Apindo Nilai Shutdown AS Bikin Investor Bersikap Hati-Hati

2 days ago 8
Apindo Nilai Shutdown AS Bikin Investor Bersikap Hati-Hati CEO Sintesa Group Shinta Widjaja Kamdani, yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) 2023-2028, di Jakarta, Rabu(Adam Dwi/MI)

KETUA Umum (Ketum) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai, penghentian sementara kegiatan pemerintahan atau government shutdown Amerika Serikat (AS) membuat investor asing bersikap lebih hati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Ketidakpastian di perekonomian AS dapat memicu reaksi pasar global, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Ia menjelaskan, lembaga global seperti Moody’s Analytics memperkirakan setiap minggu shutdown bisa memangkas pertumbuhan ekonomi AS. Dus, berkaca dari pengalaman government shutdown tahun 2018-2019 yang berlangsung selama 5 minggu dan merupakan yang terlama sepanjang sejarah AS menunjukkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara tersebut. 

"Saat ketidakpastian di AS meningkat, investor asing cenderung bersikap hati-hati dan menarik sebagian portofolionya dari pasar negara berkembang," jelas Shinta saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (12/10).

Ia berpandangan government shutdown di Negera Paman Sam berpotensi menimbulkan dampak ke pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Namun, besar-kecilnya dampak sangat tergantung dari berapa lama jangka waktu penutupan atau proses shutdown tersebut. 

Shinta menjelaskan jika government shutdown berlangsung dalam waktu singkat, dampaknya cenderung terbatas. Efek yang muncul biasanya hanya berupa peningkatan ketidakpastian sementara, penundaan belanja pemerintah AS, serta terganggunya publikasi data ekonomi resmi. Meski kondisi tersebut dapat memicu sedikit gejolak di pasar global, situasi umumnya akan kembali stabil begitu kesepakatan anggaran tercapai.

Sebaliknya, jika shutdown berlangsung berkepanjangan atau lebih dari 3-4 minggu, dampak dan tekanannya bisa jadi lebih nyata. Konsumsi di AS bisa melemah karena ratusan ribu pegawai federal tidak menerima gaji tepat waktu, kontrak pemerintah dengan swasta tertunda, dan persepsi pasar memburuk. 

"Bagi Indonesia, jalur yang paling cepat terasa adalah di pasar keuangan. Nilai tukar rupiah bisa tertekan terhadap dolar AS dan memicu volatilitas di pasar obligasi," tutur Ketum Apindo itu. 

Shinta juga mengkhawatirkan apabila shutdown berlangsung lama dan berkepanjangan, dampaknya dapat merembet ke sektor riil. Permintaan ekspor Indonesia ke AS, terutama produk padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik, bisa melambat karena konsumsi di AS tertahan. 

"Situasi ini juga berpotensi menambah ketidakpastian dalam negosiasi tarif perdagangan RI-AS yang sedang berjalan," terangnya. (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |