
CUKA sari apel sering dipandang sebagai solusi alami untuk berbagai masalah pencernaan, termasuk diare. Namun, seberapa efektif bahan ini masih menjadi perdebatan di antara pakar gizi dan kesehatan.
Cuka sari apel mengandung pektin, sejenis serat larut yang dipercaya dapat membantu menyerap kelebihan cairan di usus dan mengentalkan tinja. Selain itu, keberadaan asam asetat dalam cuka sari apel memiliki sifat antibakteri yang dianggap mampu melawan beberapa bakteri penyebab diare, seperti Escherichia coli dan Salmonella.
“Secara teoritis, pektin bisa berkontribusi dalam memperbaiki konsistensi tinja. Namun, masih ada keterbatasan bukti ilmiah yang mendukung penggunaan cuka sari apel sebagai pengatasi diare,” ungkap Dokter Onkologi, dr. Devia Irine Putri, dikutip dari KlikDokter, Senin (1/6).
Bahwa ada banyak faktor yang dapat menyebabkan diare, seperti infeksi virus, alergi makanan, intoleransi laktosa, hingga efek samping dari obat-obatan. Oleh karena itu, pengobatan harus disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
“Bahan alami tidak selalu dapat menyelesaikan semua kasus diare. Jika penyebabnya adalah virus atau efek samping obat, cuka sari apel mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkan. Bahkan, ada risiko memperburuk keadaan,” tulis Siloam Hospitals dalam artikel mereka.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh situs kesehatan internasional Healthline. Dalam artikel tersebut, mereka menegaskan bahwa tidak ada cukup bukti klinis untuk mendukung manfaat cuka sari apel dalam mengatasi diare.
Beberapa orang bahkan melaporkan mengalami iritasi lambung, peningkatan asam lambung, dan gejala diare yang lebih parah setelah mengonsumsinya.
“Cuka sari apel harus digunakan dengan sangat hati-hati. Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan masalah pencernaan, terutama bagi mereka yang memiliki gangguan maag atau masalah asam lambung,” catat Healthline.
Namun, bagi mereka yang tetap ingin mencoba, disarankan untuk mencampurkan satu sendok makan cuka sari apel dengan segelas air putih. Ini dapat menurunkan tingkat keasamannya agar lebih aman untuk dikonsumsi.
Para ahli gizi menekankan pentingnya berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba pengobatan alternatif, terutama jika diare berlangsung lebih dari dua hari dan disertai dengan demam tinggi, dehidrasi, atau darah dalam tinja.
Dengan demikian, cuka sari apel bukan solusi utama dalam pengobatan diare. Masyarakat diimbau untuk tidak menjadikannya sebagai pengganti pengobatan medis yang telah terbukti aman dan efektif.
Sumber: KlikDokter, siloam hospitals, kemenkes, heatline