
TEH Butong, yang diproduksi dari unit Bah Butong milik PTPN IV Regional II, tampil pada National Tea Competition (NTC) 2025 yang digelar oleh Asosiasi Teh Indonesia (ATI) pada Kamis (22/05) di Jogja Expo Center, Yogyakarta. Komoditas itu juga berhasil keluar sebagai juara pertama untuk kategori Broken Pekoe (BP), mengungguli 91 sampel teh dari berbagai perusahaan perkebunan besar negara maupun swasta.
Teh Butong juga menyapu bersih lima penghargaan lainnya di berbagai kategori mulai dari jenis teh Broken Orange Pekoe (BOP), Broken Orange Pekoe Fannings (BOPF), Pekoe Fannings (PF), hingga Dust, yang seluruhnya berasal dari pabrik teh Tobasari dan Butong. Raihan ini menjadikan PalmCo sebagai peserta dengan jumlah penghargaan terbanyak pada penyelenggaraan NTC tahun ketiga ini.
Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa menyambut capaian itu dan menyebutnya sebagai simbol keberhasilan transformasi perusahaan dalam membangun kembali pertumbuhan komoditas teh PTPN.
“Penghargaan ini merupakan wujud dari keyakinan kami bahwa produk PTPN mampu bersaing di level tertinggi,” ungkap Jatmiko dalam keterangan tertulis (25/5).
Ia menambahkan, keberhasilan ini diharapkan menjadi pijakan baru untuk membawa teh Indonesia melangkah lebih jauh, baik dalam hal peningkatan produktivitas maupun kesejahteraan para stakeholders-nya yang terlibat dalam rantai industri.
Penjurian NTC 2025 berlangsung tertutup, melibatkan tiga juri bersertifikasi internasional, satu di antaranya berasal dari Singapura. Setiap sampel diuji berdasarkan mutu, karakter rasa, kekuatan warna, hingga konsistensi produk. Nilai yang diberikan pun bervariasi, dengan skor tertinggi mencapai 85 poin.
Ketua Umum Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Dede Kusdiman yang menjadi tuan rumah sekaligus penggagas kompetisi, menyampaikan kemenangan itu menjadi bukti bahwa BUMN perkebunan telah benar-benar berbenah dan siap bersaing.
“Kami semua terkejut ketika melihat hasil akhirnya. Teh dari PalmCo unggul di berbagai aspek kualitas. Dari enam kategori yang dimenangkan, lima diantaranya berasal dari satu Pabrik Tobasari dan satu lagi dari Butong. Ini menunjukkan standar mutu yang tidak main-main,” ujar Dede dengan penuh antusias.
Lebih lanjut, Dede mengapresiasi kebijakan PalmCo yang menurutnya konsisten menjaga mutu dan mulai berfokus pada permintaan pasar. Ia menilai bahwa pendekatan yang tidak sekadar memproduksi, tetapi juga membaca kebutuhan konsumen dan mendorong portofolio produk grade 1 merupakan strategi yang konkrit. “PalmCo kini sudah on the track. Ini bentuk inisiatif yang baik,” sambungnya. (M-3)