Belajar dari Jessica Iskandar, Ini Cara Mengatasi Parental Burnout

1 month ago 20
Belajar dari Jessica Iskandar, Ini Cara Mengatasi Parental Burnout Jessica Iskanda dan suami, Vincent Verhaag, dengan ketiga anak mereka.(Instagram @inijedar)

KESIBUKAN presenter Jessica Iskandar sebagai ibu telah semakin bertambah semenjak kelahiran anak ke-3 pada November 2024. Dalam mengurus ketiga buah hatinya, istri dari Vincent Verhaag ini tidak memungkiri ada rasa capek yang dirasakannya. Selain itu, perubahan suasana hati juga sering dialaminya.

Di beberapa kesempatan, aktris yang akrab disapa Jedar itu mengatakan jika kerap merasa lelah dan mengalami perubahan suasana hati yang cepat, akibat sibuk mengurus anak. Meski dibantu sang suami dan asisten, Jessica mengakui tetap ingin turun tangan sendiri mengurus anak-anak.

Dilansir situs Klikdokter, Psikolog Gracia Ivonika, M.Psi, mengatakan rasa lelah mental saat mengurus anak dikenal juga dengan sebagai parental burnout. "(Orangtua) seperti merasakan kok kayaknya lelah banget ya dalam peran sehari-hari menjadi ibu,” kata Gracia.

Meski merupakan sesuatu yang jamak terjadi dan bisa dialami siapa saja, kondisi parental burnout memang sebaiknya tidak dibiarkan berlarut. Selain mengganggu secara pribadi, parental burnout dapat membuat orangtua tidak dapat menjalankan perannya dengan baik, yang tentunya sangat dibutuhkan oleh buah hati.

Berikut beberapa kiat mengatasi parental burnout yang direkomendasikan Gracia:

1. Cari Tahu Penyebab

Langkah pertama untuk mengatasi berbagai masalah, tentunya dengan mencari akar penyebab. Hal ini pula yang harus dilakukan untuk mengatasi parental burnout. Orangtua perlu mencari sumber penyebab kelelahan dalam mengurus anak. Faktor penyebab bisa sangat beragam dan bisa datang dari mana saja, misalnya tuntutan dalam diri sendiri atau dari lingkungan.

2. Jangan Kejar Sempurna

Sejumlah orangtua masih menganggap bahwa orangtua harus bisa segalanya. Namun, kenyataannya tidak begitu. Gracia mengungkapkan tipe orangtua yang sangat berusaha untuk perfeksionis dapat mendorong pada kondisi parental burnout.

Keinginan orangtua untuk menjadi sempurna, bisa dipengaruhi oleh terlalu banyaknya informasi yang diterima. Akibatnya orangtua membuat ekspektasi yang terlalu tinggi.

"Kalau itu pengaruhnya, orangtua perlu adjust ekspektasinya, perlu lebih sayang sama diri sendiri, dan sadar tidak ada orangtua yang sempurna. Batasi juga informasi yang dapat membuat trigger,” katanya.

3. Riwayat Stres

Selanjutnya ialah orangtua memiliki riwayat yang rentan terhadap stres atau tuntutan. Gracia menyarankan apabila memiliki riwayat depresi sebelumnya, lebih baik segera konsultasi ke ahli profesional sehingga mendapatkan masukan-masukan positif dalam mengasuh anak. (M-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |