
MENTERI Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menegaskan bahwa Hari Raya Nyepi memiliki pesan yang sangat penting, bukan hanya untuk umat Hindu, tetapi juga untuk seluruh umat manusia. Di tengah dunia yang penuh hiruk pikuk dan percepatan perubahan, manusia perlu mengambil jeda untuk hening, merenung, dan menemukan kembali arah hidupnya.
"Hening, bukan karena lemah. Sunyi, bukan karena kalah. Tetapi dari keheninganlah kita menemukan arah, mendengar suara hati, dan menyadari makna eksistensi kita sebagai makhluk spiritual dan makhluk sosial," kata Pratikno dalam keterangannya, Sabtu (26/4).
Ia menekankan bahwa nilai-nilai Catur Brata Penyepian Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan, dan Amati Lelaungan merupakan bentuk konkret pengendalian diri, introspeksi, serta kesadaran terhadap hubungan manusia dengan alam semesta. Menurutnya, nilai-nilai tersebut menjadi semakin relevan di era sekarang, di mana dunia bergerak cepat tanpa henti.
"Kita hidup di zaman yang disebut The Great Acceleration, di mana perubahan terjadi bukan lagi tahunan, tapi harian. Perkembangan teknologi, artificial intelligence, krisis iklim, pandemi, perang, disrupsi ekonomi, dan transformasi sosial datang silih berganti," paparnya.
Dalam dunia yang terkoneksi tanpa batas negara dan waktu, serta dibanjiri informasi dan iklan tanpa henti, ia menilai menjadi hening bukanlah hal yang mudah. Namun justru dari ruang hening itulah, manusia bisa membuat keputusan yang bijak, keputusan yang membawa kebaikan untuk seluruh makhluk dan berorientasi pada masa depan.
"Kita tidak bisa menghadapi dunia yang bising dengan ikut bising. Kita butuh ruang batin yang jernih untuk bisa bertindak bijak," tegasnya.
Kemajuan teknologi, globalisasi, dan berbagai transformasi tidak boleh membuat bangsa Indonesia tercerabut dari nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal. Indonesia harus mampu menjadi bangsa yang modern, inovatif, tetapi tetap manusiawi, produktif namun juga kontemplatif.
Dalam konteks pembangunan nasional, Pratikno mengajak semua pihak untuk menjadikan nilai-nilai Hari Nyepi sebagai dasar dalam membangun manusia Indonesia ke depan: manusia yang tangguh secara mental, kokoh secara spiritual, cakap secara digital, bijak dalam perubahan, dan solid dalam kebersamaan antarumat.
Ia menekankan bahwa pembangunan manusia tidak hanya bertujuan mencetak SDM yang pintar secara akademis, tetapi juga manusia yang utuh, yang berpikir jauh dan dalam, serta bertindak bijak untuk kebaikan sesama dan kelestarian alam.
“Pembangunan manusia adalah fondasi utama menuju Indonesia Emas 2045. Transformasi pendidikan, penguatan ketahanan keluarga, pengembangan talenta digital, ekonomi hijau, serta revitalisasi budaya dan jati diri bangsa menjadi pilar penting untuk mencapai cita-cita tersebut,” pungkasnya. (H-2)