
JANTUNG adalah bagian vital bagi semua orang dan perlu dijaga kesehatannya. Jika tidak dijaga kesehatannya, organ untuk memompa darah ke seluruh tubuh ini dapat sakit.
Gangguan pada jantung tentunya tidak dapat dianggap sepele, karena dapat berakibat fatal hingga kematian. Maka dari itu, kamu perlu memastikan organ ini terjaga dengan baik.
Sakit jantung umumnya disebabkan oleh penumpukan plak akibat lemak, kolesterol, kalsium, atau zat lain di pembuluh arteri. Penumpukan plak tersebut membuat darah sulit untuk dialirkan menuju organ jantung.
Dalam beberapa kasus, kondisi tersebut dapat memblokir aliran darah. Akibatnya, serangan jantung atau stroke tidak dapat dihindari. Sakit jantung umumnya terjadi pada lansia. Meski demikian, penyakit ini juga dapat dialami oleh anak muda akibat pola hidup tidak sehat yang dijalani.
Selain itu, kamu juga perlu mengetahui beberapa hal yang dapat menjadi penyebab sakit jantung. Dengan mengetahui ini, kamu bisa menghindarinya agar jantung tetap sehat. Bahkan, penyakit jantung tidak memandang usia seseorang, tua atau muda dapat mengalaminya.
Lantas, apa saja penyebab sakit jantung di usia muda? Simak penjelasannya di sini!
Penyebab Sakit Jantung di Usia Muda
Tidur yang Kurang Cukup
Studi yang dipublikasikan di Journal of the American Heart Association (2019) menunjukkan bahwa durasi tidur pendek (kurang dari 6 jam/hari) dan kualitas tidur buruk berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis (penumpukan plak di pembuluh darah) dan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini melibatkan 3.974 partisipan dewasa tanpa riwayat jantung, yang menjalani pemantauan tidur menggunakan alat actigraphy dan pemeriksaan pencitraan pembuluh darah.
Hasilnya, partisipan dengan tidur kurang dari 6 jam/hari memiliki risiko 27% lebih tinggi mengalami aterosklerosis sistemik dibandingkan yang tidur 7–8 jam. Kurang tidur juga dikaitkan dengan peningkatan peradangan dan stres oksidatif, yang memicu kerusakan pembuluh darah.
Selain durasi, fragmentasi tidur (sering terbangun) turut memperburuk kesehatan jantung, bahkan setelah disesuaikan dengan faktor risiko tradisional seperti obesitas atau merokok. Studi ini menegaskan bahwa tidur tidak cukup mengganggu regulasi hormonal (misalnya kortisol dan adrenalin), yang berperan dalam tekanan darah dan metabolisme glukosa.
Temuan ini mendorong rekomendasi agar durasi dan kualitas tidur dianggap sebagai faktor kunci dalam pencegahan penyakit jantung, setara dengan diet dan olahraga. Peneliti menyarankan skrining gangguan tidur pada pasien dengan risiko kardiovaskular.
Konsumsi Makanan Berlemak
Studi yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology (2017) mengonfirmasi bahwa konsumsi lemak trans (asam lemak trans) secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner (PJK).
Analisis data dari berbagai penelitian prospektif menunjukkan bahwa asupan lemak trans—yang banyak ditemukan dalam makanan olahan, gorengan, dan margarin—berkaitan dengan peningkatan kadar LDL (kolesterol jahat) dan penurunan HDL (kolesterol baik), serta memicu peradangan sistemik dan disfungsi endotel pembuluh darah. Temuan ini konsisten di berbagai populasi, menunjukkan bahwa bahkan asupan dalam jumlah kecil (2% dari total kalori harian) dapat meningkatkan risiko PJK hingga 23%.
Penelitian ini menekankan bahwa tidak ada tingkat aman untuk konsumsi lemak trans industri (buatan), sehingga rekomendasi kebijakan kesehatan global—seperti larangan lemak trans oleh FDA dan WHO—sangat diperlukan.
Studi ini juga membedakan dampak lemak trans alami (dalam daging dan susu) yang memiliki efek lebih kecil dibandingkan versi industri. Para penulis menyarankan untuk sepenuhnya menghindari makanan mengandung partially hydrogenated oils (minyak terhidrogenasi parsial) dan beralih ke lemak tak jenuh (seperti minyak zaitun atau alpukat) untuk mengurangi beban global PJK.
Konsumsi Alkohol Berlebih
Mayo Clinic News Network menjelaskan bahwa meskipun konsumsi alkohol dalam jumlah moderat (misalnya 1 gelas/hari untuk wanita, 2 gelas/hari untuk pria) mungkin memiliki efek protektif terhadap jantung, konsumsi berlebihan justru meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular secara signifikan.
Alkohol berlebih dapat menyebabkan kardiomiopati (melemahnya otot jantung), aritmia (detak jantung tidak teratur), dan hipertensi, yang semuanya merupakan faktor risiko utama gagal jantung dan stroke. Selain itu, kebiasaan minum alkohol berlebihan juga dikaitkan dengan peningkatan trigliserida dan peradangan sistemik, yang mempercepat kerusakan pembuluh darah.
Mayo Clinic memperingatkan bahwa tidak ada manfaat kesehatan yang melebihi risiko jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan.
Studi menunjukkan bahwa pola minum binge drinking (sekali minum dalam jumlah besar) atau konsumsi kronis dapat menyebabkan fibrilasi atrium dan memperburuk kondisi jantung yang sudah ada. Para ahli menekankan bahwa alternatif yang lebih aman untuk kesehatan jantung adalah dengan mengadopsi pola makan seimbang, olahraga teratur, dan menghindari kebiasaan minum alkohol berlebihan. Rekomendasi ini terutama penting bagi individu dengan riwayat keluarga penyakit jantung atau kondisi medis seperti diabetes dan obesitas.
Tingkat Stres yang Tinggi
Harvard Health Publishing menjelaskan bahwa stres kronis berdampak signifikan terhadap kesehatan jantung. Ketika tubuh terus-menerus berada dalam kondisi stres, hormon seperti kortisol dan adrenalin meningkat, yang memicu kenaikan tekanan darah, peradangan sistemik, dan peningkatan kadar gula darah semua faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.
Stres juga dapat mendorong perilaku tidak sehat seperti merokok, makan berlebihan, atau kurang tidur, yang semakin memperburuk risiko penyakit jantung. Studi menunjukkan bahwa individu dengan tingkat stres tinggi memiliki kemungkinan lebih besar mengalami serangan jantung, stroke, atau aterosklerosis.
Selain efek fisiologis, stres juga memengaruhi kesehatan jantung melalui gangguan irama jantung (aritmia) dan peningkatan kecenderungan pembentukan gumpalan darah.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami stres akut (misalnya, akibat kejadian traumatis) memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom jantung patah (takotsubo cardiomyopathy), suatu kondisi yang menyerupai serangan jantung.
Harvard Health menekankan pentingnya manajemen stres melalui teknik relaksasi, olahraga teratur, dan dukungan sosial untuk mengurangi dampak negatifnya pada jantung. Pendekatan proaktif dalam mengelola stres tidak hanya meningkatkan kesehatan mental tetapi juga secara signifikan menurunkan ancaman penyakit kardiovaskular.
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian. Anda tidak dapat mengubah beberapa faktor risikonya, seperti riwayat keluarga, jenis kelamin saat lahir, atau usia. Namun, Anda dapat melakukan banyak langkah lain untuk menurunkan risiko penyakit jantung.
Mulailah dengan delapan tips ini untuk meningkatkan kesehatan jantung Anda:
- Jangan merokok atau menggunakan tembakau
- Bergerak: Lakukan aktivitas setidaknya 30 hingga 60 menit setiap hari
- Makan makanan yang menyehatkan jantung
- Menjaga berat badan yang sehat
- Dapatkan tidur yang berkualitas
- Kelola stres
- Lakukan tes kesehatan rutin
- Ambil langkah-langkah untuk mencegah infeksi
Sumber berita: Halodoc, Mayo Clinic, AHA Journals, Journals of the American College of Cardiology, Havard Health Publishing