
PESAWAT tempur Israel melancarkan serangan udara terhadap bandara Sanaa di Ibu Kota Yaman pada Selasa (6/5). Serangan ini terjadi tak lama setelah memerintahkan penduduk untuk mengungsi dari daerah tersebut.
TV Al Masirah yang dikelola Houthi mengatakan beberapa serangan menargetkan bandara. Laporan ini tanpa memberikan rincian tentang korban atau kerusakan.
"Pesawat tempur juga menyerang pembangkit listrik di distrik Dhahaban, Asr, Hezyaz, dan Attan di Sanaa," demikian laporan Al Masirah seperti dilansir Anadolu, Rabu (7/5).
Al Masirah menambahkan serangan udara Israel juga menghantam pabrik semen di provinsi Amran dekat Sanaa.
Juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengonfirmasi serangan udara tersebut. Ia mengeklaim bahwa serangan itu menargetkan infrastruktur Houthi di bandara.
Juru bicara itu mengatakan serangan juga menargetkan pembangkit listrik di Sanaa dan pabrik semen di provinsi Amran di dekatnya.
Menjelang serangan itu, tentara Israel memerintahkan penduduk Yaman di dekat bandara Sanaa untuk segera mengungsi dari daerah tersebut.
Setidaknya empat orang tewas dan puluhan lain terluka pada Senin dalam serangan gabungan Israel-AS di provinsi pesisir Al-Hudaydah, sehari setelah serangan rudal Houthi menghantam Bandara Ben Gurion di Tel Aviv sehari sebelumnya.
Kelompok Houthi menyebut serangan rudalnya di Bandara Ben Gurion sebagai 'peringatan' bagi maskapai penerbangan internasional bahwa bandara Israel tidak aman untuk penerbangan sipil.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan menanggapi secara militer terhadap Yaman dan Iran setelah serangan tersebut.
Yaman telah menghadapi kampanye militer AS yang intensif sejak pertengahan Maret, termasuk sekitar 1.300 serangan udara dan laut, yang mengakibatkan ratusan korban sipil, menurut kelompok Houthi.
Kelompok Houthi telah menargetkan kapal-kapal yang melewati Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden sejak November 2023.
Hal itu sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza. Kini lebih dari 52.600 orang tewas dalam serangan brutal Israel selama lebih dari 19 bulan di Gaza. Sebagian besar dari mereka ialah perempuan dan anak-anak.
Kelompok tersebut menghentikan serangan ketika gencatan senjata Gaza diumumkan pada Januari antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas, tetapi melanjutkannya setelah serangan udara Israel kembali di Gaza pada bulan Maret.
Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut. (I-2)