Deflasi Mengintai, Harga Pangan di Sumut Turun Sepekan Terakhir

4 days ago 10
Deflasi Mengintai, Harga Pangan di Sumut Turun Sepekan Terakhir Aktivitas perdagangan di pasar tradisional Deli Tua, Deli Serdang, Sumut.(MI/Yosep Pencawan)

PENURUNAN harga sejumlah komoditas pangan dalam sepekan terakhir membuka potensi terjadinya deflasi di Sumatra Utara pada April 2025. Kondisi ini berbanding terbalik dengan ekspektasi sebelumnya yang memproyeksikan inflasi akibat normalisasi tarif listrik.

Berdasarkan pemantauan pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Sumut, harga bawang merah tercatat melemah dari Rp43.250 per kilogram pada 9 April menjadi Rp42.850 per kilogram. Harga daging ayam juga menyusut dari Rp35.700 menjadi Rp35.300 per kilogram pada periode yang sama.

Harga bawang putih turut terkoreksi tipis dari Rp44.100 menjadi Rp44.000 per kilogram. Hasil peninjauan lapangan juga menunjukkan tren serupa pada komoditas lain seperti tomat dan ikan tongkol.

Harga tomat yang sempat berada di kisaran Rp10.000 hingga Rp12.000 per kilogram pada Maret, kini stabil di angka Rp6.000. Harga ikan tongkol yang sebelumnya berada di rentang Rp25.000 hingga Rp30.000 per kilogram kini diperdagangkan sekitar Rp20.000.

"Penurunan harga ini mencerminkan tekanan pada daya beli masyarakat. Juga menjadi indikasi bahwa konsumsi masyarakat belum sepenuhnya pulih," ungkap pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatra Utara, Gunawan Benjamin, Selasa (15/4).

Meski demikian, harga cabai merah justru mencatat kenaikan cukup tajam dari Rp46.500 menjadi Rp60.850 per kilogram dalam sepekan terakhir. Gunawan menilai kenaikan ini lebih disebabkan dorongan harga dari luar daerah. Khususnya Riau yang saat ini mencatatkan harga cabai merah sekitar Rp72.350 per kilogram.

Kenaikan harga cabai merah memang terkesan akan memberi tekanan inflasi di Sumut. Namun, menurut Gunawan, lonjakan ini tidak merefleksikan peningkatan konsumsi karena pasokan dari daerah penghasil di Sumut masih didistribusikan ke luar provinsi.

Secara keseluruhan, pergerakan harga bahan pokok, selain cabai merah, menunjukkan kecenderungan melemah. Penurunan ini bisa menjadi sinyal adanya perlambatan permintaan di tingkat konsumen.

Meskipun tarif diskon listrik sebesar 50% telah dihentikan sejak Maret dan mendorong inflasi teknis, tekanan dari sisi harga pangan justru menekan laju inflasi pada April. Realisasi inflasi bulan ini tidak mencerminkan kondisi riil harga di pasar.

Namun mengindikasikan bahwa inflasi Sumut pada April lebih dipengaruhi faktor administratif ketimbang tekanan pasar. Jika tren ini berlanjut, Gunawan meyakini potensi deflasi akan menjadi nyata pada laporan inflasi mendatang. (YP/E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |