
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Rizky Handayani Mustafa menyatakan pihaknya telah menyiapkan sistem pelaporan kepatuhan pada aspek keberlanjutan bagi para pelaku industri wisata. Sistem yang sifatnya bersifat daring itu menyajikan daftar isian itu, sampai saat ini masih bersifat sukarela, bukan kewajiban yang disertai sanksi tertentu.
Rizky menyatakan hal itu dalam jumpa media di sela-sela penyelenggaraan Joint Commission Meeting untuk Komisi UN Tourism untuk Asia Timur dan Pasifik (CAP) dan Komisi UN Tourism untuk Asia Selatan (CSA) di Jakarta, Rabu (15/4).
Sebelumnya, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, Martini M. Paham kepada media juga menjelaskan, Indonesia mendapatkan panduan investasi pariwisata yang diberikan oleh UN Tourism dengan nama resmi Tourism Doing Business – Investing in Indonesia.
"Ini sangat menggembirakan, karena UN Tourism memberikan panduan itu for free buat Indonesia. Panduan itu diberikan kepada kita bertepatan dengan penyelenggaraan acara ini," kata Martini.
Panduan bagi investor dan pelaku industri pariwisata ini, kata Rizky, akan memperkaya proses penyusunan daftar isian wisata berkelanjutan yang tengah disiapkan Kemenpar. "Single online submission ini, sekarang masih bersifat sukarela dan bersifat market driven. Kita memberikan edukasi pada para pelaku usaha, kepatuhan ini akan berdampak positif bagi pasar. Kita lihat kesadaran masyarakat akan isu keberlanjutan ini sudah sangat tinggi, bahkan cuma di kalangan muda atau milenial, namun semua generasi," kata Rizky.
Kepatuhan pada aspek keberlanjutan yang kemudian dilaporkan dan dipublikasikan pada pasar, kata Rizky, akan menjadi nilai tambah bagi pasar. Namun tentu saja, implementasinya harus disesuaikan dengan kemampuan para pelaku industri.
"Nantinya akan ada tingkatan, tentunya disesuaikan dengan skala bisnis dan kemampuan mereka, jangan sampai juga memberatkan bahkan mematikan usaha mereka," ujar Rizky.
Kesadaran akan aspek keberlanjutan yang meliputi kepedulian pada aspek manusia, sosial, budaya, hingga lingkungan, kata Rizky, juga perlu dimiliki oleh masyarakat. "Namun tentu saja, pelaku usaha dapat berperan dalam aspek edukasi. Saat menghadiri konferensi internasional di Nara, Jepang, saya mengalami sendiri perhatian pihak hotel. Makanan yang disediakan berupa camilan yang bisa disediakan dengan bungkusan dengan kemasan yang bisa dibawa pulang. Kemasannya sendiri juga ramah lingkungan," ujar Rizky. (X-8)