Crystal Palace Cetak Sejarah! Taklukkan Manchester City dan Juara Piala FA Pertama Kalinya

5 hours ago 1
Crystal Palace Cetak Sejarah! Taklukkan Manchester City dan Juara Piala FA Pertama Kalinya Crystal Palace meraih trofi besar pertama sepanjang sejarah klub usai mengalahkan Manchester City 1-0 di final Piala FA 2025.(AFP)

CRYSTAL Palace meraih trofi besar pertama dalam sejarah klub setelah mengalahkan Manchester City di final Piala FA yang digelar di Wembley. Eberechi Eze menjadi pahlawan Palace lewat golnya yang lahir dari serangan balik ciamik. Ia menyambut umpan silang Daniel Muñoz dan mencetak gol pada menit ke-16.

Manchester City harus menelan kekecewaan besar karena gagal meraih satu pun trofi musim ini. Pertama kalinya sejak musim perdana Pep Guardiola melatih mereka pada 2016–2017.

Mereka sempat marah saat kiper Palace, Dean Henderson, tidak mendapat kartu merah setelah melakukan handball di luar kotak penalti saat berhadapan dengan Erling Haaland di babak pertama. VAR memutuskan Haaland dianggap tidak sedang mengarah langsung ke gawang, sehingga bukan peluang mencetak gol yang jelas.

Ironisnya, Henderson justru menjadi pahlawan dengan menggagalkan penalti Omar Marmoush pada menit ke-36, setelah Tyrick Mitchell melanggar Bernardo Silva. Haaland sendiri memilih tidak mengambil penalti, setelah sebelumnya gagal dalam tiga dari tujuh penalti terakhirnya.

City memang mendominasi penguasaan bola, tetapi pasukan Oliver Glasner bertahan dengan luar biasa. Henderson tampil impresif dengan menyelamatkan peluang dari Haaland, Josko Gvardiol, dan Jeremy Doku di babak pertama, lalu kembali menepis tembakan Claudio Echeverri setelah jeda.

Peluit akhir pertandingan langsung disambut kegembiraan luar biasa dari fans Palace, yang akhirnya menyaksikan tim mereka meraih kesuksesan besar setelah penantian panjang.

Hari Bersejarah

Hari terbesar dalam sejarah Crystal Palace ini benar-benar pantas diraih dan menjadi buah dari kepercayaan kepada Oliver Glasner yang membawa tim ini menjuarai Piala FA.

Palace bahkan tidak memenangkan satu pun laga Premier League hingga 27 Oktober musim ini, namun keyakinan kepada sang pelatih asal Austria tidak pernah goyah—dan kini terbayar lunas dengan trofi ini serta tiket ke Liga Europa musim depan.

Eberechi Eze dan Dean Henderson menjadi bintang selama perjalanan menuju Wembley, dan sekali lagi tampil luar biasa melawan City yang tak mampu memanfaatkan peluang dan dihentikan total oleh pertahanan rapat Palace.

Eze menciptakan momen magis, seperti yang ia lakukan saat menang melawan Fulham di perempat final dan Aston Villa di semifinal. Golnya membuat kiper City, Stefan Ortega, tak berdaya.

City akan selamanya merasa dirugikan karena Henderson tak diusir keluar lapangan, tapi VAR sudah memutuskan dan Henderson pun tampil nyaris tanpa cela di hadapan pelatih timnas Inggris, Thomas Tuchel, yang hadir menonton.

Saat Henderson menepis penalti Marmoush ke arah kanan, ia menjadi kiper pertama yang menyelamatkan penalti di final Piala FA (di luar adu penalti) sejak Petr Cech melakukannya untuk Chelsea melawan Portsmouth pada 2010.

Meski City unggul 78% dalam penguasaan bola dibandingkan 22% milik Palace, Eze tetap menjadi pembeda saat dibutuhkan.

Muñoz juga tampil luar biasa dalam laga ini. Para fans Palace harus menahan napas selama 10 menit waktu tambahan sebelum luka dari kekalahan di final 1990 dan 2016 akhirnya benar-benar terobati.

Reaksi Glasner tenang dan terkendali, mencerminkan gaya kepelatihannya, sementara di sisi lain para pemain dan fans Palace meledak dalam kegembiraan. Tangis bahagia mewarnai lapangan dan tribun Wembley. Crystal Palace akhirnya merasakan manisnya keberhasilan.

Akhir dari Sebuah Era di Manchester City?

Penampilan City di final ini merangkum musim mereka yang mengecewakan di bawah Guardiola. Permainan mereka lambat, ragu-ragu, dan tak membuahkan hasil.

Ada aroma akhir dari era keemasan City. Tak ada perpisahan manis untuk Kevin De Bruyne, yang kemungkinan besar akan hengkang, dan mungkin juga bagi Bernardo Silva.

Seperti biasa, City menguasai bola, namun permainan mereka kehilangan agresivitas. Selain insiden handball Henderson, mereka tak punya banyak alasan untuk mengeluh.

Ini juga menjadi hari buruk lainnya bagi Haaland di Wembley. Ia belum pernah mencetak gol di enam pertandingan di stadion tersebut atau di delapan final bersama City.

Keputusan mengejutkan muncul saat Haaland menyerahkan penalti kepada Marmoush, yang tendangannya berhasil ditepis Henderson.

Padahal ini seharusnya menjadi momen di mana Haaland tampil sebagai pemimpin dan penentu hasil laga.

Ini adalah kekalahan kedua beruntun City di final Piala FA, setelah sebelumnya kalah dari Manchester United musim lalu.

Guardiola tampak frustrasi dan terlihat adu kata dengan Henderson setelah peluit akhir.

Kini City harus segera fokus kembali menghadapi laga Premier League melawan Bournemouth pada hari Selasa, demi mengamankan posisi lima besar dan tiket Liga Champions musim depan.

Bagi klub yang terbiasa menang, menyelesaikan musim tanpa trofi sudah cukup buruk. Tapi gagal lolos ke kompetisi elit Eropa akan jadi bencana besar. (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |