Covid-19 Masih Ada, Pakai Masker dan Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1 day ago 9
Covid-19 Masih Ada, Pakai Masker dan Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat(Tangkapan layar YouTube.)

WAKILKetua MPR RI, Lestari Moerdijat, mengatakan bahwa di beberapa negara Asia pada pertengahan tahun ini seperti Singapura, Thailand dan Hong Kong mengalami tren peningkatan kasus covid-19 yang cukup tinggi. Bahkan di Singapura lebih dari 100% terjadi kenaikan covid-19 dari pekan sebelumnya. 

“Indonesia sendiri awal Mei 2025, Kementerian Kesehatan sudah menyampaikan informasi bahwa ada 28 kasus covid-19 yang belum banyak mendapatkan perhatian dan tentu kita berharap tidak terjadi peningkatan sebagaimana yang terjadi di negara tetangga,” ungkapnya dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Risiliensi di Tengah Naiknya Kasus Covid Tahun 2025, Rabu (28/5).

Lebih lanjut, Rerie menambahkan bahwa Kemenkes sudah melakukan langkah-langkah pencegahan termasuk mempersiapkan seluruh layanan kesehatan dan paling penting adalah mengintensifkan edukasi kepada masyarakat untuk tetap menerapkan perilaku hidup sehat. 

“Kita masih belum bisa melupakan apa yang terjadi beberapa tahun lalu (pandemi covid-19). Ketika covid-19 menjadi ‘sesuatu hal yang menakutkan’ di beberapa negara tetangga, saya pribadi sama sekali tidak pernah memimpikan akan menjalankan situasi yang sama sekali tidak terduga. Dengan kondisi seperti ini dan pengalaman yang pernah terjadi di masa lalu, masyarakat lebih memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga diri dan berperilaku hidup sehat,” ujar Rerie. 

Kasus Covid Global Meningkat

Di tempat yang sama, Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, menambahkan, meskipun covid-19 sudah berakhir sebagai darurat kesehatan internasional dan Indonesia juga sudah mencabut status kedaruratan pada 2023, namun covid-19 masih menjadi ancaman kesehatan global. 

“Jadi virus ini masih tetap ada tapi dalam posisi yang aman terkendali. Namun potensi untuk berubahnya juga bisa. Makanya perlu terus dimonitor dan dikawal untuk memastikan bahwa penyebaran virus ini masih aman dan terkendali. Kita monitor dari jumlahnya maupun dari peredarannya,” kata Ina 

Sejak Maret 2025, menurutnya memang cenderung ada peningkatan positivity rate dari covid-19 secara global. Jumlah kasusnya juga memiliki kecenderungan peningkatan dan WHO sudah mengeluarkan rilis pada 23 Mei 2025 bahwa subvarian covid-19 yang sedang beredar dan meningkat banyak itu jenisnya NB.1.8.1. 

“Namun dari hasil asesmen bahwa ini tidak menyebabkan keparahan penyakit dan masih sensitif dengan vaksin. Jadi beberapa dunia di tingkat global memang mengalami peningkatan covid. Namun jumlah ini tidak jauh berbeda dengan Juli tahun lalu kalau dilihat positivity rate-nya. Sehingga situasi masih aman terkendali dan varian yang beredar pun bukan yang berbahaya,” jelasnya. 

Thailand dan Singapura memang saat ini sedang menunjukkan peningkatan covid-19 terutama dari positivity rate. Namun dilihat dari varian yang bersirkulasi adalah turunan dari varian omicron yang kemungkinannya untuk mengalami keparahan dan peningkatan secara drastis masih kecil. 

“Jadi variannya masih cenderung aman dan sensitif terhadap vaksin. Begitu pula dengan Malaysia yang mengalami peningkatan positivity rate-nya. Varian yang bersirkulasi juga tidak jauh berbeda yang merupakan turunan dari varian omicron. Varian ini memang perlu diwaspadai tapi tidak berbahaya,” ucap Ina. 

Untuk situasi covid-19 di Indonesia sendiri dikatakan cukup berbeda. Ina menyampaikan beberapa daerah di Indonesia memang mengalami kenaikan kasus seperti Banten, Jakarta, dan Jawa Timur. Namun secara nasional, positivity rate cenderung mengalami penurunan dan jumlah tertinggi itu terjadi dua minggu lalu sekitar 3,62%. 

“Secara umum, penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Indonesia itu ada tiga hal, yaitu pencegahan, deteksi secepat mungkin, dan kita bisa merespons secepat mungkin sehingga tidak meluas. Untuk strategis menghadapi covid-19 itu kita melakukan beberapa hal seperti meminimalisir penularan virus, lalu mencegah sakit berat dan kematian serta komunikasi publik,” tuturnya. 

Menurut Ina, Indonesia sudah cukup berpengalaman melewati pandemi covid-19 dan sebenarnya sudah cukup familiar. Saat ini menjadi fase pengingat kebiasaan yang harus terus dilakukan seperti etika batuk, jika sakit menggunakan masker, dan jika ada gejala ISPA atau riwayat kontak dengan yang sakit, segera ke fasilitas kesehatan. 

Pakai Masker

Di lain pihak, Direktur RS Puri Medika, Jakarta, Dr. dr. Bobby Singh, menekankan bahwa masyarakat harus tetap waspada dan tetap menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. 

“Kemudian informasi ini kalau dulu mohon maaf berita tentang covid-19 banyak menyebabkan masyarakat meninggal karena stres, burnout, gangguan psikologis, dan menyebabkan masyarakat ketakutan karena adanya informasi berlebihan yang setiap hari ditayangkan dan membuat psikologis terganggu. Bagi saya itu menjadi sesuatu hal yang kurang apik,” tegas Bobby. 

Dia juga meminta masyarakat untuk tidak lupa memakai masker. Aturan WHO mengatakan bahwa pemakaian masker maksimal 4 jam dan tidak perlu dipakai seharian. 

“Jadi maksud saya kita perlu tahu di mana kita pakai masker dan di mana yang tidak perlu pakai masker,” urainya. 

Menurutnya saat ini situasi covid-19 di Indonesia masih terkendali, masyarakat tetap waspada tapi tidak perlu panik, tanggung jawab satu sama lain, dan kalau bisa tetap jangan lengah di keramaian. 

Pantau Varian Baru

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Nafa Urbach, menambahkan bahwa pihaknya mendesak pemerintah untuk secara proaktif memantau perkembangan varian baru covid-19. 

“Karena bagaimana pun juga ini adalah varian baru dan menyebar dengan cepat. Kita enggak bisa prediksi tiba-tiba langsung 50% saja kenaikannya seperti di Hong Kong baru-baru ini,” tegas Nafa. 

Pemerintah juga dikatakan harus melakukan genomic sequencing di Indonesia dan memastikan ketersediaan dan aksesibilitas tes covid-19 baik itu PCR dan antigen yang terjangkau dan cepat, termasuk melalui program swabtes massal per komunitas. 

“Kami juga mendorong implementasi pelaporan kasus yang terintegrasi dan real time dari fasilitas kesehatan hingga tingkat nasional,” ujarnya. 

Edukasi dan mitigasi risiko juga dapat dilakukan dengan menginisiasi kampanye baik itu melalui edukasi publik yang konsisten, protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, serta etika batuk dan bersin.

“Kita juga perlu mengakselerasi cakupan vaksin primer dan booster kepada populasi yang lebih luas, termasuk kelompok rentan, lansia dan anak-anak. Memastikan ketersediaan vaksin yang memadai dan distribusi yang merata hingga pelosok daerah. Perlu juga mengampanyekan pentingnya vaksinasi dan booster secara gencar dan mengatasi disinformasi mengenai vaksin,” pungkas Nafa. 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |