
PEMBELAJARAN abad ke-21 menuntut perubahan mendalam dalam dunia pendidikan. Sekolah tak lagi cukup membekali peserta didik dengan pengetahuan hafalan, tapi juga harus menyiapkan mereka menjadi warga global yang kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif (Naidoo, 2021; Chen, 2023). Guru dituntut untuk berperan sebagai fasilitator yang mampu menciptakan ruang belajar aktif dan reflektif dengan strategi inovatif yang mendorong pembelajaran mendalam.
Dalam konteks ini, pembelajaran berbasis inkuiri (PBI) menjadi pendekatan yang relevan. Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, tetapi juga memperkuat kesadaran peserta didik terhadap proses belajarnya. Bila diterapkan secara tepat, PBI mampu menjadi jembatan antara tuntutan zaman dan tujuan sejati pendidikan: membentuk manusia yang merdeka dalam berpikir dan bertindak.
PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI (PBI)
Istilah inkuiri dalam bahasa Inggris merujuk pada investigasi formal, berbeda dari enquiry yang berarti pertanyaan umum (Kidman & Casinader, 2017). Inkuiri merupakan fondasi penting dalam pengembangan pengetahuan modern, terutama dalam sains, karena mencerminkan cara kerja ilmu pengetahuan. Pendekatan itu memiliki sejarah panjang dalam pendidikan sains dan terus mengalami perkembangan (Flick & Lederman, 2006; Tsivitanidou et al, 2018). Pemikiran tokoh seperti John Dewey dan Jerome Bruner menegaskan bahwa inkuiri berangkat dari keraguan dan diarahkan pada pembentukan keyakinan melalui proses sistematis (Dewey, 1939).
Dalam pendidikan, inkuiri menjadi strategi utama untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Peserta didik tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga diajak menyelidiki, mengevaluasi, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti (Weber & Hagan, 2023). Melalui proses itu, mereka aktif terlibat dalam pembelajaran yang relevan dengan dunia nyata dan lebih bermakna. Inkuiri juga menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, memberi mereka ruang untuk bertanya, berpikir mandiri, dan memahami materi secara mendalam (Kuhlthau, 2007).
Pendekatan PBI awalnya berkembang dari praktik ilmiah dalam sains sebelum diadopsi disiplin lain seperti ilmu sosial (Hmelo-Silver et al, 2007; Kuhn et al, 2000). Esensinya terletak pada keterlibatan aktif siswa dalam menyelidiki fenomena seperti ilmuwan melalui eksperimen, pengumpulan data, penalaran ilmiah, dan pemodelan (de Jong, 2006; Lazonder & Harmsen, 2016; Chen, 2023: 2, 19).
Secara teoretis, PBI didasari oleh pemikiran Piaget, Vygotsky, dan Ausubel tentang konstruksi pengetahuan, interaksi sosial, serta pembelajaran bermakna (Ausubel, 1961, 2012; Vygotsky, 1971; Tsivitanidou et al, 2018: 2). Sebagai pendekatan konstruktivis yang berpusat pada siswa, PBI mendorong mereka mengajukan pertanyaan, membangun argumen, dan menarik kesimpulan berbasis data. PBI juga beririsan dengan PBL dan PjBL yang menekankan pemecahan masalah terbuka dengan dukungan guru melalui scaffolding (Weber & Hagan, 2023: 4; Wah Chu et al, 2017: 9–10).
Di bidang sains, siswa dilatih untuk berpikir dan bertindak seperti ilmuwan: merumuskan pertanyaan, menyusun hipotesis berdasarkan pengetahuan awal, mencari informasi, mengevaluasi bukti, dan menyimpulkan. Proses itu melatih kemampuan berpikir kritis yang penting bagi kehidupan demokratis (Weber & Hagan, 2023: 6, 8).
PBI untuk sains memungkinkan siswa memahami konsep dan prinsip sains lebih mendalam, melatih kemampuan berpikir seperti menganalisis data dan membuat hipotesis, serta membangun sikap positif terhadap sains. Selain itu, pendekatan itu menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman pribadi dan mendorong mereka membagikan hasil belajarnya (Tsivitanidou et al, 2018: 10; Kuhlthau, 2007: 4).
Dalam ilmu sosial, inkuiri dikembangkan untuk melatih siswa berpikir kritis dan membuat keputusan yang informatif demi kemaslahatan masyarakat multikultural dan demokratis. Kemampuan bertanya yang berbasis pengetahuan, mengevaluasi bukti, serta mempertimbangkan berbagai perspektif menjadi kunci. Di sinilah peran guru penting untuk membimbing dan scaffold kemampuan inkuiri siswa (Weber & Hagan, 2024: 1, 3, 4).
PBI: UNTUK APA DAN KE MANA ARAHNYA?
PBI memiliki berbagai tujuan, tapi pada dasarnya berujung pada dua sasaran utama: meningkatkan motivasi belajar dan mendorong proses pembelajaran yang bermakna. Tujuan yang berkaitan dengan motivasi mencakup peningkatan partisipasi aktif siswa serta ketertarikan mereka terhadap materi pelajaran, bukan semata-mata untuk memperoleh nilai tinggi atau capaian formal lainnya.
Dalam konteks ini, inkuiri digunakan untuk mendorong siswa memahami secara mendalam topik yang dipelajari (inquiring to learn). Di sisi lain, tujuan yang berkaitan dengan isi pembelajaran mencakup pemahaman atas konsep, prinsip, dan ide-ide umum yang dapat digeneralisasi lintas konteks (Chinn & Duncan, 2021: 3).
Tujuan kedua berkaitan dengan learning to inquire, yakni mengapa dan untuk apa siswa perlu belajar melakukan inkuiri. Hal itu diwujudkan melalui latihan berpikir kritis, terutama dalam mengemukakan argumen, mengevaluasi, dan mengkritisi suatu kesimpulan (Ford, 2008).
Dua subtujuan dari aspek ini adalah: pertama, memberi pengalaman langsung kepada siswa dalam menjalankan praktik inkuiri yang khas dari suatu disiplin ilmu. Misalnya, melalui pembelajaran sejarah, siswa dilibatkan dalam pendekatan serupa dengan yang digunakan sejarawan saat menyusun narasi sejarah; atau dalam sains, siswa mengeksplorasi cara ilmuwan membentuk konsep dan menghasilkan pengetahuan. Pendekatan ini memperlakukan siswa sebagai 'ilmuwan muda', &sejarawan muda', atau 'matematikawan muda'.
Subtujuan kedua menekankan pentingnya membekali siswa menjadi kompeten sebagai warga biasa, yakni orang yang meskipun bukan ahli mampu memahami dan terlibat secara kritis dengan isu-isu ilmiah dan sosial yang relevan dengan kehidupan mereka (Chinn & Duncan, 2021: 3).
Sebagai penutup, literatur mutakhir menegaskan bahwa peran guru sangat krusial dalam mewujudkan PBI yang bermakna pada abad ke-21. Keberhasilan pengembangan keterampilan abad ini tidak hanya ditentukan kemampuan teknis, tetapi juga kesiapan mental, kesadaran untuk terus belajar, serta kemauan untuk merefleksikan dan mengubah cara berpikir dan bekerja.
Guru tidak hanya dituntut untuk memahami konsep inkuiri, tetapi juga mampu membimbing siswa dalam seluruh prosesnya--dari merumuskan pertanyaan, menyelidiki, menganalisis bukti, hingga menyampaikan dan merefleksikan hasil belajar. Dengan penguasaan tersebut, guru dapat menjadi fasilitator yang efektif dalam membentuk generasi pembelajar kritis dan adaptif yang siap menghadapi kompleksitas dunia nyata.
Pada akhirnya, keberhasilan PBI bergantung pada kesediaan guru untuk terus belajar, beradaptasi, dan membimbing siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.