
IRAN bertekad terus memperkaya uranium dengan atau tanpa kesepakatan dengan negara-negara besar dunia. Saat ini Republik Islam itu melakukan negosiasi mengenai program nuklirnya dengan Amerika Serikat (AS).
"Jika AS tertarik untuk memastikan bahwa Iran tidak akan memiliki senjata nuklir, kesepakatan sudah di depan mata. Kami siap untuk pembicaraan serius guna mencapai solusi yang akan selamanya memastikan hasil tersebut," tulis Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi di X, Minggu (18/5).
"Namun, pengayaan di Iran akan terus berlanjut dengan atau tanpa kesepakatan," katanya. Iran saat ini memperkaya uranium hingga 60% jauh di atas batas 3,67% yang ditetapkan dalam kesepakatan pada 2015 tetapi di bawah 90% yang dibutuhkan untuk hulu ledak nuklir.
Teheran mengatakan ambisi nuklirnya hanya untuk kepentingan sipil dan sepenuhnya bertujuan damai. Haknya untuk terus memperkaya uranium untuk tujuan damai tergolong hal yang tidak dapat dinegosiasikan. Namun, Iran akan terbuka terhadap pembatasan sementara mengenai jumlah uranium yang diperkaya dan tingkatannya.
Tidak akan berhasil
Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Politik, Majid Takht Ravanchi, seperti dikutip media Iran menegaskan pembicaraan AS-Iran mengenai kesepakatan nuklir tidak akan membuahkan hasil jika AS terus bersikeras agar Iran menghentikan pengayaan uranium. "Posisi kami mengenai pengayaan jelas dan kami telah berulang kali menyatakan bahwa itu merupakan pencapaian nasional yang tidak akan kami mundur," katanya, kemarin.
Pada Rabu (14/5), kepala badan energi atom Iran Mohammad Eslami menegaskan kembali bahwa Teheran tidak menginginkan militerisasi nuklir dan pengayaan berada di bawah pengawasan pengawas nuklir PBB. "Penghentian pengayaan tidak diterima oleh Iran," kata Eslami.
Negeri para Mullah itu siap membangun kembali kepercayaan dengan kekuatan Eropa dengan mempertimbangkan apakah akan memberlakukan kembali sanksi PBB terhadap Iran berdasarkan kesepakatan nuklir 2015. "Iran siap, jika menunjukkan keinginan yang tulus dan pendekatan yang independen dari pihak-pihak Eropa, untuk memulai babak baru dalam hubungannya dengan Eropa," imbuh Araghchi dalam forum diplomatik di Teheran, Minggu.
Jika Eropa memiliki keinginan yang diperlukan untuk memperbaiki jalan ini, lanjutnya, Iran tidak melihat ada hambatan untuk membangun kembali rasa saling percaya dan memperluas hubungan. Pada Jumat (16/5), diplomat senior Iran bertemu dengan rekan-rekannya dari Inggris, Prancis, dan Jerman untuk membicarakan status negosiasi nuklir AS-Iran.
Araghchi mendesak negara-negara Eropa untuk lebih fokus pada kepentingan bersama daripada perbedaan. Ia mengatakan negara-negara Eropa harus memiliki peran yang lebih besar dalam perundingan nuklir AS-Iran. "Kami ingin Eropa memainkan perannya, meskipun perannya sendiri telah diminimalkan," kantor berita IRNA mengutip pernyataan Araghchi.
Dukung negosiasi
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya mendukung negosiasi dengan AS untuk menghindari perang, tetapi menolak ancaman Trump. "Kami tidak mencari perang. Kami mendukung negosiasi dan dialog, tetapi kami juga tidak takut ancaman dan kami tidak akan menarik diri dari hak-hak hukum kami," kata Pezeshkian dalam acara di kota pelabuhan Bandar Abbas, Sabtu (17/5).
"Tidak seorang pun kecuali Trump sendiri yang mempercayai kata-katanya dalam menentang bangsa Iran," kata Pezeshkian. "Di satu sisi, ia berbicara tentang perdamaian dan stabilitas. Di sisi lain, ia mengancam (kita) dengan alat-alat paling canggih untuk pembunuhan dan pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan. Ia secara bersamaan mengirimkan pesan-pesan perdamaian, pertumpahan darah, dan ketidakamanan."
Pada Sabtu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam ucapan Trump yang dinilainya sebagai aib bagi bangsa Amerika dan tidak pantas untuk ditanggapi sama sekali.
Trump mengatakan pada Jumat bahwa AS telah mengajukan proposal resmi untuk kesepakatan nuklir. Akan tetapi, Araghchi mengatakan pada hari yang sama bahwa Iran belum menerima proposal tertulis semacam itu dari Washington, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ancaman menyerang
Selama lawatannya di Teluk, Trump berulang kali memperingatkan bahwa Iran tidak boleh memperoleh senjata nuklir dan mengancam akan menyerang negara itu jika gagal mencapai kesepakatan nuklir dengan AS. Namun ia tidak secara eksplisit mengesampingkan kemungkinan Iran memperkaya uranium. "Iran harus bergerak cepat dalam negosiasi dengan AS atau sesuatu yang buruk akan terjadi," katanya.
Dalam wawancara dengan Breitbart minggu lalu, utusan luar negeri AS Steve Witkoff mengatakan program pengayaan uranium Iran harus dihentikan. Padahal dalam wawancara sebelumnya dengan Fox News ia menyarankan agar Iran diizinkan untuk memperkaya uranium ke tingkat rendah.
Putaran pembicaraan keempat antara AS dan Iran, di ibu kota Oman, Muscat, yang berakhir pada Minggu digambarkan oleh juru bicara kementerian luar negeri Iran sebagai hal yang sulit. Seorang pejabat senior pemerintahan Trump memberikan penilaian yang lebih positif bahwa diskusi, yang berlangsung lebih dari tiga jam, menggembirakan.
Uranium yang diperkaya dapat digunakan untuk tujuan damai seperti pembangkitan energi. Uranium juga dapat diubah menjadi senjata jika diperkaya ke tingkat tinggi. (AFP/CNN/I-2)