
MAKAM Syekh Yusuf Al Makassari, yang meruapakan salah satu cagar budaya di bawah naungan Balai Cagar Budaya Sulawesi Selatan, Wilayah Kerja Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat (Sulselrabar) dipadati pengunjung meminta berkah sebelum memasuki bulan suci Ramadan.
Syekh Yusuf merupakan tokoh yang memimpin pemberontakan dari Gowa, Sulawesi Selatan. Pada 1683, ia bersama Pangeran Purbaya dan Pangeran Kidul bergerilya untuk melawan Belanda di Tangerang.
Karena dianggap menyulitkan Belanda, Syekh Yusuf dibuang ke Srilanka yang kemudian dipindah ke Cape Town, Afrika Selatan. Kendati demikian, Syekh Yusuf tidak berhenti berdakwah. Ia juga merupakan salah satu yang menyebarkan dasar Islam di Afrika Selatan.
Kompleks makam Syekh Yusuf, yang terletak di Jalan Syekh Yusuf, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulsel itu sejak dua pekan menjelang Ramadan sudah mulai dipadati pengunjung.
Juru Kunci Makam Syekh Yusuf, Mujibur Abdul Jalil, pengunjung tidak hanya datang dari Kabupaten Gowa saja, tapi dari daerah lain di Sulsel. Bahkan dari luar negeri kadang juga ada yang datang.
"Memang sudah tradisi dari sejak dulu, sebelum Ramadan banyak warga menziarahi Makam Syekh Yusuf baik lokalan atau dari luar daerah. Mereka datang, semuanya atas izin Allah," sebut Mujibur, Rabu (26/2).
Ia menambahkan, mereka akan datang sejak dua minggu sebelum Ramadan dan paling ramai nanti itu pada dua hingga sehari jelang Ramadan. Karena memang dibuka setiap hari, dan asalkan tertib.
"Mereka itu datang selain ziarah, ada yang hanya lihat-lihat, ada juga yang meminta berkah, dan bernazar. Itu tergantung niat mereka datang. Kami pengurus hanya menjaga agar pengunjung tertib," tambah Mujibur.
Terbukti, nampak dua pasangan pengantin yang masing mengenakan pakaian adat baju bodo, ikut masuk ke area makam dan berziarah dengan menaburi bunga di atas makam Syekh Yusuf. "Pengantinya minta berkah, apalagi ini jelang Ramadan, semoga selalu sehat dan selalu bersama hingga mau," ujar keluarga pengantin sambil lalu.
Di dalam makam juga, disiapkan orang pintar atau guru yang membantu para peziarah berdoa di makam.
Untuk masuk ke area makam, pengunjung harus bergantian dan berkelompok. Meski menurut penjaga makam kapasitas dalam ruang makam mencapai 70 orang, tapi tidak bisa juga masuk bersamaan semuanya.
Di depan pintu makam yang dipasangi pintu berlapis, terdapat tulisan tentang jejak perjuangan Syekh Yusuf, yang sekarang bahkan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional di dua negara yaitu di Indonesia dan Afrika Selatan.
Pada papan bicara itu tertera tulisan yang masih menggunakan ejaan lama, "Sjekh Yusuf Al Makassari, Lahir 3 Juli 1543, pergi hadji ke Mekkah pada tahun 1560, ke Banten Jawa Barat 1575. Diasingkan oleh kompeni dari Banten ke Ceylon tahun 1600. Dipindahkan dari Ceylon ke Kaaf Tandjung Pengharapan 1601.Wafat 23 Mei 1628. Dikebumikan di Dunia Kampung Lakiung, Gowa 24 Mei 1628".
Selain Makam Syekh Yusuf, di dalam komplek tersebut, ada juga makam istri, kerabat dan murid Syekh Yusuf yang membangun masjid tertua di Sulsel, yaitu Masjid Hilal Katangka, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kompleks makam Syekh Yusuf. (E-2)