Kepala Bapanas Minta Beras dengan Mutu serta Label yang Baik Sampai ke Masyarakat

1 day ago 4
Kepala Bapanas Minta Beras dengan Mutu serta Label yang Baik Sampai ke Masyarakat Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi meminta para pelaku usaha perberasan dapat memperbaiki produknya agar sesuai dengan label dan informasi yang tertera di kemasan.(Dok. Bapanas)

KEPALA Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi meminta para pelaku usaha perberasan dapat memperbaiki produknya agar sesuai dengan label dan informasi yang tertera di kemasan. Hal ini diminta atas dasar perintah Presiden Prabowo Subianto yang menginginkan beras bagi rakyat Indonesia harus baik dan tidak boleh ada unsur penipuan.

"Seperti yang disampaikan Bapak Presiden, kalau isi dalam kemasan beras tak sesuai dengan yang tertera di label, itu penipuan. Tidak hanya beras, berlaku juga bagi semua komoditas. Potensi kerugian konsumen kalau dari hasil investigasi Kementerian Pertanian bisa sampai Rp99 triliun setahun. Itu sederhananya, kalau harga beras medium sekitar Rp12.000 tapi dijual premium, ada selisih harga Rp3.000 per kilonya. Jadi kesesuaian mutu dari beras yang ingin dibeli oleh masyarakat, itu harus ter-deliver," katanya dikutip dari siaran pers yang diterima, Kamis (24/7).

Menurut Arief, anomali ini berawal dari tren produksi beras nasional yang tengah menanjak yang kemudian diikuti harga beras justru semakin berfluktuasi. Melalui langkah investigasi ke beras yang beredar di pasaran, pemerintah berhasil menemukan ketidaksesuaian antara beras dengan label kemasan.

"Jadi sebenarnya logika yang dipakai itu adalah pada saat panen raya kemarin, kita bisa surplus. Bahkan produksi versus konsumsi surplusnya bisa 3-4 juta ton, sehingga tidak masuk akal kalau harga beras naik signifikan. Kemudian setelah di cek, memang kesesuaian antara packaging dan beras isi yang ada dalam packaging itu yang menjadi concern," ungkapnya.

Arief memaparkan total proyeksi produksi beras sampai Agustus dapat mencapai 24,96 juta ton, sementara total konsumsi beras Januari-Agustus membutuhkan 20,66 juta ton. Dengan demikian, masih adanya surplus yang terjadi antara produksi dan konsumsi beras selama Januari-Agustus sejumlah 4,3 juta ton.

Selain itu, ia menyampaikan adanya kemungkinan penyusutan bobot barang sebagai akibat dari mobilisasi. Hal itu, sambung Arief, merupakan hal yang biasa terjadi dan para pelaku usaha perberasan pasti telah paham untuk mengatasi hal tersebut. Oleh karenanya, ia mendorong para pelaku usaha beras dapat kembali lebih memerhatikan aspek keakuratan tersebut.

"Sebenarnya tidak ada alasan berat itu berkurang dari yang seharusnya ada di labeling. Kalau beratnya 5 kilo, ya harusnya tidak terlalu jauh dari 5 kilo, karena biasanya toleransinya 1 per mil atau teknik berikutnya adalah dilebihkan sedikit, misalnya 5,05 kilo. Biasanya kalau teman-teman perberasan sudah memahami itu," tutur Arief.

"Kemudian kalau kadar air itu maksimal 14% untuk beras medium dan premium. Tapi kalau dikirim dengan kadar air di bawah itu, khawatir bisa rentan patah dan malah jadi broken-nya bermasalah. Jadi sebenarnya di dunia perberasan ini sudah biasa dengan hal-hal itu. Tinggal bagaimana ke depannya, kita fokus perbaiki kembali dengan mengacu pada standar mutu beras yang ada," tambahnya. (Fal/E-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |