
OBAT yang sudah melewati masa kedaluwarsa dapat mengalami perubahan komposisi kimia, sehingga efektivitasnya menurun atau bahkan hilang sepenuhnya. Dalam beberapa kasus, obat yang tidak lagi bekerja dengan baik justru dapat memperburuk kondisi kesehatan seseorang.
Misalnya, antibiotik yang kedaluwarsa tidak lagi mampu melawan infeksi secara optimal, sehingga bakteri dalam tubuh bisa berkembang lebih banyak dan menjadi resisten terhadap pengobatan.
Selain itu, obat kedaluwarsa juga berisiko mengandung senyawa beracun atau terkontaminasi oleh bakteri dan jamur, terutama jika penyimpanannya tidak sesuai. Hal ini dapat menyebabkan infeksi atau reaksi alergi yang membahayakan tubuh.
Oleh karena itu, penting untuk selalu memeriksa tanggal kedaluwarsa sebelum mengonsumsi obat dan segera membuang obat yang sudah melewati batas penggunaannya.
Efek samping mengonsumsi obat yang sudah kedaluwarsa.
1. Berubahnya komposisi kimia
Obat terdiri dari senyawa kimia yang dapat mengalami perubahan fisik, seperti warna, bau, atau tekstur seiring berjalannya waktu. Karena itu, obat yang sudah melewati masa kedaluwarsa berisiko mengalami perubahan dalam kandungan zat kimianya. Beberapa zat dapat terurai atau bahkan rusak, yang berpotensi menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan bagi tubuh. Meskipun perubahan komposisi kimia pada obat tergolong jarang, risiko ini dapat meningkat jika obat telah kedaluwarsa dalam jangka waktu yang sangat lama.
2. Kehilangan potensi
Proses pembuatan obat sebenarnya sudah mulai mengurangi efektivitas zat aktif yang berperan dalam proses penyembuhan. Setelah melewati masa kedaluwarsa, zat aktif dalam obat tidak lagi bereaksi secara optimal di dalam tubuh, sehingga khasiatnya hilang. Pada obat dalam bentuk padat, seperti tablet, pil, dan kaplet, kandungan aktifnya cenderung lebih stabil meskipun melewati tanggal kedaluwarsa.
Sebaliknya, obat dalam bentuk cair, seperti sirop, obat tetes, atau suspensi, lebih rentan mengalami penurunan efektivitas dan berisiko tidak lagi memberikan manfaat pengobatan. Meskipun obat kedaluwarsa mungkin tidak bereaksi di dalam tubuh, tidak ada jaminan bahwa obat tersebut aman digunakan. Oleh karena itu, sebaiknya hindari mengonsumsi obat yang telah melewati masa pakainya.
3. Resistensi antibiotik
Antibiotik yang sudah kedaluwarsa cenderung mengalami penurunan efektivitas, sehingga kemampuannya dalam membasmi bakteri penyebab infeksi menjadi lemah atau bahkan tidak bekerja sama sekali.
Selain itu, penggunaan antibiotik yang sudah melewati masa kedaluwarsa dapat meningkatkan risiko resistansi bakteri, di mana bakteri dalam tubuh menjadi lebih kebal terhadap pengobatan dan sulit untuk diobati.
4. Risiko alergi
Obat yang telah kedaluwarsa dapat mengalami perubahan kimia yang berpotensi memicu reaksi alergi atau respons tubuh yang tidak normal. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya gejala seperti ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan, atau bahkan reaksi anafilaksis yang berbahaya. Risiko ini semakin meningkat bagi individu yang memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu.
5. Risiko pertumbuhan bakteri
Obat cair yang sudah kedaluwarsa menjadi tempat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Jika mengonsumsi obat cair yang kedaluwarsa, bakteri dan jamur dalam obat tersebut berisiko menginfeksi tubuh, terutama pada bagian tubuh yang sensitif, seperti mata.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menghindari penggunaan obat yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa. Risiko kontaminasi bakteri pada obat cair yang sudah kedaluwarsa dapat membahayakan kesehatan, terutama jika digunakan pada area tubuh yang rawan infeksi. (Halodoc/Klikdokter/Hellosehat/Pharmaplus/Z-2)