
Sebanyak 34 orang mantan Kelompok Anshor Daulah Islamiyah Riau mengikrarkan diri setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembacaan ikrar dilaksanakan di Balai Pauh Janggi, Komplek Gubernur Riau, Jumat (27/6).
Isi dari ikrar yang dibacakan 34 orang tersebut, diawali dengan membacakan “Deklarasi Anshor Daulah Riau”.
Dikomandoi salah satu perwakilan, mereka bersama-sama membacakan : “Kami Anggota Simpatisan Anshor Daulah wilayah Provinsi Riau, menyatakan, Pertama, Melepas diri dari baiat kepada pimpinan daulah islamiyah atau ISIS karena bertolak belakang dengan negara kesatuan Republik Indonesia.
Kedua, Setia dan mengakui bahwa pancasila dan UUD 1945 sebagai Dasar Hukum Negara dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Ketiga, akan meninggalkan dan menjauhi segala bentuk paham maupun tindakan yang bisa memecah belah negara kesatuan Republik Indonesia.
Keempat, Setia dan menjaga kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia. Kelima, Mengikuti semua peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara kesatuan Republik Indonesia.
Setelah pembacaan ikrar tersebut, salah satu perwakilan mantan Anshor Daulah Islamiyah menandatangani ikrar setia kepada NKRI.
Selanjutnya, berkas yang ditandatangani lanjut ditandatangani oleh Kepala Badan (Kaban) Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Riau Jenri Salmon Ginting. Setelah itu, satu persatu dari 34 mantan Kelompok Anshor Daulah Islamiyah melakukan sikap hormat dan mencium bendera merah putih.
Dalam kesempatannya, Kasatgaswil Densus 88 Riau, Kombes Sunadi mengatakan ikrar yang dilakukan ke 34 mantan kelompok Anshor Daulah Islamiyah ini bukan hanya seremonial semata. Tetapi juga bentuk nyata mereka kepada ideologi Pancasila.
“Ini bukan sekadar formalitas. Ini adalah bentuk nyata hijrah ideologi dari kebencian menuju harapan,” tegas Sunadi.
Sementara Kepala Densus 88 Irjen Sentot Prasetyo dalam amanahnya yang dibacakan oleh Wakadensus 88 Brigjen I Made Astawa, menekankan penanggulangan terorisme tidak boleh hanya mengandalkan pendekatan represif.
“Setiap warga negara, selama masih hidup, punya hak untuk memperbaiki diri dan kembali berkontribusi untuk bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, program deradikalisasi yang diterapkan kali ini berlandaskan pada prinsip pemulihan dan reintegrasi sosial, sejalan dengan semangat Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan) yang menjadi visi utama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Para eks anggota Anshor Daulah yang kini kembali ke pangkuan ibu pertiwi telah menjalani serangkaian proses mulai dari identifikasi, verifikasi data, validasi ideologi, hingga terapi psikologis dan pembinaan spiritual. Proses ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan lintas sektor.
“Proses yang telah mereka lalui bersama-sama tidak hanya melibatkan aparat keamanan, kegiatan ini turut melibatkan unsur pemerintah daerah seperti Gubernur Riau Abdul Wahid, Ketua DPRD Provinsi, Kejaksaan Tinggi, Pengadilan, serta tokoh agama, adat, dan masyarakat sipil. Semua bergandengan tangan menyambut mereka kembali sebagai warga Indonesia yang utuh,” ungkap Brigjen Astawa.
Dalam sambutannya, Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan menyampaikan ikrar tersebut adalah awal dari perjalanan baru dalam menjaga keutuhan bangsa. “Menjadi warga negara bukan hanya soal identitas, tetapi juga soal tanggung jawab menjaga Pancasila, merawat kebhinekaan, dan menjadi pelindung bagi lingkungan sosial tempat kita hidup,” ujarnya.
Kemudian, Gubernur Riau Abdul Wahid dalam sambutannya mengapresiasi komitmen para mantan anggota jaringan radikal untuk kembali ke jalan kebangsaan.
Gubernur mengaku melepaskan paham kekerasan yang sudah tertanam bukanlah perkara mudah. “Kami bersyukur bapak-ibu punya tekad luar biasa. Kepulangan kalian ke pangkuan ibu pertiwi adalah kebahagiaan besar bagi kami di Riau,” katanya.
Ia menekankan pentingnya toleransi, inklusivitas, dan cinta tanah air sebagai nilai luhur bangsa. Gubernur juga menyampaikan pantun penuh makna:
Kalau tuan pergi berburu,
Kalau gelap, pasanglah pelita.
Marilah kita bersatu padu,
Dengan menanam benih-benih cinta.
“Cinta terhadap bangsa ini harus terus dipupuk. Hanya dengan cinta, nilai-nilai kebangsaan dan persatuan bisa hidup dalam kehidupan sosial,” ujar Gubernur.
Ia juga mengajak semua pihak marilah bersatu padu, caranya dengan menambahkan benih-benih cinta. “Jadi benih-benih cinta adalah kita menghargai, cinta sesama kawan, cinta sesama, cinta persatuan. Itulah bisa menumbuhkan, bisa menghilangkan bisa melepaskan ikatan-ikaran yang sebelumnya," ujarnya.
Menurutnya, cinta terhadap bangsa ini perlu selalu bisa dipupuk, agar nilai kebangsaan, nilai gorong-gorong nilai persatuan bisa terus terpelihara.
"Pengalaman saudara memang tidak bisa diceritakan, tapi saya berharap masa lalu kawan-kawan ketika bergaul dengan masyarakat. Masyarakat harus bisa menerima karena mereka bagian dari masyarakat," jelasnya.
Untuk membantu mereka yang telah mengikrarkan diri kepada NKRI, Gubri mengungkapkan pihaknya akan membantu penyediaan lapangan pekerjaan, pelatihan pertanian bagi mereka. “Itu perlu kita galakkan agar mereka merasa merupakan bagian dari negara ini,” ungkapnya.
“Apa yang kita lakukan hari ini bukan sekedar seremoni, inilah tonggak untuk menyebarkan wawasan kebangsaan hingga ke pelosok Riau,” imbuhnya.
“Kita ingin rakyat Riau bukan hanya hafal Pancasila, tetapi menghidupkan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga bersama-sama. Kami dari Provinsi sudah siapkan pelatihan ekonomi dalam kehidupan sosial dalam menuntun rakyatnya ke jalan kebaikan,* pungkasnya.(H-1)