Pengamat: Indonesia Perlu Tampil sebagai Middle Power Hadapi Perang Tarif Global

4 days ago 11
 Indonesia Perlu Tampil sebagai Middle Power Hadapi Perang Tarif Global PENGAMAT intelijen dan keamanan nasional, Stepi Anriani.(Dok. Pribadi)

PENGAMAT intelijen dan keamanan nasional, Stepi Anriani menilai Indonesia perlu tampil sebagai middle power atau kekuatan menengah dalam spektrum kekuatan internasional dalam menghadapi perang tarif global.

Ia menjelaskan, tarif impor AS 32% yang dikenakan Amerika Serikat pada impor dari Indonesia bukan angka kecil. Sementara itu, Tiongkok menghadapi situasi yang lebih parah dengan adanya balasan perang tarif akibat transhipment yang digagasnya.

Stepi menilai fragmentasi ini tidak hanya berdampak pada perubahan rantai pasok global dan tata kelola ekonomi global, tetapi juga pada pembentukan blok-blok ekonomi baru yang berpotensi mengisolasi negara-negara tertentu. Ia memprediksi 3 sikap utama yang mungkin terjadi akibat perang tarif ini. Pertama, negara-negara melawan dominasi AS dengan membentuk blok ekonomi baru. Kedua, dunia ikut skenario AS dan semakin tunduk pada hegemoni Amerika Serikat. Ketiga, sikap negara-negara yang mencoba bernegosiasi dan netral, lebih lunak dalam memposisikan diri.

Ia mengatakan Indonesia secara geopolitik berada di kawasan Indo-Pasifik yang menjadi wilayah strategis. Sebagai kawasan sentral, Indo-Pasifik merupakan episentrum pertumbuhan ekonomi, inovasi teknologi, dan diskursus isu-isu kawasan. Indonesia perlu mengambil peran strategis dalam mencegah konflik geopolitik terbuka di kawasan.

Stepi mengatakan ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan diperankan lebih kuat oleh Indonesia. Pertama, mempioritaskan perkuat struktur ekonomi domestik, menjaga daya beli masyarakat, serta menjaga stabilitas harga sehingga ketahanan ekonomi nasional terbangun.

Kedua, berupaya menarik investasi untuk pembangunan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Kolaborasi dengan pengusaha lokal dan luar negeri. Ketiga, diversifikasi perdagangan dan Kemitraan strategis dengan berbagai multilateral. Selanjutnya, memperkuat ASEAN Economic Forum dan solidaritas negara ASEAN Plus.

"Lalu, diplomasi Adaptif dalam menanggapi Perang Tarif Trump. Kemudian, meningkatkan kepercayaan publik di dalam negeri, kawasan dan global dengan muncul sebagai “middle power” dan memberikan solusi," kata Stepi melalui keterangannya, Selasa (15/4).

Stepi mengatakan Indonesia juga perlu melakukan penguatan intelijen ekonomi untuk deteksi dini. Indonesia perlu memperkuat peran intelijen ekonomi dalam memantau dinamika global, mendeteksi dini ancaman dampak perang tarif, dan melindungi sektor strategis. Sinergi antara intelijen, pembuat kebijakan, dan pelaku usaha akan meningkatkan kesiapsiagaan nasional terhadap tekanan ekonomi eksternal.

Selain itu, Indonesia dapat memimpin pembentukan Global South Economic Dialogue Initiative sebagai forum konsultatif negara-negara berkembang untuk berbagi strategi menghadapi perang tarif dan memperkuat posisi tawar bersama di panggung global. Inisiatif ini mencerminkan kepemimpinan Indonesia sebagai middle power yang proaktif, kolaboratif, dan visioner dalam mendorong sistem ekonomi global yang lebih adil dan inklusif.

"Tentunya bukan hal yang mudah bagi Indonesia untuk memposisikan diri sebagai pihak yang netral dan bersahabat, namun negosiasi-diplomasi dan kemitraan harus terus diupayakan. Momentum krisis harus dapat mendorong transformasi ekonomi, percepatan digitalisasi, dan transisi menuju ekonomi hijau dan energi terbarukan," katanya.

Lebih lanjut, Stepi mengatakan Indonesia perlu aktif mengembangkan perdagangan di kawasan potensial seperti Eropa, Asia Selatan, Timur Tengah sebagai alternatif dari ketergantungan barang-barang yang berasal dari AS. Strategi Pemerintah Indonesia membangun hubungan baik dengan Timur Tengah menunjukkan berbagai alternatif diplomasi untuk melindungi kepentingan nasionalnya.

Kunjungan pemerintah ke berbagai negara juga mencerminkan posisi Indonesia sebagai kekuatan menengah yang berusaha memainkan peran penyeimbang di tengah persaingan kekuatan besar. Indonesia, kata ia, perlu memperkuat ketahanan domestiknya sekaligus mengedepankan solidaritas.

"Dalam pergaulan Indonesia diperlukan kolaborasi sebagai kunci dalam menghadapi tantangan global saat ini. Indonesia, dengan posisi strategisnya di kawasan Indo-Pasifik, memiliki peluang dan tanggung jawab untuk berkontribusi pada stabilitas dan kemakmuran bersama. Indonesia harus dapat melihat peluang di situasi krisis dan kondisi genting sekalipun," katanya. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |