
MUSIM libur panjang Cheng Beng dan Idul Fitri 1446 Hijriah telah selesai. Para Pemudik pun bersiap untuk kembali ke tempat mereka masing-masing. Namun sebelum balik, para pemudik berburu bermacam oleh-oleh. Dari sekian banyak oleh-oleh makanan khas Pulau Bangka, otak-otak paling banyak yang diburu.
Otak-otak ini berasal dari Belinyu di Utara Pulau Bangka Provinsi Bangka Belitung (Babel). Bentuknya memang kecil, seukuran ibu jari dan dibungkus dengan daun pisang. Namun soal rasa dan kelezatan, jangan diragukan lagi. Siapa pun yang mencobanya pasti akan ketagihan.
Karena rasanya yang begitu nikmat, tak heran jika otak-otak selalu diburu dan disukai banyak kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Untuk menikmati sensansi kelezatan makanan olahan ikan tenggiri ini, tentunya harus dipadukan dengan kuah atau cuka yang dibuat dari terasi.
Kuah dan cuka yang terbuat dari terasi ini lah, yang membedakan otak-otak asal Pulau Bangka dengan otak-otak dari daerah lain pada umumnya.
Santi salah satu pemudik yang akan balik ke Jakarta mengaku, setiap pulang kampung di Sungailiat Bangka, selalu mencari otak-otak untuk oleh-oleh. "Selain untuk makan di rumah, oleh-oleh otak-otak ini juga untuk teman-teman kerja di kantor," kata Santi, Senin (7/4).
Karena banyak disukai, pada mudik tahun ini ia membawa otak-otak lebih banyak dari biasanya. "Saya beli sekitsr 300 buah, satu buahnya Rp2.500," ujarnya.
Hal senada juga di sampaikan Rahmat. Menurutnya otak-otak selain untuk oleh-oleh dirumah, juga ada pesanan dari teman-teman kerja. "Ada teman yang nitip juga, jadi sekalian beli. Lagi bawanya mudah tidak lah terlalu berat," katanya.
Selain otak-otak sebagai oleh-oleh favorit, dia juga membeli oleh-oleh lainya seperti kerupuk, gelas, kembang dan terasi. "Semua oleh-oleh itu wajib ada setiap saya mudik ke Pulau Bangka," ujarnya
Anna, pekerja otak-otak Afong di Sungailiat, Bangka, mengatakan pengolahan otak-otak cukup sederhana. Pertama-tama siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan seperti ikan tenggiri pancing yang masih segar, sagu, santan dan bumbu penyedap rasa.
Setelah itu, semua adonan diaduk hingga merata, siapkan daun pisang yang sudah di potong segi empat, lalu letakkan adonan seukuran ibu jari dan bungkus dengan daun pisang. "Jangan lupa ujung-ujung daun pisang ditusuk dengan lidi," kata Anna.
Ia menyebutkan untuk memasak otak-otak haruslah dengan cara dipanggang selama kurang lebih 10 hingga 15 menit dan otak-otak siap dihidangkan kepada para pembeli.
Ia mengaku pada momen Lebaran dan Cheng Beng, permintaan otak-otak meningkat drastis di bandingkan hari-hari biasa. "Cheng beng dan Lebaran ini, setiap hari 10 ribu otak-otak terjual, dengan harga Rp2.500 per buah,"ujarnya.
Ramainya pembeli menurut Anna membuat omzet pun melambung hingga Rp25 juta setiap hari. "Pembeli bukan hanya makan di tempat, tapi banyak juga yang pesan untuk dibawa pulang ke rumah, bahkan ada yang untuk oleh-oleh pulang ke daerah asalnya, seperti Palembang, Jakarta hingga ke luar negeri," urainya.
Ia mengklaim cita rasa otak-otak Afong berbeda dengan otak-otak lain pada umumnya. Perbedaannya pada cuka yang dibuat dari terasi sehingga terasa begitu nikmat, menggugah selera dan bikin ketagihan.(E-2)