
KETUA Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyoroti posisi ekonomi Indonesia yang masih tertinggal jauh dari negara-negara maju.
Menurutnya, saat ini pendapatan per kapita Indonesia masih berada di sekitar USD 4.900 dan angka tersebut masih jauh dibandingkan dengan pendapatan per kapita negara-negara maju.
"Kalau ingin masuk menjadi kategori negara berpendapatan tinggi, berapa minimal? USD 14.000, kurang lebih demikian, berarti masih perlu kerja keras," kata AHY di Kantor DPP Demokrat, Rabu (4/6).
Kendati begitu, AHY mengatakan, Indonesia masih mempunyai peluang untuk mencapai pendapatan itu. Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat strategis dan dapat di olah, salah satunya nikel.
"Kita produsen nikel nomor satu di dunia, betul? Tapi kalau kita hanya bisa mengekstraksi, ambil dari dalam bumi kita kemudian jual, nilainya hanya segitu. Bayangkan kalau kita bisa mengolahnya dan meningkatkan nilai dari komoditas tersebut berkali-kali lipat," ujarnya.
Oleh karena itu, AHY menyatakan pemerintahan Presiden Prabowo berkomitmen mengejar pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan strategi hilirisasi, diversifikasi pasar, dan pembangunan infrastruktur strategis.
"Itulah mengapa Bapak Presiden Prabowo Subianto benar-benar serius ingin menyukseskan program hilirisasi, downstreaming. Jadi tidak terima kita kalau hanya diambil kemudian jual," tuturnya.
"Karena jika dijual yang untung negara-negara yang membeli dengan harga murah, mereka punya teknologinya, mereka mengubah itu menjadi bahan-bahan yang sangat menentukan transformasi ekonomi," sambungnya.
AHY juga meyakini bahwa Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, meski menurutnya hal itu bukan pekerjaan yang mudah.
"Pertumbuhan 8% sesuatu yang sangat luar biasa, tapi kita harus bekerja dengan luar biasa juga untuk mencapainya," ucapnya. (P-4)