Hamas Ajukan Proposal Gencatan Senjata Baru, Tawarkan Pembebasan Sandera ke Israel

4 hours ago 1
Hamas Ajukan Proposal Gencatan Senjata Baru, Tawarkan Pembebasan Sandera ke Israel Hamas mengusulkan gencatan senjata selama 60 hari dengan imbalan pembebasan sembilan sandera dan bantuan kemanusiaan ke Gaza.(Media Sosial X)

KETEGANGAN kembali memuncak di Gaza setelah Hamas mengajukan proposal gencatan senjata terbaru yang mencakup pembebasan sandera. Di tengah perundingan yang dimediasi Qatar dan Amerika Serikat, militer Israel justru melancarkan operasi militer besar-besaran ke wilayah tersebut, meningkatkan kekhawatiran atas krisis kemanusiaan yang memburuk.

Dalam proposal yang disampaikan kepada mediator, Hamas menawarkan pembebasan sembilan sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata selama 60 hari serta pembebasan tahanan Palestina oleh Israel. Meski begitu, hingga saat ini Israel belum memberikan tanggapan resmi terhadap usulan tersebut.

Sebelum perundingan terbaru dimulai pada Sabtu (waktu setempat) di Doha, pemerintah Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan menarik pasukan dari Gaza maupun menyetujui penghentian perang secara permanen. Hal ini disampaikan menjelang dimulainya operasi militer baru bertajuk Operation Gideon's Chariots oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Serangan Udara Tewaskan Ratusan Warga Gaza

Sejak Kamis, gelombang serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 300 orang, termasuk lebih dari 200 korban jiwa di wilayah utara Gaza dalam kurun 48 jam terakhir. Serangan ini juga menghantam rumah sakit dan kamp pengungsi, memperburuk kondisi masyarakat sipil yang telah lama terdampak konflik.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 53.000 warga Palestina telah tewas sejak perang dimulai, termasuk 3.000 lebih korban sejak Maret 2025. Sementara itu, IDF menyatakan telah menargetkan lebih dari 150 lokasi yang diklaim sebagai fasilitas milik Hamas dalam 24 jam terakhir.

Negosiasi Damai: Bantuan Kemanusiaan Jadi Tuntutan

Putaran negosiasi terbaru antara Hamas dan Israel difokuskan pada pengembalian protokol kemanusiaan, termasuk pengiriman 400 truk bantuan per hari serta evakuasi pasien medis dari Gaza. Di sisi lain, Israel menuntut bukti kehidupan serta data rinci mengenai sandera yang masih ditahan oleh Hamas.

Namun, laporan BBC menyebut bahwa kesepakatan ini belum mencakup komitmen dari Israel untuk menghentikan perang atau menarik pasukannya dari wilayah Gaza.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya menyatakan bahwa negaranya tengah mempersiapkan invasi darat berskala besar ke Gaza untuk “menghancurkan” Hamas. Ia menegaskan bahwa operasi ini tidak akan dimulai hingga kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah berakhir pada Jumat lalu.

Krisis Kemanusiaan di Gaza Kian Memburuk

Seiring meningkatnya serangan militer, kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memprihatinkan. Lembaga bantuan internasional melaporkan bahwa pasokan makanan dan bantuan medis telah diblokir selama lebih dari 10 minggu, menyebabkan jutaan warga Gaza berada di ambang kelaparan.

Komisioner Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, mengutuk operasi militer terbaru Israel dan menyebut bahwa "kekejaman mulai menjadi hal yang normal". Ia mempertanyakan berapa banyak lagi warga Palestina yang harus kehilangan nyawa akibat serangan, kelaparan, dan kurangnya akses medis.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, dan Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani turut menyerukan gencatan senjata permanen. Pemerintah Jerman memperingatkan bahwa serangan terbaru dapat memperburuk krisis kemanusiaan dan membahayakan nasib para sandera.

Dampak Langsung ke Masyarakat Sipil

Warga Gaza terus menghadapi penderitaan berat akibat konflik yang tiada henti. Seorang jurnalis lokal, Ghada Al Qurd, menggambarkan kondisi di Gaza sebagai "menakutkan dan mengerikan", dengan suara ledakan, serangan udara, dan drone terdengar hampir setiap waktu.

Ia juga menyoroti bahwa banyak keluarga hanya mampu makan sekali sehari. “Mereka menggunakan makanan sebagai senjata,” ujarnya.

Sementara itu, dokter asal Inggris yang bekerja di Rumah Sakit Nasser, Victoria Rose, menyatakan bahwa tim medis kelelahan dan anak-anak pasien menunjukkan gejala malnutrisi parah. "Banyak anak kehilangan gigi, kurus, dan mengalami luka yang sulit sembuh akibat kurangnya gizi," katanya kepada BBC.

Serangan Lanjutan dan Perintah Evakuasi

Pada hari yang sama saat operasi dimulai, warga Gaza di wilayah utara dan tengah menerima perintah evakuasi. Namun, organisasi kemanusiaan menilai perintah tersebut nyaris mustahil dilaksanakan karena banyak warga sudah tidak memiliki tempat tinggal.

Wilayah yang diserang termasuk Beit Lahiya, kamp pengungsi Jabalia, dan kota Khan Younis di selatan Gaza. Serangan juga menghantam area di sekitar rumah sakit yang sudah kesulitan beroperasi karena minimnya fasilitas dan pasokan medis.

Israel terus menyatakan bahwa tujuan utama operasi militer ini adalah untuk memastikan Hamas tidak lagi menjadi ancaman dan membebaskan semua sandera yang tersisa. Menurut laporan terbaru, Hamas masih menahan 58 sandera dari total 251 yang disandera sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023. (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |