
BADAN Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta mengumumkan, bahwa struktur ketenagakerjaan di provinsi itu pada Februari 2025 menunjukkan tren positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Jumlah penduduk usia kerja tercatat mencapai 3,04 juta orang, naik 24,97 ribu orang dari Februari 2024. Dari jumlah tersebut, sebanyak 798,20 ribu orang tergolong bukan angkatan kerja yang berarti turun 9,84 ribu.
Sementara angkatan kerja meningkat menjadi 2,24 juta orang atau bertambah 34,82 ribu orang.
Kepala BPS DIY Herum Fajarwati di kantornya, Selasa (6/5) menjelaskan, peningkatan angkatan kerja disumbang oleh bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja menjadi 2,17 juta orang, naik 34,95 ribu orang.
"Di lain sisi, angka pengangguran turun tipis menjadi 71,19 ribu orang," imbuhnya.
Menurut dia komposisi penduduk bekerja terdiri atas pekerja penuh sebanyak 1,46 juta orang (67,17%), pekerja paruh waktu 577,52 ribu orang (26,63%), dan setengah pengangguran 134,52 ribu orang (6,20%).
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) DIY, ujarnya, juga meningkat. Pada Februari 2025, TPAK perempuan tercatat sebesar 64,92%, naik 1,39 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya, TPAK laki-laki mengalami penurunan, meski masih berada di angka tinggi yakni 82,87%.
Pengangguran Terbuka DIY Turun
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DIY turun secara keseluruhan. Penurunan tercatat pada TPT laki-laki, sementara TPT perempuan mengalami sedikit kenaikan.
Berdasarkan wilayah, TPT di perkotaan tetap lebih tinggi dibanding perdesaan, yakni 3,36% berbanding 2,62%. Hal ini, jelasnya, mencerminkan ketatnya persaingan di sektor formal perkotaan serta kecenderungan penduduk kota lebih selektif dalam memilih pekerjaan.
Sementara dari sisi lapangan kerja, sektor pertanian menjadi penyerap tenaga kerja terbesar dengan proporsi 24,82%, diikuti sektor perdagangan (18,31%) dan industri pengolahan (15,10%). Namun, sektor administrasi pemerintahan mengalami penurunan tajam sebesar 1,34% poin akibat penundaan rekrutmen CPNS/PPPK serta banyaknya pegawai yang pensiun.
Sektor akomodasi dan makanan minuman juga mengalami kontraksi 0,92 poin, seiring menurunnya tingkat hunian pada penginapan non-bintang.
Jika dilihat dari status pekerjaan utama, kata Herum, proporsi pekerja di sektor formal meningkat 3,45% poin dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan terbesar terjadi pada pekerja dengan status buruh/karyawan yang kini mencapai 42,21%.
"TPT terendah tercatat pada penduduk berpendidikan SD ke bawah sebesar 1,82%, sedangkan TPT tertinggi terjadi pada lulusan SMP sebesar 4,34%, disusul lulusan SMK sebesar 4,23%," katanya.
Rendahnya TPT pada pendidikan dasar disinyalir karena kelompok ini cenderung tidak terlalu selektif dalam memilih pekerjaan.
Secara nasional, DIY berada di peringkat ke-6 provinsi dengan TPT terendah pada Februari 2025 (3,18%). TPT tertinggi tercatat di Papua (6,92%), sementara Bali menjadi provinsi dengan TPT terendah sebesar 1,58%. (AU/E-4)