya, kita mungkin berniat ikhlas karena Allah SWT, tetapi kemudian, karena godaan setan, niat kita bisa bergeser menjadi ingin dipuji orang lain. Oleh karena itu, selalu waspadalah dan periksalah niat kita secara berkala.

Menyembunyikan Amal Kebaikan: Lebih Utama daripada Menampakkannya

Salah satu cara efektif untuk menghindari riya adalah dengan menyembunyikan amal kebaikan kita. Dalam Islam, menyembunyikan amal kebaikan lebih utama daripada menampakkannya. Hal ini karena menyembunyikan amal kebaikan dapat membantu kita menjaga keikhlasan dan menghindari godaan riya. Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, yang kaya hati, yang jika hadir tidak dikenal, dan jika tidak hadir tidak dicari. (HR. Muslim)

Tentu saja, bukan berarti kita tidak boleh menampakkan amal kebaikan sama sekali. Ada beberapa kondisi di mana menampakkan amal kebaikan diperbolehkan, bahkan dianjurkan. Misalnya, ketika menampakkan amal kebaikan dapat menjadi contoh atau motivasi bagi orang lain untuk berbuat baik. Atau, ketika menampakkan amal kebaikan dapat membantu kita menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran.

Namun, dalam kondisi seperti ini, kita harus tetap berhati-hati dan menjaga niat kita agar tidak terjerumus ke dalam riya. Pastikan bahwa tujuan kita menampakkan amal kebaikan adalah untuk menyebarkan kebaikan dan membantu orang lain, bukan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain.

Berpikir Panjang tentang Akibat Riya di Akhirat

Salah satu cara ampuh untuk menjauhi riya adalah dengan selalu mengingat akibat buruknya di akhirat kelak. Bayangkan, amal ibadah yang kita lakukan dengan susah payah di dunia ini, ternyata tidak bernilai sedikit pun di hadapan Allah SWT karena tercampur dengan riya. Betapa rugi dan menyesalnya kita pada saat itu.

Ingatlah bahwa Allah SWT tidak menerima amal ibadah kecuali yang ikhlas karena-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman, Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang melakukan suatu amal karena-Ku, lalu dia menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku berlepas diri darinya dan amalnya itu untuk sekutunya. (HR. Muslim)

Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan bahaya riya. Riya dapat menghancurkan seluruh amal ibadah kita dan menjerumuskan kita ke dalam neraka. Selalu ingatlah akhirat dan siksa Allah SWT agar kita senantiasa berhati-hati dalam beramal dan menjaga keikhlasan hati.

Mawas Diri dan Memohon Pertolongan Allah SWT

Menghindari riya bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kesadaran diri yang tinggi, keikhlasan yang kuat, dan pertolongan dari Allah SWT. Oleh karena itu, selalu mawas diri dan introspeksi diri. Periksalah hati kita secara berkala. Apakah ada niat-niat yang tersembunyi selain karena Allah SWT? Apakah kita merasa bangga atau sombong ketika melakukan amal kebaikan?

Jika kita menemukan adanya bibit-bibit riya dalam hati kita, segera beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Mohonlah kepada-Nya agar membersihkan hati kita dari segala penyakit hati dan memberikan kita kekuatan untuk ikhlas dalam beramal. Jangan pernah merasa cukup dengan amal ibadah yang telah kita lakukan. Teruslah berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadah kita dan menjaga keikhlasan hati.

Selain itu, jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah SWT agar dijauhkan dari sifat riya. Doa adalah senjata orang mukmin. Dengan berdoa, kita menunjukkan bahwa kita lemah dan membutuhkan pertolongan Allah SWT. Mintalah kepada-Nya agar memberikan kita hidayah dan taufik agar kita senantiasa berada di jalan yang lurus dan diridhai-Nya.

Lingkungan yang Mendukung: Mencari Teman yang Saleh

Lingkungan pergaulan memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku dan akhlak kita. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang saleh dan taat beragama, maka kita akan termotivasi untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk. Sebaliknya, jika kita bergaul dengan orang-orang yang gemar bermaksiat dan melalaikan agama, maka kita akan terpengaruh untuk melakukan hal yang sama.

Oleh karena itu, pilihlah teman-teman yang saleh dan dapat mengingatkan kita ketika kita melakukan kesalahan. Carilah teman-teman yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kita, yaitu untuk meraih ridha Allah SWT. Bersama-sama, saling mengingatkan dan saling menyemangati dalam beribadah dan berbuat baik. Hindari bergaul dengan orang-orang yang suka pamer atau membanggakan diri, karena hal itu dapat menular kepada kita.

Selain itu, manfaatkan media sosial secara bijak. Hindari mengikuti akun-akun yang sering memamerkan kekayaan atau gaya hidup mewah, karena hal itu dapat menimbulkan perasaan iri dan dengki dalam hati kita. Sebaliknya, ikutilah akun-akun yang bermanfaat dan dapat memberikan inspirasi positif bagi kita.

