
ROBERTO D’Aversa merasa Empoli meninggalkan semifinal Coppa Italia melawan Bologna "dengan kepala tegak". Walaupun ia menyesalkan hasil leg pertama.
Tim asal Tuscany ini membuat kejutan besar dengan mencapai semifinal Coppa Italia untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Setelah mereka menyingkirkan Torino, Fiorentina, dan Juventus.
Namun, kekalahan 3-0 di leg pertama yang berlangsung di kandang sendiri terlalu berat untuk dibalikkan. Mereka juga kalah 2-1 di Stadio Dall’Ara malam ini, sehingga tersingkir dengan agregat 5-1.
Sundulan dari Giovanni Fabbian dan Thijs Dallinga menjadi penentu, di sela-sela gol penyeimbang sementara dari Viktor Kovalenko yang memanfaatkan bola muntah hasil tembakan Ola Solbakken yang ditepis kiper.
“Kami meninggalkan semifinal bersejarah ini dengan kepala tegak,” ujar D’Aversa kepada Sport Mediaset.
“Penyesalan kami ada di leg pertama, di mana kami membuat kesalahan sendiri melawan salah satu tim terbaik di Italia saat ini. Para pemain bermain fokus malam ini. Jika kami menunjukkan semangat yang sama di sisa laga Serie A, maka kami bisa berjuang dan membuktikan bahwa kami layak bertahan di kasta tertinggi.”
Dengan mempertimbangkan perjuangan menghindari degradasi, D’Aversa tidak menurunkan beberapa pemain seperti Sebastiano Esposito dan Tino Anjorin, ditambah dengan krisis cedera yang masih berlangsung.
“Saya memilih Solbakken karena ingin melihat apa yang bisa ia berikan, sementara Konate dan Kovalenko tampil bagus. Sulit untuk merasa senang setelah kalah, tapi kami sudah memberikan segalanya.”
D’Aversa mengakhiri wawancara dengan pesan khusus. Ia pernah menjadi pelatih Lecce, sehingga sangat terkejut dengan kabar meninggalnya fisioterapis legendaris klub tersebut, Graziano Fiorita, yang wafat mendadak pagi tadi.
“Saya ingin mengirim pelukan untuk keluarga Fiorita, yang tengah mengalami kejutan yang sangat menyedihkan. Dia adalah seseorang yang pernah bekerja bersama saya dan sangat saya hormati.”
D’Aversa juga menyampaikan pesan duka melalui akun Instagram-nya sebelumnya:
“Saya terkejut, sedih, dan sangat terpukul dengan kepergian Graziano Fiorita. Ia adalah seorang fisioterapis luar biasa dan pribadi yang menyenangkan, yang tahu bagaimana membangun semangat tim, dan saya sangat menyayanginya.
“Dia sering bercanda memanggil saya ‘maestro,’ tapi juga memiliki etos kerja dan fokus profesional yang luar biasa. Selalu siap membantu, positif, dan kompeten.
“Seorang ayah, suami, dan pria teladan. Saya akan selalu menyimpan Graziano di hati saya, dengan kenangan lucu dari panggilan video bersama Giovanni, sang pengurus perlengkapan.
“Saya kirim pelukan untuk keluarganya, yang sangat ia cintai, dan untuk seluruh komunitas Lecce.” (Football-Italia/Z-2)