Muncul Kembali, Fenomena 'Rojali' Diyakini Sudah Lama Ada

9 hours ago 3
Muncul Kembali, Fenomena 'Rojali' Diyakini Sudah Lama Ada Ilustrasi(MI/Ramdani)

FENOMENA rombongan jarang beli atau rojali diduga kembali muncul di pusat-pusat perbelanjaan. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyebut fenomena tersebut bukanlah hal baru.

Menurut dia, masyarakat bebas untuk menentukan pilihan untuk berbelanja secara daring ataupun luring. Masyarakat juga berhak melihat sebuah produk di mal dan kemudian membelinya secara daring. Hal ini adalah cara masyarakat untuk melihat kualitas barang secara langsung.

"Kan kita bebas kan. Saya bilang kan kita, tuh, bebas mau beli di (toko) online, mau beli di (toko) offline, kan, bebas. Kan, dari dulu juga ada itu," ujar Budi di Jakarta, Rabu (23/7).

Hal itu, sambungnya, merupakan strategi konsumen untuk melihat dan menganalisa sebuah produk yang diminati secara langsung. Di samping itu, melihat produk secara langsung di pusat perbelanjaan merupakan hal yang lumrah.

Dirinya juga menekankan pemerintah tidak bisa mengintervensi masyarakat untuk mewajibkan pembelian produk harus dilakukan di mal atau toko fisik lainnya.

"Dari dulu kan begitu, namanya orang mau belanja dicek dulu, yang pengin lihat barangnya baguskah, harganya seperti apa. Jangan sampai nanti dapat yang palsu, misalnya, kan, git. (Jika) dapat barang rekondisi, makanya dicek barangnya bagus," katanya.

Jumlah Rojali Meningkat

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan rojali sudah lama terjadi di Indonesia, namun dari waktu ke waktu jumlahnya terus meningkat.

Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan intensitas fenomena ini terus meningkat, salah satunya adalah melemahnya daya beli masyarakat.

"Penyebabnya juga banyak, kalau yang di kelas menengah atas mereka lebih hati-hati dalam berbelanja apalagi kalau ada pengaruh makroekonomi, mikroekonomi dari global sehingga mereka belanja atau investasi. Kan itu juga terjadi," Alphonzus.

Dari sisi kelas menengah bawah, penyebab dari rojali adalah daya beli masyarakat yang berkurang, sehingga mereka akan lebih memilih produk atau barang yang harga satuannya lebih murah.

Pergeseran Pola Belanja

Ia mengatakan jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan tetap naik meski tidak signifikan. Namun, pola belanjanya mulai mengalami pergeseran.

"Pola belanjanya, satu mereka jadi lebih selektif berbelanja, kalau tidak perlu ya tidak. Kemudian kalaupun belanja, beli barang produk yang harga satuan yang unit price-nya murah. Jadi saya kira fenomena ini yang terjadi," ujar dia. (Ant/E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |