Momentum Perubahan

2 weeks ago 17
Momentum Perubahan (MI/Seno)

SEBELUM mengakhiri puasa Ramadan, umat Islam berdoa agar diberi kesempatan bertemu dengan Ramadan tahun berikutnya. Saat memasuki Rajab, umat Islam berdoa agar mendapatkan berkah pada Syakban dan berkesempatan memasuki Ramadan. Banyak kaum muslim yang menyelenggarakan tarhib Ramadan. Mereka menyambut Ramadan dengan penuh cinta dan sukacita, menyiapkan mental spiritual melaksanakan ibadah Ramadan: puasa, Tarawih, dan ibadah lainnya.

Dalam Islam, ibadah bukan sekadar ritual-spiritual, mengumpulkan pahala, dan berlomba masuk surga. Ibadah ialah proses pendidikan agar manusia berada dalam harkat dan martabatnya sebagai makhluk mulia (QS Al-Isra' [17]: 70). Ibadah itu untuk memuliakan manusia, mengangkat harkat dan martabatnya ke tempat kedudukan tertinggi dengan kepribadian yang utama. '...Sesungguhnya manusia yang paling mulia adalah mereka yang paling bertakwa...' (QS Al-Hujurat [49]: 13). Berpuasa ialah ibadah yang bila dilaksanakan penuh keikhlasan akan membentuk manusia menjadi pribadi bertakwa (QS Al-Baqarah [2]: 183).

Menjadi pribadi bertakwa itu berproses (becoming). Tidak bisa instan; kun fayakun. Bertakwa itu bertingkat-tingkat. Bagaimana agar menjadi manusia bertakwa? Pertama, bertobat dengan melihat ke dalam diri secara jujur, mengakui dosa, kesalahan, kekurangan, dengan memperbanyak istigfar. Mengakui kesalahan dan dosa bukanlah perbuatan nista, melainkan justru merupakan sifat utama. Ada ungkapan Jawa, sing salah seleh, kalau merasa salah berhentilah.

Kedua, berniat untuk berubah, menetapkan ke mana arah dan tujuan (goal directedness). Nabi bersabda: "Setiap perbuatan (hendaknya) dimulai dan bergantung pada niat." Dalam proses belajar, menetapkan niat ialah goal directedness, fokus kepada tujuan. Al-Qur'an menyebutkan karakter manusia yang bertakwa ialah manusia yang teguh beriman (Allah, rasul, malaikat, kitab, dan hari akhir), taat beribadah (salat, zakat, haji), serta berakhlak mulia (sabar, jujur, pemaaf, tidak mudah marah, menepati janji, santun, dan dermawan).

Ketiga, istikamah, melaksanakan perbuatan menuju cita-cita dengan sepenuh kemampuan, tetapi tidak memaksakan diri. Mulai yang kecil, mudah, ringan, tetapi konsisten. Rasulullah SAW bersabda: "Allah mencintai manusia yang konsisten berbuat baik walaupun hanya sedikit."

Keempat, muhasabah: melakukan evaluasi diri, melihat setiap capaian dengan jernih dan berusaha memperbaiki dengan tidak mengulangi kesalahan. Ibarat belajar, muhasabah ialah proses self-observed learning ourcome (SOLO). Dalam Al-Qur'an disebutkan di antara karakter manusia bertakwa ialah mereka yang apabila berbuat keji atau zalim kepada diri sendiri segera mengingat dan memohon ampunan Allah serta berusaha untuk menjadi lebih baik dengan tidak berbuat dosa lagi pada masa yang akan datang (QS Ali Imran [3]: 135).

Dengan cara demikian, ibadah Ramadan, khususnya puasa, dapat membentuk manusia yang bertakwa. Secara sosiologis, perubahan individu akan berdampak terhadap perubahan sosial. Secara kolektif, ibadah Ramadan merupakan momentum membentuk individu, masyarakat, umat, dan bangsa yang bertakwa.

Marhaban ya Ramadan. Bulan penuh kemuliaan. Bulan perubahan.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |