Erupsi Gunung Mengincar, Warga Bersiap

5 hours ago 2
Erupsi Gunung Mengincar, Warga Bersiap Warga berlatih menyanyikan lagu peringatan bencana erupsi Gunung Ile Lewotolok.(MI/Alexander Taum)

FASILITASTOR KIE, Nicolaus Sulistyo Dwicahyo,  dan Project Manager Yayasan IDEP, Ketut Listyani Sri Rejeki mempersiapkan peralatan berupa laptop dan mikrofon. Meski dengan meminjam ruangan TKK di Tana Merah sebagai studio sementara, proses merekam lagu yang diciptakan Satria, Waha, Prada dan Ose, dapat berlangsung lancar.

Sesekali, Nico dan Ketut sibuk memberi instruksi kepada keempat penyanyi itu agar bernyanyi konsisten sesuai ketukan dan birama. Proses take vokal itu berlangsung berkali-kali hingga berhenti setelah dirasakan cukup sempurna.

Satria, Waha, Prada dan Ose tergabung dalam Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) Desa Waimatan. Penyintas bencana Seroja tahun 2021 itu kini direlokasi pemerintah ke Tana Merah, pasca-bencana banjir bandang dan erupsi gunung Ile Lewotolok tahun 2021 silam.

Berkat kolaborasi pendampingan yang dilakukan LSM Barakat dan Yayasan IDEP dalam lokakarya Pengembangan materi Komunikasi, informasi dan Edukasi (Kie) Sabtu, (24/5/ 2025), komunitas warga ini akhirnya mencipta hingga merekam lagu yang mampu memitigasi ancaman bencana erupsi gunung berapi Ile Lewotolok.

Bertempat di kantor Desa Lamawolo di Tana Merah, Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) Desa Waimatan berhasil menyadur sebuah lagu rakyat berisi nasihat untuk menghindari ancaman erupsi gunung berapi.

"Ole Ina Ama, tetaplah waspada
(Ibu dan Bapak, tetaplah waspada)

karna kita hidup dekat gunung api

Ile bete bura la, Bera plae Pana
(Kalau gunung meletus, segera lari cari perlindungan)

Olirang wauken, gere lango one"
(Jika mencium bau belerang menyengat, segera masuk dalam rumah)

Lagu yang disadur dari lagu yang sangat merakyat di wilayah itu dinyanyikan penuh semangat.

Marselina Sherly Maran, Staf LSM Barakat Lembata, mengatakan, selama 3 hari pihaknya menggelar lokakarya Pengembangan Materi Komunikasi, informasi dan Edukasi (Kie) yang diselenggarakan Yayasan IDEP Selaras Alam bermitra dengan Yayasan BARAKAT Lembata.

"Peristiwa banjir bandang yang melanda Desa Lamawolo dan Desa Waimatan pada tahun 2021 memperparah kerentanan masyarakat terhadap ancaman tersebut. Banyak lahan pertanian rusak, dan ketahanan pangan menjadi semakin terancam," ungkap Sherly.

Ia berharap program tersebut mampu menghasilkan media yang mampu memitigasi ancaman erupsi gunung berapi dan ancaman ketahanan pangan.

Pengurangan Risiko Bencana
Ketut Listyani menjelaskan, IDEP Selaras Alam bermitra dengan BARAKAT melalui program DREAMS (Disaster Resilience through Education, Adaptation, and Mitigation Strategies) berupaya memperkuat ketahanan komunitas dengan meningkatkan kapasitas masyarakat melalui pendekatan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) berbasis komunitas.

Program ini mencakup pelatihan PRB, pembentukan Kelompok Masyarakat Peduli Bencana (KMPB), penyusunan rencana kontinjensi, simulasi bencana, serta pelatihan permakultur sebagai pendekatan terpadu untuk konservasi lingkungan dan produksi pangan berkelanjutan.

Untuk memperkuat pemahaman dan mengingatkan kembali para penerima manfaat atas praktik-praktik baik yang telah diperkenalkan dalam pelatihan PRB dan mitigasi iklim berbasis permakultur, diperlukan penguatan melalui pendekatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).

Warga desa Waimatan yang dulunya menempati wilayah Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, kini direlokasi Pemerintah ke Tana Merah menyusul bencana bertubi-tubi yang dialami sepanjang 2021, hingga memakan korban jiwa. (E-2).

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |