Moderasi Beragama Tidak Hanya Sebatas dengan Sesama Manusia, Tapi Juga Lingkungan dan Tuhan

15 hours ago 3
Moderasi Beragama Tidak Hanya Sebatas dengan Sesama Manusia, Tapi Juga Lingkungan dan Tuhan Menteri Agama Nasaruddin Umar(Dok Kemenag)

MENYONGSONG Hari Kebangkitan Nasional, salah satu langkah untuk memperkuat semangat kebangsaan adalah melalui moderasi beragama. Konsep yang digulirkan Kementerian Agama ini menjunjung toleransi dan keberagaman di tengah masyarakat yang majemuk. 

Saat ini, di bawah pimpinan Menteri Agama Nasaruddin Umar, moderasi beragama tidak hanya sebatas antar sesama manusia, namun lebih dari itu. Konsep itu dikenalkan dengan nama Trilogi Kerukunan Jilid II, yang mencakup kerukunan antarsesama manusia, kerukunan antara manusia dan lingkungan alam semesta, dan kerukunan antara manusia dan alam untuk tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Yang pertama, kerukunan antara sesama umat manusia. Kita jangan sampai saling menghancurkan. Apapun agamanya, apapun etniknya, kita sama-sama manusia,” Silaturahmi Nasional Ormas-Ormas Islam dan Halal Bihalal Idulfitri 1446 H yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru-baru ini. .

Pada pilar kedua, dia menekankan pentingnya hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan hidup. Dikatakan Nasaruddin Umar, alam semesta, bukan sekadar objek, tetapi partisipan yang juga bertasbih memuji Tuhan.

“Yang kedua, kerukunan antara manusia dengan alam semesta. Jadi alam semesta ini partner kita, bukan hanya objek, tapi juga partisipan. Mari kita bersahabat dengan tanaman, binatang, bahkan benda mati,” tutur sosok yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini.

Dia juga mengingatkan pentingnya hubungan spiritual manusia dengan Tuhan, yang didasarkan pada penyucian dan pemahaman yang lebih dalam terhadap makna keberadaan.

“Terakhir, kerukunan dengan Tuhan. Sebagai apapun definisi kita tentang Tuhan, kita ini hanya cangkir. Apa arti sebuah cangkir untuk menampung samudra? Maha Suci Allah terhadap apapun yang Anda perkirakan,” kata Nasaruddin Umar.

"Sudah saatnya kita memperluas pemahaman kerukunan, bukan hanya relasi sosial, tapi juga hubungan kita dengan alam. Lingkungan adalah ciptaan Tuhan yang juga bertasbih dan berperan menjaga keseimbangan bumi," lanjutnya. 

Nasaruddin Umar menekankan pentingnya peran strategis ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran ekologis di tengah masyarakat. Ia mengingatkan bahwa krisis lingkungan adalah tantangan nyata yang perlu dijawab dengan pendekatan spiritual dan moral.

Sebagai bentuk implementasi, Kementerian Agama menggagas Gerakan Ekoteologi, yaitu pendekatan keagamaan yang mendorong kepedulian lingkungan berbasis nilai-nilai spiritual.

“Masjid, rumah ibadah, KUA, dan lembaga pendidikan keagamaan akan dilibatkan aktif sebagai motor gerakan ini. Harapannya, gerakan ini berkontribusi nyata dalam pelestarian lingkungan dan pencegahan kerusakan iklim,” tambahnya.

Konsep ini diketahui juga sangat relevan dengan prinsip Tri Hita Karana yang dianut umat Hindu. Menurutnya, penguatan nilai-nilai ekoteologi menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Ekoteologi merupakan salah satu dari delapan program prioritas (Asta Protas) Kementerian Agama.

Nasaruddin Umar menilai, spiritualitas tanpa kesadaran ekologis tidak akan mampu menopang pembangunan berkelanjutan.?
Kementerian Agama mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya pemuka agama dan pemimpin daerah, untuk menjadikan nilai-nilai ekoteologi sebagai bagian dari gerakan bersama merawat bumi demi generasi mendatang.(H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |