
PERDANA Menteri Inggris, Keir Starmer, menegaskan Barat berada di “persimpangan sejarah” dalam pidatonya kepada para pemimpin Eropa pada pertemuan puncak penting di London, Minggu (3/3). Dalam pertemuan tersebut, negara-negara Eropa berupaya mengambil kendali negosiasi perang Rusia-Ukraina dari Amerika Serikat dan menampilkan persatuan di tengah memburuknya hubungan antara Kyiv dan Washington.
“Ini bukan saatnya untuk lebih banyak bicara. Sekarang waktunya bertindak,” kata Starmer setelah pertemuan diplomatik penting di London, di mana para pemimpin Eropa berusaha mencari jalan menuju gencatan senjata di Ukraina.
Urgensi pertemuan yang berlangsung di Lancaster House semakin meningkat setelah Presiden AS, Donald Trump, mengecam Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Gedung Oval. Insiden tersebut mengejutkan negara-negara Barat dan disambut baik oleh Moskow. Zelensky bersama sejumlah pemimpin Eropa menghadiri pertemuan tersebut di tengah meningkatnya ketegangan konflik.
Starmer mengatakan kepada wartawan, dirinya sedang bekerja sama dengan Prancis dan beberapa negara lainnya untuk menyusun rencana penghentian pertempuran, yang nantinya akan diajukan kepada AS.
Langkah ini diperkirakan akan menjadi saingan bagi proses negosiasi yang telah dimulai pemerintahan Trump dengan Rusia bulan lalu. Hal ini juga mengisyaratkan mempertemukan Trump dan Zelensky dalam satu meja perundingan bisa kembali memicu ketegangan yang tidak terkendali.
Namun, upaya ini tetap membutuhkan dukungan AS, tegas Starmer dalam konferensi pers Minggu. Ia juga menolak anggapan AS adalah “sekutu yang tidak dapat diandalkan,” menyusul pertengkaran sengit antara Trump dan Zelensky yang mengguncang Eropa.
Barat berharap pertemuan puncak ini dapat menghidupkan kembali momentum perdamaian, yang sempat berkembang dalam beberapa hari terakhir tetapi kemudian runtuh akibat insiden di Gedung Putih pada Jumat lalu. Pertemuan ini menunjukkan persatuan Eropa, di mana beberapa pemimpin berupaya mengubah narasi bahwa benua tersebut hanya menjadi penonton dalam upaya mengakhiri perang.
“Pada akhirnya, kesepakatan harus melibatkan Rusia, tentu saja. Namun, kita tidak bisa membiarkan Rusia menentukan syarat jaminan keamanan sebelum ada kesepakatan, jika tidak, kita tidak akan pernah maju,” kata Starmer.
Inggris dan Prancis tengah mengupayakan pembentukan “koalisi negara yang bersedia” untuk memasuki Ukraina setelah kesepakatan damai tercapai. “Jika kesepakatan dicapai, maka kesepakatan itu harus dipertahankan,” tambahnya.
‘Tak Ada yang Ingin Melihat Itu’
Zelensky mendapat sambutan hangat dari Starmer pada Sabtu, yang sangat kontras dengan perlakuan yang ia terima di Gedung Putih. Bahkan Raja Charles bertemu dengan Zelensky di Sandringham pada Minggu.
Sebelumnya, insiden di mana Presiden dan Wakil Presiden AS mencerca pemimpin negara sekutu yang sedang dilanda perang semakin memperkuat urgensi pertemuan puncak ini. Awalnya, pertemuan ini diadakan oleh Starmer untuk melanjutkan kemajuan yang telah dicapai dalam pertemuan serupa di Paris pekan lalu.
Trump dan JD Vance menuduh Zelensky tidak tahu berterima kasih atas bantuan militer AS, serta “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” dan berisiko “memicu Perang Dunia III” dengan terus melawan invasi Rusia.
Bagi Eropa, insiden tersebut adalah mimpi buruk. “Tak ada yang ingin melihat itu,” kata Starmer kepada BBC. Ia mengaku langsung menghubungi para pemimpin dunia setelah menyaksikan pertengkaran itu dan mengatakan, “Tujuan utama saya adalah menjembatani perpecahan ini.”
Namun, Zelensky pulang ke Kyiv bukan hanya dengan kata-kata dukungan. Pada Sabtu, Inggris mengumumkan percepatan pencairan pinjaman senilai US$2,8 miliar untuk Ukraina, dengan dana pertama akan dikirimkan pekan depan.
Dalam unggahan Telegram pada Sabtu, Zelensky menegaskan dana tersebut akan digunakan untuk produksi senjata di Ukraina. “Ini adalah cara yang adil: pihak yang memulai perang harus membayar,” tulisnya, seraya menambahkan pinjaman tersebut akan memperkuat pertahanan negaranya.
Kemudian pada Minggu, Starmer mengumumkan kesepakatan baru yang memungkinkan Ukraina menggunakan dana sebesar £1,6 miliar (US$2 miliar) dari UK Export Finance untuk membeli lebih dari 5.000 rudal pertahanan udara canggih yang akan diproduksi di Belfast.
‘Momen Sekali dalam Seumur Hidup’
“Kita berkumpul di sini hari ini karena ini adalah momen sekali dalam seumur hidup bagi keamanan Eropa, dan kita semua harus bertindak,” kata Starmer saat membuka pertemuan.
Downing Street menyebutkan pertemuan ini memiliki tiga tujuan utama: memenuhi kebutuhan jangka pendek Ukraina, mencapai kesepakatan perdamaian yang berkelanjutan, dan merancang jaminan keamanan yang kuat. “Saya harap Anda semua tahu bahwa kami mendukung Anda dan rakyat Ukraina selama yang diperlukan,” kata Starmer kepada Zelensky.
Pertemuan ini dihadiri oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang akan segera lengser, serta para pemimpin dari berbagai negara Eropa, Uni Eropa, dan NATO.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan kepada Starmer bahwa “sangat, sangat penting bagi kita untuk menghindari risiko perpecahan di Barat” terkait perang Ukraina.
Starmer dan Meloni mungkin akan memainkan peran kunci dalam merancang proses perdamaian, mengingat keduanya memiliki hubungan baik dengan Trump. Diharapkan mereka dapat menggunakan pengaruh tersebut untuk meyakinkan Trump agar mempertimbangkan usulan dari Eropa. (CNN/Z-2)