Konsisten dalam Beramal: Istiqamah Lebih Baik daripada Seribu Karomah

Konsisten dalam beramal, atau istiqamah, adalah salah satu kunci keberhasilan dalam meraih ridha Allah SWT. Istiqamah berarti terus-menerus melakukan amal kebaikan, meskipun sedikit, tanpa terputus-putus. Istiqamah lebih baik daripada seribu karomah. Karomah adalah kejadian luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang saleh. Namun, karomah bukanlah tujuan utama dalam beribadah. Tujuan utama kita adalah untuk meraih ridha Allah SWT, dan istiqamah adalah salah satu cara untuk mencapainya.

Oleh karena itu, jangan pernah merasa bosan atau lelah dalam beramal. Teruslah bersemangat untuk melakukan kebaikan, meskipun hanya sedikit. Ingatlah bahwa Allah SWT lebih menyukai amal yang sedikit tetapi dilakukan secara terus-menerus, daripada amal yang banyak tetapi dilakukan hanya sekali-sekali. Rasulullah SAW bersabda, Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sedikit. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam menjaga keistiqamahan, kita perlu memiliki target yang jelas dan realistis. Jangan memaksakan diri untuk melakukan amal yang terlalu berat, karena hal itu dapat membuat kita cepat merasa lelah dan akhirnya berhenti. Mulailah dengan amal-amal yang ringan dan mudah dilakukan, kemudian tingkatkan secara bertahap seiring berjalannya waktu. Misalnya, jika kita ingin membaca Al-Qur'an setiap hari, mulailah dengan membaca satu halaman saja, kemudian tingkatkan menjadi dua halaman, tiga halaman, dan seterusnya.

Evaluasi Diri Secara Berkala: Muhasabah Diri

Evaluasi diri secara berkala, atau muhasabah diri, adalah proses introspeksi diri untuk menilai kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri kita. Muhasabah diri sangat penting untuk dilakukan agar kita dapat terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Dalam muhasabah diri, kita perlu mengevaluasi segala aspek kehidupan kita, mulai dari hubungan kita dengan Allah SWT, hubungan kita dengan sesama manusia, hingga hubungan kita dengan diri sendiri.

Dalam konteks menghindari riya, muhasabah diri dapat membantu kita untuk mengidentifikasi bibit-bibit riya yang mungkin ada dalam hati kita. Tanyakan pada diri sendiri, Apakah saya melakukan amal ibadah ini karena Allah SWT atau karena ingin dipuji orang lain? Apakah saya merasa bangga atau sombong ketika melakukan amal kebaikan? Apakah saya merasa iri atau dengki ketika melihat orang lain melakukan amal kebaikan?

Jika kita menemukan adanya bibit-bibit riya dalam hati kita, segera beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Mohonlah kepada-Nya agar membersihkan hati kita dari segala penyakit hati dan memberikan kita kekuatan untuk ikhlas dalam beramal. Selain itu, buatlah rencana perbaikan diri untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita. Misalnya, jika kita sering merasa bangga atau sombong ketika melakukan amal kebaikan, maka berusahalah untuk lebih rendah hati dan tawadhu.

Muhasabah diri sebaiknya dilakukan secara rutin, misalnya setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan. Dengan melakukan muhasabah diri secara rutin, kita dapat terus memantau perkembangan diri kita dan mencegah agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan riya.

Bersyukur atas Nikmat Allah SWT: Menjauhkan Diri dari Kesombongan

Bersyukur atas nikmat Allah SWT adalah salah satu cara efektif untuk menjauhkan diri dari kesombongan dan riya. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu harta, jabatan, ilmu, maupun amal ibadah, adalah pemberian dari Allah SWT, maka kita tidak akan merasa bangga atau sombong. Kita akan menyadari bahwa kita hanyalah hamba yang lemah dan tidak memiliki daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah SWT.

Oleh karena itu, biasakanlah diri untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita. Ucapkanlah hamdalah (Alhamdulillah) setiap kali kita mendapatkan nikmat, baik itu nikmat yang besar maupun nikmat yang kecil. Ingatlah bahwa Allah SWT akan menambah nikmat-Nya kepada orang-orang yang bersyukur, dan akan memberikan azab yang pedih kepada orang-orang yang kufur.

Selain itu, jangan pernah membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Fokuslah pada kelebihan yang kita miliki dan gunakanlah kelebihan tersebut untuk berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain. Jangan iri atau dengki terhadap kelebihan yang dimiliki orang lain, karena hal itu dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan akhirnya menjerumuskan kita ke dalam perbuatan riya.

Dengan selalu bersyukur atas nikmat Allah SWT, kita akan senantiasa merasa rendah hati dan tawadhu. Kita akan menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah amanah dari Allah SWT yang harus kita jaga dan gunakan sebaik-baiknya. Dengan demikian, kita akan terhindar dari sifat sombong dan riya, dan hati kita akan senantiasa bersih dan ikhlas dalam beramal.

Dengan mengamalkan tips-tips di atas, diharapkan kita dapat menjaga hati dari penyakit riya dan senantiasa ikhlas dalam beramal. Ingatlah bahwa keikhlasan adalah kunci utama untuk meraih ridha Allah SWT dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |