Cahaya Fajar dari Balik Gunung Mbaham: Jejak Kepemimpinan Ali Baham Temongmere 

1 month ago 20
 Jejak Kepemimpinan Ali Baham Temongmere  Buku Cahaya Fajar dari Balik Gunung Mbaham mengupas perjalanan kepemimpinan Ali Baham Temongmere (ABT), pejabat Papua Barat yang mengedepankan pembangunan berbasis budaya.(MI/Via)

PEJABAT Papua Barat Ali Baham Temongmere (ABT) merupakan sosok yang memadukan pembangunan Papua dengan mengedepankan budaya. Perjalanan karirnya dituangkan dalam buku Cahaya Fajar dari Balik Gunung Mbaham.

Buku ini bisa menjadi referensi bagi calon pemimpin, terutama dalam memahami konsep kepemimpinan yang berakar pada budaya dan sejarah perjuangan Papua. Penyajiannya yang menarik, lengkap dengan foto dan ilustrasi, memberikan wawasan mendalam bagi pembaca dari beragam latar belakang, mulai dari akademisi hingga birokrat.

"Dari Kementerian Dalam Negeri, kami memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada kader pamong praja yang menciptakan karya literasi dengan nilai-nilai kepemimpinan yang baik dan dapat dijadikan acuan di masa mendatang," ungkap Kepala Badan Pengkajian Strategis Kementerian Dalam Negeri, Yusharto Huntoyungo dalam peluncuran dan bedah buku di Hotel Redtop, Jakarta.

Buku yang diterbitkan P3ISIP Indonesia dan Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA Indonesia), serta mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Papua Barat. 

Disunting Dwi Urip Premono, Wolas Krenak, dan Yusuf Mujiono, buku ini dengan tebal 290 halaman terbagi menjadi tiga bagian utama: pandangan tokoh tentang ABT, perjalanan hidupnya, serta strategi dan visinya dalam membangun Papua. 

Kepemimpinan ABT tidak lepas dari pengaruh keluarganya yang berperan penting dalam sejarah Papua. Kakeknya tercatat dalam laporan Ratu Belanda tahun 1903 sebagai pemimpin perlawanan terhadap kolonialisme, sementara ayahnya, Ahmad Temongmere, ikut terlibat dalam perjuangan Trikora Pembebasan Irian Barat.

Dalam sambutannya, ABT menyatakan menyerahkan proses penulisan buku ini sepenuhnya kepada para penyusun. Ia juga menjelaskan filosofi di balik judul buku yang ia pilih.

"Suatu ketika, dalam sebuah acara di Kementerian Dalam Negeri, seseorang menyebut saya sebagai mutiara terpendam. Saya menjelaskan bahwa saya bukan berasal dari laut, tetapi dari balik Gunung Mbaham. Dari situ, lahirlah judul buku ini," tutur ABT, yang kini menjabat sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Papua Barat.

Salah satu narasumber dalam bedah buku ini, Dr. Marlina Flassy, S. Sos. , M. Hum. , Ph. D. , Dekan Fakultas ISIP Universitas Cenderawasih, menekankan kepemimpinan ABT bukan sekadar warisan, tetapi dibangun melalui kerja keras dan disiplin sejak usia muda.

Wolas Krenak, salah satu penyunting buku, menambahkan kepemimpinan ABT berakar pada nilai-nilai persaudaraan yang kokoh dan berpotensi menginspirasi para pemimpin masa depan. Ia juga berharap agar buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris agar bisa dikenal lebih luas di tingkat global.

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh dari Papua dan Jakarta. Menyambut waktu berbuka puasa, acara diisi dengan tausiah sebelum ditutup dengan buka puasa bersama.

Dengan dokumentasi yang mendalam dan pendekatan human interest, buku Cahaya Fajar dari Balik Gunung Mbaham diharapkan dapat memperkaya literasi kepemimpinan di Indonesia dan menjadi inspirasi bagi mereka yang ingin membangun daerah dengan pendekatan berbasis kultur dan kearifan lokal. (Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |