Usai Temui Kiai Sepuh di Tebuireng, Gus Yahya Siap untuk Islah

10 hours ago 3

Surabaya, CNN Indonesia --

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyatakan dirinya terbuka untuk islah atau berdamai. Hal itu dikatakannya usai menghadiri panggilan Forum Sesepuh & Mustasyar Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Jawa Timur, Sabtu (6/12) kemarin.

Dalam forum tersebut, Gus Yahya menyebut ia mendapat kesempatan untuk menjelaskan secara lengkap berbagai persoalan organisasi yang selama ini ditujukan kepadanya.

Gus Yahya hadir dalam pertemuan itu bersama Sekretaris Jenderal PBNU yang baru ia angkat menggantikan Syaifullah Yusuf (Gus Ipul), H Amin Said Husni. Turut diajak pula Bendahara Umum PBNU yang juga baru diangkat menggantikan Gudfan Arif Ghofur, Sumantri Suwarno.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gus Yahya  menyebut para kiai sepuh, mustasyar, dan para sesepuh ulama memberikan ruang baginya untuk menyampaikan penjelasan secara terbuka.

"Saya sangat berterima kasih bahwa beliau-beliau berkenan untuk memanggil saya. Saya sangat terharu bahwa para sesepuh kita masih begitu peduli kepada jam'iyah Nahdlatul Ulama ini," kata Gus Yahya melalui keterangannya, Sabtu (6/12) malam.

Menurutnya, seluruh kebutuhan klarifikasi yang sebelumnya disampaikan melalui utusan Rais Aam Miftachul Akhyar telah dijawabnya secara tuntas. Penjelasan tersebut, katanya, turut dilengkapi dokumen dari Bendahara Umum dan Sekjen PBNU saat ini.

"Semuanya telah saya jawab dengan tuntas dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan dari Saudara Sumantri sebagai pemegang buku keuangan BPNU serta penjelasan-penjelasan dari Pak Amin Said Husni," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Gus Yahya menitipkan pesan kepada para kiai terkait masa depan tatanan organisasi NU. Ia menegaskan bahwa dirinya dan jajaran PBNU sejak awal berkhidmah dengan niat tulus, sehingga penting menjaga struktur yang telah diwariskan para pendiri.

"Mohon dipertimbangkan tentang masa depan tatanan organisasi Nahdlatul Ulama ini supaya tatanan ini tidak runtuh di tengah jalan," katanya.

Ia mengingatkan bahwa sejak awal NU didirikan dengan aturan dan struktur yang ketat.

Bahkan, sambungnya, Rais Akbar Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari  tetap dibatasi wewenangnya oleh anggaran dasar.

Gus Yahya menambahkan bahwa ia akan terus berkomunikasi dengan para kiai sepuh serta PWNU dan PCNU seluruh Indonesia untuk mencari penyelesaian terbaik.

Audit keuangan

Dalam pernyataan lebih lanjut, Gus Yahya juga menyinggung polemik audit keuangan yang menurutnya telah jelas dan terbuka.

"Auditornya sudah mundur gara-gara opininya dimanipulasi. Hasil audit data sementaranya itu diminta, kemudian dimanipulasi, jadi tuduhan-tuduhan tidak berdasar. Ahli-ahli hukum sudah bicara. Semuanya sudah bicara," ungkapnya.

Ia menilai persoalan tersebut tidak perlu ditutupi, melainkan harus diluruskan agar tidak menambah kerumitan dalam organisasi.

"Maka mari kita luruskan dulu supaya tidak tambah-tambah masalah," kata kakak dari eks Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tersebut.

Konflik di internal PBNU bermula dari beredarnya dokumen risalah rapat harian Syuriyah PBNU, 20 November 2025 lalu. Forum itu meminta Yahya Cholil Staquf mundur atau dicopot dari posisi Ketua Umum PBNU, dalam waktu tiga hari. Dokumen itu sendiri ditandatangani Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.

