
SEBANYAK 205 desa di Banjarnegara, Jawa Tengah, masuk zona merah bencana hidrometeorologi yakni longsor, banjir dan angin kencang. Paling dominan adalah bencana longsor dan tanah bergerak sebanyak 199 desa dengan risiko tinggi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Aji Piluroso menjelaskan sebagian besar wilayah Banjarnegara memang memiliki kerentanan tinggi terhadap tanah longsor. “Berdasarkan data BPBD, dari 278 desa dan kelurahan, sebanyak 199 desa tergolong berisiko tinggi terhadap longsor. Sementara itu, 205 desa masuk dalam zona merah bencana hidrometeorologi, meliputi ancaman longsor, banjir, dan bencana alam lainnya,” ujarnya.
Ia mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana tanah longsor dan banjir seiring datangnya musim hujan yang diperkirakan berlangsung lebih awal dengan intensitas tinggi.
“Kami mengimbau agar masyarakat lebih mengenali kondisi lingkungannya, terutama di daerah yang berpotensi longsor. Upaya seperti penahan tanah atau penguatan lereng perlu dilakukan sebagai langkah antisipatif,” ungkapnya.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan, hingga saat ini telah terbentuk 110 Desa Tangguh Bencana (Destana) di berbagai kecamatan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengenali dan mengantisipasi potensi bencana di lingkungannya.
“Kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko bencana. Dengan mengenali tanda-tanda awal dan memahami langkah mitigasi, potensi kerugian bisa diminimalkan,” jelasnya.
Sejak awal musim hujan, BPBD mencatat telah terjadi sekitar delapan titik longsor berskala kecil di beberapa wilayah. Meski tidak menimbulkan kerusakan besar, kejadian ini menjadi peringatan bagi warga untuk tetap siaga.
“Alhamdulillah, longsor yang terjadi masih kecil dan sebagian mendekati area permukiman. Namun masyarakat di daerah perbukitan dan lereng tetap harus berhati-hati,” tutur Aji.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD Banjarnegara juga memanfaatkan alat deteksi dini gerakan tanah bernama Elwasi (Eling Waspada Siaga) yang telah terpasang di lebih dari 20 titik rawan bencana. Alat tersebut berfungsi dengan baik dan membantu memberikan peringatan dini bagi warga.
Meski demikian, Aji mengakui beberapa kejadian longsor masih terjadi di luar area pantauan Elwasi, terutama di jalur jalan dan kawasan permukiman. Karena itu, BPBD terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah desa dan relawan kebencanaan guna meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana selama musim hujan tahun ini.(M-2)