Waspada Penyakit Tiroid, Perempuan hingga Riwayat di Keluarga Paling Rentan Terkena

6 hours ago 1
Waspada Penyakit Tiroid, Perempuan hingga Riwayat di Keluarga Paling Rentan Terkena Ilustrasi, Penyakit Tiroid(freepik)

MENYAMBUT Hari Tiroid Sedunia pada 25 Mei 2025, penting untuk kembali menyoroti peran vital kelenjar tiroid dalam menjaga kesehatan tubuh. Gangguan pada kelenjar tiroid kerap kali luput dari perhatian masyarakat, meski dampaknya bisa sangat memengaruhi kualitas hidup.

Kelenjar kecil yang terletak di leher ini bertanggung jawab mengatur berbagai fungsi tubuh, mulai dari metabolisme, suhu, hingga detak jantung. Namun ironisnya, pemeriksaan tiroid masih jarang dimasukkan dalam pemeriksaan kesehatan rutin.

"Screening tiroid ini tidak rutin dikerjakan. Saya juga enggak tahu mungkin karena tidak merupakan bagian dari yang sering dimasukkan ke check-up,” ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam, M. Ikhsan Mokoagow dalam wawancara eksklusif, Jumat (23/5).

Minimnya kesadaran ini membuat banyak kasus gangguan tiroid baru diketahui saat gejala sudah parah. Padahal, deteksi dini bisa sangat membantu dalam penanganan dan mencegah komplikasi. 

Menurut dr. Ikhsan, siapa pun sebenarnya bisa melakukan pemeriksaan tiroid. Tetapi ada kelompok tertentu yang seharusnya lebih waspada.

Salah satu kelompok berisiko adalah mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tiroid, seperti hipertiroid, hipotiroid, atau nodul pada kelenjar tiroid. 

“Jadi kalau orang-orangnya ada hipotiroid, hipertiroid, ada nodul tiroid, tentunya cukup masuk akal untuk di-screening,” ungkapnya.

Perempuan juga tergolong kelompok yang lebih rentan mengalami gangguan ini. Baik gangguan fungsi maupun bentuk kelenjar tiroid secara statistik lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria. 

“Yang kedua adalah mereka wanita tentunya, karena memang prevalensi gangguan tiroid itu lebih banyak pada wanita. Bukan berarti laki-laki tidak bisa, tapi secara prevalensi lebih banyak pada wanita,” jelasnya.

Pemeriksaan tiroid pun penting bagi wanita yang sedang mempersiapkan kehamilan. Bahkan, dokter kandungan kerap menyertakan tes hormon tiroid dalam rangkaian evaluasi fertilitas. 

“Biasanya kalau wanita yang akan menjalani bantuan fertilitas untuk program anak, program hamil, pro-hamil itu seringkali dokter kandung juga akan memeriksa hormon tiroid,” katanya.

Tak hanya itu, wanita dengan gangguan menstruasi juga dianjurkan memeriksakan fungsi tiroidnya. Begitu pula pada pasien autoimun, karena penyakit tersebut sering berkaitan langsung dengan kelainan pada kelenjar tiroid.

"Mereka yang memiliki autoimun itu juga tidak ada salahnya untuk dievaluasi," ujar dr. Ikhsan.

Gejala gangguan tiroid sendiri cukup beragam dan sering disalahartikan. Hipertiroid, misalnya, bisa menyebabkan jantung berdebar, tremor, berat badan turun tanpa sebab jelas, dan kelelahan ekstrem.

Dr. Ikhsan memberi contoh kasus yang sering terjadi, seseorang tidak sedang diet ketat atau berolahraga rutin, tapi berat badannya terus menurun.

“Kalau merasa makannya banyak, tidak melakukan apa-apa, tapi terus berat badannya turun terus, apalagi diikuti dengan gangguan berdebar-debar, cepat lelah, dan sebagainya, mungkin mengarah ke arah hipertiroid,” jelasnya.

Sementara itu, hipotiroid bisa menyebabkan penambahan berat badan yang tidak wajar, kulit kering. Hingga merasa kedinginan ketika orang lain tidak merasakan hal yang sama. 

Melihat gejala yang tidak spesifik ini, masyarakat diminta lebih peka terhadap perubahan tubuh. Pemeriksaan hormon tiroid dapat dilakukan dengan tes darah sederhana, dan seharusnya menjadi bagian dari upaya deteksi dini, terutama pada kelompok berisiko.

“Jadi pada wanita terutama, kemudian pada mereka yang memang keluarganya memiliki gangguan tiroid, mereka-mereka dengan autoimun, mereka-mereka yang dalam program kehamilan, dan pada wanita yang dengan gangguan menstruasi, serta orang yang sudah mulai merasakan gangguan, kemungkinan gejala tiroid,” tegas dr. Ikhsan.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |