
SEKRETARIS Dewan Keamanan Rusia, Sergei Shoigu, mengatakan Moskow siap untuk melanjutkan perundingan pengendalian senjata nuklir dengan Amerika Serikat (AS).
Dialog antara ‘Negeri Paman Sam’ dan ‘Negeri Beruang Merah’ terhenti lebih dari dua tahun setelah Rusia menangguhkan partisipasinya dalam New START, sebuah perjanjian senjata utama terakhir antara kedua negara adidaya.
"Pemerintahan Trump saat ini tengah menunjukkan kesiapannya untuk melanjutkan dialog mengenai isu-isu stabilitas strategis," kata Shoigu kepada kantor berita milik pemerintah, TASS, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Kamis (24/4).
Shoigu mengatakan, setiap perjanjian pengendalian senjata baru perlu memperhitungkan apa yang disebutnya sebagai meningkatnya ancaman terhadap Rusia, termasuk perluasan NATO, sistem pertahanan rudal global AS, dan penyebaran rudal darat jarak menengah dan pendek oleh Washington.
Perluasan NATO telah menjadi isu sentral dalam hubungan Rusia dengan Barat, terutama setelah runtuhnya Uni Soviet dan perluasan NATO ke wilayah bekas Pakta Warsawa. Rusia menganggap perluasan NATO sebagai pergeseran batas keamanan yang tidak bisa diterima dan ancaman bagi keamanan nasionalnya.
Shoigu, mantan menteri pertahanan (2012-2024), juga menyinggung usulan terbaru Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk memperluas pencegah nuklir Prancis ke sekutu Eropa sebagai perkembangan yang harus diperhitungkan dalam perjanjian apa pun di masa depan.
"Tindakan ini menciptakan ancaman militer tambahan bagi Rusia," kata Shoigu. "Itulah sebabnya kami menunggu proposal spesifik dari mitra Amerika Serikat kami."
Presiden Vladimir Putin menangguhkan keikutsertaan Rusia dalam perjanjian New START pada Februari 2023. Pakta tersebut, yang ditandatangani pada 2010 dan diperpanjang pada 2021, membatasi masing-masing pihak hingga 1.550 hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan dan akan berakhir pada 2026.
Shoigu menyalahkan pendahulu Trump, Joe Biden, atas apa yang disebutnya kebijakan ‘tidak bertanggung jawab’ yang merusak New START dan mendorong Rusia untuk menjauh dari perjanjian tersebut. Meski begitu, ia mengeklaim Moskow tetap mematuhi batasan jumlah perjanjian.
Ia juga memperingatkan bahwa Rusia memiliki hak untuk menggunakan senjata nuklir sebagai tanggapan terhadap agresi Barat, dan menyatakan Moskow dapat melanjutkan uji coba senjata nuklir sebagai tanggapan terhadap tindakan AS.
Shoigu, yang mengawasi invasi Ukraina tahun 2022 saat menjabat menteri pertahanan, kini mengepalai Dewan Keamanan negara yang kuat, yang memberi nasihat kepada Putin tentang masalah keamanan nasional. (Moscow Times/B-3)