Beberapa alasan pemakzulan itu antara lain, karena Yahya dianggap memiliki keterkaitan dengan jaringan zionisme internasional, serta dinilai telah melanggar tata kelola keuangan PBNU.

Beberapa hari setelahnya, Rabu (26/11), terbitlah surat edaran PBNU bercap tanda tangan elektronik Wakil Rais Aam Afifuddin Muhajir dan Katib Ahmad Tajul Mafakhir, Nomor: 4785/PB.02/A.II.10.01/99/11/202, yang menyebut Yahya sudah tidak lagi berstatus sebagai ketua umum.

Merespons hasil rapat jajaran Syuriyah serta surat itu, Gus Yahya pun melawan dan mengaku tidak akan mundur. Ia juga menyatakan surat itu tidak sah. Dia menegaskan dirinya masih berstatus sebagai Ketum PBNU.

Sejalan dengan itu, Gus Yahya mencopot Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dari jabatannya sebagai Sekjen PBNU, serta mencopot Gudfan Arif dari posisi Bendahara Umum PBNU.

Pencopotan Gus Ipul itu berdasarkan keputusan Rapat Harian Tanfidziyah yang digelar Jumat (28/11) di kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta. Rapat dipimpin langsung Gus Yahya selaku Ketua Umum PBNU.

Berikutnya, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar akhirnya muncul di depan publik dan menyatakan Gus Yahya tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum PBNU sejak 26 November 2025 pukul 00.45 WIB.

Artinya, menurut Miftachul, Gus Yahya tidak lagi memiliki kewenangan maupun hak menggunakan atribut Ketua Umum. Hal itu disampaikan Miftachul usai silaturahmi Rais Aam PBNU dengan para Syuriyah PBNU dan 36 PWNU yang digelar di kantor PWNU Jawa Timur, Surabaya, Sabtu (29/11).

"Terhitung mulai tanggal 26 November 2025 pukul 00.45 WIB, KH Yahya Cholil Staquf tidak lagi berstatus sebagai Ketua Umum PBNU. Sejak saat itu, kepemimpinan PBNU sepenuhnya berada di tangan Rais Aam," katanya.

Selain itu, Miftachul mengatakan pihaknya akan menggelar muktamar dalam waktu dekat. PBNU kata dia juga akan membentuk tim pencari fakta untuk menginvestigasi sejumlah isu di tengah polemik pencopotan Ketua Umum Yahya Cholil Staquf.

Ia mengungkapkan tim pencari fakta itu akan dipimpin dua Wakil Rais Aam PBNU, yakni KH Anwar Iskandar dan KH Afifuddin Muhajir.

Anwar Iskandar adalah Ketua Umum MUI yang menggantikan Miftachul, dan kembali terpilih memimpin organisasi yang menaungi ormas Islam se-Indonesia itu dua pekan lalu.

Sejumlah kiai sepuh Nahdlatul Ulama kemudian membentuk Forum Musyawarah Sesepuh Nahdlatul Ulama untuk membahas konflik yang sedang terjadi di internal PBNU. Mereka meminta semua pihak untuk islah.

Forum itu diprakarsai oleh KH Anwar Manshur (Lirboyo) dan KH Nurul Huda Djazuli (Ploso). Setidaknya ada 10 kiai yang hadir secara langsung maupun daring di Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur, Senin (30/11).

Mereka yang hadir adalah KH Anwar Manshur (Lirboyo), kedua KH Nurul Huda Djazuli (Ploso), KH Ma'ruf Amin (via Zoom), KH Said Aqil Siroj (via Zoom), KH Abdullah Kafabihi Mahrus (Lirboyo),

Kemudian KH Abdul Hannan Ma'shum (Kwagean), KH Kholil As'ad (Situbondo), KH Ubaidillah Shodaqoh, KH dr Umar Wahid (via Zoom) dan KH Abdulloh Ubab Maimoen (via Zoom).

(kid/frd/kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |