Annus Horribilis Pep Guardiola

2 weeks ago 15
Annus Horribilis Pep Guardiola Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

KEKALAHAN 2-3 di Stadion Etihad pada pekan lalu membuat Josep Guardiola sadar bahwa harapan bagi Manchester City bertahan di ajang Liga Champions sudah sirna. Ia tahu mustahil bagi tim asuhannya untuk bisa membalikkan keadaan karena pertandingan kedua Rabu malam lalu harus dimainkan di Stadion Bernabeu.

Tidak salah bila sebelum berangkat ke Madrid, ia mengatakan bahwa peluang lolos the Citizens hanya tinggal 1%. “Kecil sekali peluang untuk bisa menang di Bernabeu. Saya hanya berharap agar semua pemain bisa membuat para pemain Real Madrid tidak mudah untuk menghadapi kami dan memenangi pertandingan,” kata Pep Guardiola sehari sebelum berangkat.

Namun, harapan itu tinggal harapan. Sejak menit ke-4 Real Madrid sudah menjebol gawang Ederson. Ujung tombak Kylian Mbappe, pada Rabu malam itu, benar-benar menjadi momok bagi pertahanan Manchester City.

Tiga gol yang dicetak penyerang muda asal Prancis itu membuat Pep Guardiola setiap kali hanya bisa kembali duduk di bangku tim untuk menarik napas dan mengambil botol minum guna membasahi tenggorok yang tiba-tiba mudah kering. Gol balasan yang dicetak Nico Gonzalez beberapa saat sebelum bubaran hanya merupakan pelipur lara.

Dua kekalahan dari Real Madrid tidak hanya menyingkirkan Manchester City dari arena, tetapi juga membuat the Citizens terpuruk ke titik nadir. Mereka bukan hanya kalah 3-6 secara agregat, melainkan juga tampil sebagai tim yang kalah kelas dari sang juara bertahan.

Para pemain the Citizens yang selama ini mampu memaksa pemain lawan untuk mengejar-ngejar bola kali ini mereka yang hanya bisa berlari ke sana kemari. Kecepatan Mbappe untuk memanfaatkan bola daerah tidak bisa dihentikan center-back sekelas Ruben Dias atau John Stones.

Bahkan, Stones harus ditarik setelah gol pertama Mbappe karena cedera saat mencoba menghadang penyerang Real Madrid. Cedera Stones menambah panjang deretan pemain Manchester City yang harus menjalani perawatan dan hal itu menambah pusing Pep Guardiola untuk menyelamatkan tim asuhannya dari keterpurukan yang lebih dalam.

MIMPI BURUK

Musim kompetisi kali ini sepertinya menjadi tahun malapetaka bagi Pep Guardiola. Sentuhan emasnya dalam tujuh musim sebelumnya seakan-akan menghilang dari tangannya.

Manchester City tiba-tiba menjadi tim yang menua. Semua lininya begitu rapuh dan tidak terlihat lagi sebagai satu kesatuan yang utuh. Pemain-pemainnya yang dulu begitu hebat tiba-tiba berubah menjadi mediocre.

Pep Guardiola bukan tidak melakukan peremajaan tim. Ia mulai mematangkan Rico Lewis, baik sebagai bek kanan maupun gelandang. Lewis diharapkan bisa cemerlang seperti halnya Phil Foden. Belum lagi Erling Haaland, penyerang yang haus gol dan menjadi pemain termahal di Liga Primer saat ini.

Namun, pelatih asal Spanyol itu menyadari bahwa peremajaan saja tidak cukup. Tidak mengherankan jika pada jendela Januari lalu, Pep Guardiola memasukkan lagi lima pemain baru, yaitu Abdukodir Khusanov, Vitor Reis, Omar Marmoush, Nico Gonzalez, dan Claudio Echeverri.

Hanya, sepak bola bukanlah puzzle yang tinggal pasang. Butuh waktu bagi pemain untuk menyamakan hati dan pikiran mereka sebagai sebuah tim. Pemahaman antarpemain tidak bisa terjadi seketika karena harus melalui kebersamaan yang cukup panjang.

Tiga pemain baru, Khusanov, Nico Gonzalez, dan Marmoush, tidak mampu mengangkat permainan the Citizens saat menghadapi Real Madrid. Eksperimen Pep Guardiola untuk membangkucadangkan Haaland yang semakin mandul tidak membawa hasil yang memuaskan.

Pep Guardiola kini harus membangun kembali timnya dari nol. Ia tidak mungkin lagi berharap kepada pemain-pemain yang ada. Dias dan Stones bukan lagi palang pintu yang tangguh seperti musim-musim sebelumnya.

Hanya, pertanyaannya, masih adakah semangat dan keinginan dari Pep Guardiola untuk membangun kembali Manchester City di tengah keterbatasan anggaran karena kebijakan 'lebih besar pasak daripada tiang' yang diterapkan selama 10 tahun terakhir?

Football Association menengarai adanya pelanggaran dalam tata kelola keuangan Manchester City. Ada 115 tuduhan yang sekarang sedang diselidiki dan masuk tahap pembuktian. Pada Februari ini kemungkinan keputusan itu akan ditetapkan.

Kalau kesalahannya terbukti, Manchester City akan kehilangan pemotongan poin kemenangan yang sangat besar. Bahkan, bukan mustahil klub 'Biru Langit' itu akan turun sampai kasta keempat di Liga Inggris.

Belum lagi denda uang yang harus mereka bayarkan. Semua itu akan membuat Pep Guardiola kehilangan semangat menangani klub yang sudah delapan musim ia tangani. Tanpa ada dukungan finansial yang mencukupi, akan sulit bagi dirinya membangun Manchester City yang baru.

LAWAN LIVERPOOL

Mimpi buruk itu besar kemungkinan akan berlanjut pada Minggu malam nanti. The Citizens harus menjamu 'calon juara' Liverpool di Stadion Etihad dengan pemain belakang yang compang-camping karena cedera.

Absennya Stones membuat Pep Guardiola tidak punya pilihan kecuali menurunkan Nathan Ake mendampingi Dias di jantung pertahanan atau pilihan lain menempatkan Khusanov sebagai center-back dan Lewis sebagai bek kanan.

Namun, tantangan terberat bagi Pep Guardiola ialah mengembalikan mental pemain asuhannya. Kekalahan dari Real Madrid membuat moral pemain runtuh dan hanya empat hari istirahat untuk memainkan partai neraka melawan Liverpool.

Satu yang menguntungkan Pep Guardiola ialah Liverpool harus memainkan jadwal pertandingan yang padat. Dalam dua pekan terakhir, mereka harus bermain lima kali. Faktor kelelahan tidak dimungkiri menerpa Virgil van Dijk dan kawan-kawan.

Itu bisa terlihat dari dua pertandingan tengah minggu lalu yang harus dimainkan 'tim Merah'. Mereka hanya mampu bermain imbang 2-2 melawan Everton dan terakhir, Rabu lalu, melawan Aston Villa.

Pelatih Arne Slot menghadapi tekanan yang berat. Apalagi Arsenal terus menempel ketat ke tangga juara. Keharusan untuk menang agar bisa menjauh dari kejaran the Gunners menjadi beban tersendiri bagi Liverpool.

Satu yang membuat Liverpool akan bermain habis-habis besok malam ialah lawan yang akan dihadapi adalah Manchester City. Setelah kemenangan 2-0 di Anfield pada Desember lalu, Liverpool ingin mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di Liga Premier. Itu tidak cukup hanya menjadi juara, tetapi harus bisa mengalahkan the Citizens yang empat musim terakhir menjadi yang terbaik di Inggris. (X-5)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |