Hipertensi Ancam Generasi Muda

1 week ago 16
Hipertensi Ancam Generasi Muda Ilustrasi(Shutterstock)

Hipertensi selama ini banyak dikaitkan dengan kelompok usia lanjut. Namun, tren terbaru menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi semakin banyak menyerang kelompok usia muda, termasuk remaja dan individu yang berada dalam usia produktif. Fenomena ini menjadi perhatian serius karena hipertensi sering disebut sebagai silent killer yang dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal jika tidak terdeteksi dan ditangani dengan baik.  

Menurut data Riskesdas 2018, hanya 1 dari 3 pasien hipertensi yang mencapai target pengobatan, yang berarti banyak penderita hipertensi yang tidak menyadari kondisinya atau tidak mendapatkan perawatan yang memadai. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia menurun menjadi 30,8% dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2018 (34,1%). Namun, tren peningkatan kasus hipertensi pada kelompok usia muda tetap menjadi perhatian.  

Dokter Spesialis Saraf Eka Harmeiwaty menegaskan bahwa pengendalian tekanan darah sangat penting untuk menghindari komplikasi serius. 

“Hipertensi yang tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, kebutaan, hingga kepikunan,” ujar Eka.

Faktor risiko hipertensi di generasi muda beragam, mulai dari faktor genetik hingga gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan tinggi garam, kebiasaan merokok, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, serta stres yang tinggi menjadi pemicu utama peningkatan tekanan darah pada kelompok usia ini. Namun, hingga saat ini belum ada kebijakan pemerintah yang secara eksplisit melarang kebiasaan seperti merokok atau membatasi konsumsi garam berlebih secara efektif.  

Hipertensi juga perlu dilihat dari aspek genomik. Penelitian menunjukkan bahwa 60,1% hipertensi berhubungan dengan faktor genetik, sementara sisanya dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup. Dalam beberapa tahun terakhir, tes genomik semakin populer dalam dunia kesehatan sebagai salah satu inovasi untuk mendeteksi dini risiko hipertensi. 

“Tes genomik dapat mengidentifikasi gen spesifik yang berhubungan dengan hipertensi, sehingga memungkinkan adanya upaya pencegahan dan pengobatan yang lebih personal,” kata Eka.  

Pencegahan hipertensi sejak dini menjadi kunci utama dalam menekan angka kejadian penyakit ini di usia produktif. Dokter Spesialis Jantung Teguh AS Ranakusuma menekankan pentingnya pencegahan primordial, yaitu mencegah faktor risiko hipertensi sebelum tekanan darah mulai meningkat secara abnormal. 

“Jika pencegahan primordial dilakukan sejak masa kanak-kanak, maka angka hipertensi pada usia dewasa muda bisa ditekan, bahkan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,” jelasnya.  

Namun, banyak anak muda yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi karena hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas. Gejala seperti sakit kepala, mudah lelah, nyeri dada, dan penglihatan buram baru muncul ketika tekanan darah sudah sangat tinggi atau terjadi komplikasi. 

Hal ini berkaitan dengan konsep Rules of Halves, yaitu sekitar separuh penderita hipertensi tidak sadar bahwa mereka mengalami kondisi ini. Dari mereka yang terdiagnosis, sebagian tidak mendapatkan pengobatan, dan dari mereka yang menjalani pengobatan, hanya sebagian yang mencapai target kontrol tekanan darah yang optimal.  

Mengingat semakin tingginya kasus hipertensi di usia muda, skrining tekanan darah rutin perlu digalakkan agar deteksi dini bisa dilakukan. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bisa menjadi solusi efektif dalam pengendalian hipertensi, namun perlu didukung oleh kebijakan yang lebih kuat di pelayanan primer. Selain itu, edukasi dan promosi gaya hidup sehat di kalangan anak muda harus terus ditingkatkan untuk menekan angka hipertensi di Indonesia. Dengan meningkatnya tren hipertensi pada anak muda, perubahan pola pikir dari pendekatan kuratif ke preventif menjadi sangat penting. Jika sejak dini anak muda sudah menerapkan gaya hidup sehat, menghindari faktor risiko utama, serta rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah, maka dampak jangka panjang dari hipertensi bisa diminimalkan. 

"Pencegahan dan pengelolaan hipertensi yang baik akan meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi beban penyakit di masa depan," pungkas dia. (E-3) 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |