
DAVID Beckham bukan hanya dikenal sebagai pemain sepak bola ternama. Ia juga merupakan seorang pesohor. Bahkan setelah gantung sepatu pun, pesepak bola Inggris itu masih dielu-elukan pencintanya sebagai selebritas besar.
Padahal selama berkiprah sebagai pemain sepak bola, prestasi yang ditorehkan Beckham di level klub. Ia menjadi bagian dari masa kejayaan Manchester United, dan ketika bermain untuk Real Madrid bertemu dengan bintang besar dunia, seperti Ronaldo, Zinedine Zidane, Luis Figo, Roberto Carlos, dan Iker Casillas, yang dikenal sebagai bagian dari Los Galacticos.
Meski tidak pernah berhasil membawa Three Lions mengangkat Piala Dunia, Beckham dikenang sebagai salah satu bintang besar Inggris. Karena apa? Karena keakuratannya melepaskan umpan matang dan menendang bola.
Kaki Beckham sangat istimewa. Seakan otomatis bisa bergerak dan mengeluarkan tenaga sesuai arah yang diinginkannya. Bola yang ditendang Bechkam bisa sampai persis ke kaki atau kepala rekan yang dituju tanpa perlu mereka bergerak sedikit pun.
Demikian pula ketika ia akan menendang ke gawang lawan, sangat terukur dan mematikan. Yang paling fenomenal ketika ‘Setan Merah’ berhadapan dengan Wimbledon, dan Beckham melihat kiper lawan tidak berada dalam posisinya. Dari setengah lapangan, ia tiba-tiba menendang langsung ke arah gawang, dan ketika kiper Wimbledon berlari ke arah gawangnya, tendangan Beckham sudah lebih dahulu menembus gawang.
Tendangan Beckham tidak hanya terukur, tetapi juga indah. Bola bisa melengkung sehingga sulit untuk diantisipasi lawan. Itu dilakukan lewat gaya menendang kaki kanannya yang khas, dengan kaki kiri menjadi tumpuan karena menjejak kuat di tanah dan kaki kanan mengayun sempurna. Posisi badannya yang agak condong ke kiri, dengan tangan kiri terbuka ke atas dan tangan kanan di belakang ke bawah, membuat orang menyaksikan seakan Beckham sedang menari balet di lapangan hijau.
Kehebatan Beckham itu selalu menjadi cerita dan bahkan menjadi judul film komedi. Judulnya, Bend It Like Beckham, yang menceritakan anak-anak perempuan India yang ingin menjadi pemain sepak bola.
ARSENAL BERJAYA
Cerita kebesaran Beckham kembali diangkat ketika Arsenal membuat kejutan besar mengempaskan juara Piala Champions 15 kali, Real Madrid, 3-0. Dua gol kemenangan the Gunners dicetak secara spektakuler oleh gelandang menyerang Declan Rice.
Tidak pernah Rice sebenarnya mengambil tendangan bebas ketika Arsenal bermain. Biasanya kapten kesebelasan Martin Odegaard yang menjadi pengumpan atau penendang langsung ke gawang lawan. Kalaupun bukan Odegaard, biasanya Bukayo Saka atau Gabriel Martinelli yang melakukan.
Namun, Rabu malam kemarin, Rice yang mengambil tugas saat terjadi pelanggaran di luar kotak penalti Madrid pada menit ke-58. Dari jarak sekitar 25 meter, tendangan kaki kanan Rice melengkung melewati sisi kiri pagar pemain Madrid dan kemudian melaju kencang menembus gawang Thibaut Courtois.
Gaya tendangan Beckham ketika mengeksekusi tendangan bebas di luar kotak penalti juga pernah dilakukan bek kiri Brasil Roberto Carlos saat pertandingan uji coba melawan Prancis menjelang Piala Dunia 1998.
Namun, lebih istimewa lagi Rice tidak hanya melakukannya sekali, tetapi dua kali. Di menit ke-70, Arsenal kembali mendapatkan tendangan bebas di luar kotak penalti. Hanya yang pertama didapat sejajar tiang kiri gawang Madrid, yang kedua agak mendekat ke tiang kanan gawang sang juara bertahan. Kapten kesebelasan Odegaard yang kidal berada berseberangan dengan Rice. Namun, yang mengeksekusi tendangan bebas ternyata Rice.
Kiper Madrid Courtois sebenarnya sudah berdiri di tiang jauh untuk mengamankan gawangnya. Rice pun mengarahkan tendangan ke tiang jauh itu. Akan tetapi, kecepatan bola yang tinggi dan persis di pojok kanan atas membuat kiper terbaik Belgia itu tidak sanggup menghadangnya.
Dua gol Rice itu membuat kepercayaan diri tim asuhan Mikel Arteta semakin tinggi. Mereka melengkapi kedigdayaan Rabu malam itu dengan gol ketiga yang diciptakan Mikel Merino.
Kemenangan telak 3-0 pantas membuat Arsenal lebih tenang menghadapi pertandingan kedua di Stadion Bernabue, Madrid, Kamis mendatang. Kalau bisa menghindar dari kebobolan di menit-menit awal, Arsenal pantas untuk bermimpi lolos ke semifinal.
Kesuksesan ini pantas membuat Arteta lega karena harapannya untuk mempersembahkan piala bagi the Gunners di musim ini masih terbuka. Piala Champions menjadi satu-satunya harapan karena sulit bagi Arsenal untuk memenangi Liga Primer Inggris di musim ini.
Arsenal merupakan klub elite Inggris yang belum pernah bisa memenangi Piala Champions. Sejauh ini prestasi terbaik mereka di Eropa hanyalah memenangi Piala Winners dan Fairs Cup.
KEBODOHAN ONANA
Di saat Arsenal menepuk dada atas kemenangannya, Manchester United yang berlaga di Liga Europa harus kehilangan kemenangan yang sudah di depan mata. Kiper Andre Onana kembali membuat blunder, bukan hanya sekali, bahkan dua kali.
Pertama di menit ke-25 ketika ia gagal memperhitungkan arah bola dari umpan tendangan bebas yang dilepaskan pengatur serangan Lyon, Thiago Almada. Umpan tendangan bebas Almada ke kotak penalti sebenarnya sedikit terlalu tinggi bagi center-back Moussa Niakhate yang mau membelokkan arah bola. Onana sendiri sudah menjatuhkan badan untuk mengeblok bola itu. Akan tetapi, kiper asal Kamerun itu terlalu cepat jatuh sehingga bola tidak tertahan masuk ke dalam gawangnya.
Bruno Fernandes dan kawan-kawan mencoba bangkit mengejar ketertinggalan. Hasilnya mereka mampu menyamakan kedudukan melalui tendangan center-back Leny Yoro dan bahkan unggul 2-1 berkat sundulan kepala penyerang pengganti, Joshua Zirkzee, di menit ke-88.
Kemenangan penting di kandang lawan pun sudah di depan mata. Apalagi waktu tambahan lima menit sudah terlewati. Para pemain Lyon tinggal berharap pada serangan terakhir mereka sebelum wasit meniupkan peluit panjang.
Dalam sebuah kemelut terakhir di kotak penalti, ujung tombak Lyon Georges Mikautadze mencoba melepaskan tendangan spekulasi. Tendangan itu sebenarnya bisa ditangkap Onana, tetapi entah bagaimana bisa lepas dari pelukannya sehingga tanpa ampun disambar Rayan Cherki untuk menyamakan kedudukan 2-2.
"Sungguh momen terburuk, kebobolan di saat terakhir. Kalau kami bisa mempertahankan keunggulan 2-1, itu merupakan hasil yang baik bisa menang di kandang lawan. Sekarang kami harus bekerja keras untuk bisa menang di Old Trafford pekan depan," ujar Yoro kecewa.