
PEMBANGUNAN bangsa dimulai dari pembangunan keluarga, karena keluarga adalah unit terkecil sekaligus paling mendasar dalam membentuk kualitas sumber daya manusia (SDM). Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) sendiri adalah fondasi penting bagi terciptanya keluarga sehat, sejahtera, dan berdaya menuju SDM berkualitas.
"Program KB bukan semata mengatur kelahiran, tetapi merupakan wujud nyata ikhtiar kita untuk menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan AKB), serta mencegah stunting. Sehingga generasi penerus Indonesia tumbuh lebih kuat dan lebih berkualitas.”
Hal tersebut disampaikan Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN), Wihaji saat menyampaikan arahannya pada Acara “Pencanangan Pelayanan KB Serentak dalam Rangka HUT IBI ke-74 Tahun 2025”, di Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) Bidan Siti Salma, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (5/4/2025).
“Program ini mengajarkan pentingnya perencanaan keluarga, dengan mencegah “empat terlalu" (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak melahirkan) serta mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Karena setiap kehamilan haruslah direncanakan. Setiap anak haruslah lahir dalam cinta dan kesiapan," kata Menteri Wihaji.
Pada kesempatan ini, Menteri Wihaji juga sangat bangga dan mengapresiasi peran bidan yang selama ini menjadi sangat penting. Bidan bukan hanya tenaga kesehatan, namun bidan adalah garda terdepan yang mendampingi keluarga, memberikan edukasi, serta menjadi benteng pencegahan risiko stunting. Dengan keterlibatan para bidan, program Pelayanan KB serentak dapat hadir nyata di tengah masyarakat.
“Kita tidak hanya membangun program dari balik meja. Kita turun langsung, hadir di setiap desa, di setiap pelosok, memastikan setiap masyarakat tanpa terkecuali mendapatkan layanan terbaik,” terang Menteri Wihaji.
“Kita harus pastikan bahwa tidak ada satu pun keluarga Indonesia yang tertinggal dari haknya mendapatkan pelayanan KB yang berkualitas. Dari Sabang sampai Merauke pelayanan KBKR harus dirasakan manfaatnya,” lanjut Menteri.
Dalam rangka peringatan HUT ke-74 IBI dan Hari Bidan Internasional, Kemendukbangga/BKKBN bersinergi bersama Pengurus Pusat (PP) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menyelenggarakan Pelayanan KB Serentak 1 juta akseptor dalam kurun waktu 5-31 Mei 2025 di seluruh provinsi se-Indonesia.
Pelaksanaan pelayanan KB serentak 1 juta akseptor ini diprioritaskan kepada pelayanan KB IUD dengan target Rekor MURI 50 ribu akseptor dan pelayanan KB pascapersalinan.
KB pascapersalinan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan kepada ibu pasca bersalin (42 hari). KB pascapersalinan penting karena memiliki peran strategis dalam membantu ibu menjaga kesehatan reproduksinya setelah melahirkan, menghindari kehamilan yang terlalu cepat setelah persalinan. Sehingga dapat menurunkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayi.
“Alhamdulillah, berkat kerja keras dan kolaborasi semua pihak, tahun 2024 lalu Indonesia melalui Kemendukbangga/BKKBN mendapatkan penghargaan Internasional dari FP2030 atas capaian program KB Pascapersalinan (KBPP) tertinggi di kawasan Asia Pasifik.
Selain itu, karena keberhasilan tersebut, pada April 2025, Kemendukbangga/BKKBN juga mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah bagi delegasi Pakistan yang ingin melihat keberhasilan KBPP di Indonesia. Capaian ini menjadi bukti bahwa Indonesia mampu. "Dan kita buktikan kalau kita bisa lebih hebat lagi,” ucap Menteri Wihaji.
Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum Pengurus Pusat IBI Ade Jubaedah. Ia menyampaikan harapannya, bahwa pelaksanaan program KB tidak hanya mengejar target kuantitas, tapi tetap memperhatikan kualitas pelayanan KB secara maksimal, sebagai salah satu cara pemerintah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Kolaborasi antara IBI secara panjang, terutama dengan Kemendukbangga/BKKBN, terlihat dari slogan, 'Ada Bidan, Ada KB. Ada KB, Ada Bidan, dalam generasi sehat menuju Indonesia emas'. (H-1)