AKM Adalah: Asesmen Kompetensi Minimum dalam Pendidikan

4 days ago 2
 Asesmen Kompetensi Minimum dalam Pendidikan Sejumlah siswa mengikuti kegiatan belajar di SMAN 70 Jakarta, Jakarta, Senin (14/4/2025).(Antara/Indrianto Eko Suwarso)

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan Indonesia. AKM hadir sebagai instrumen evaluasi yang dirancang untuk mengukur kemampuan dasar siswa, bukan sekadar menguji penguasaan materi pelajaran. Fokusnya terletak pada kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi) dan kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi). Dengan demikian, AKM memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kompetensi siswa yang esensial untuk menghadapi tantangan di kehidupan nyata dan dunia kerja.

Memahami Esensi Asesmen Kompetensi Minimum

AKM berbeda secara signifikan dari ujian nasional (UN) yang sebelumnya menjadi standar evaluasi di Indonesia. Perbedaan mendasar terletak pada tujuan dan fokus penilaian. UN lebih menekankan pada penguasaan materi kurikulum, sedangkan AKM berorientasi pada kemampuan aplikasi pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang relevan. AKM tidak menentukan kelulusan siswa, melainkan memberikan umpan balik bagi sekolah dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Literasi dalam AKM tidak hanya mengukur kemampuan membaca dan memahami teks secara harfiah. Lebih dari itu, literasi dalam AKM menguji kemampuan siswa untuk mengevaluasi, menginterpretasi, dan menggunakan informasi dari berbagai sumber. Siswa diharapkan mampu mengidentifikasi ide pokok, menarik kesimpulan, dan menghubungkan informasi dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Kemampuan ini sangat penting untuk menghadapi banjir informasi di era digital dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan bukti yang ada.

Numerasi dalam AKM juga melampaui sekadar kemampuan menghitung dan menyelesaikan soal matematika. Numerasi dalam AKM menguji kemampuan siswa untuk menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata. Siswa diharapkan mampu menginterpretasi data, membuat grafik, dan menggunakan matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari. Kemampuan ini sangat penting untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat modern yang semakin kompleks dan berbasis data.

AKM dilaksanakan secara adaptif, artinya tingkat kesulitan soal akan disesuaikan dengan kemampuan siswa. Jika siswa menjawab soal dengan benar, maka soal berikutnya akan lebih sulit. Sebaliknya, jika siswa menjawab soal dengan salah, maka soal berikutnya akan lebih mudah. Dengan cara ini, AKM dapat memberikan informasi yang lebih akurat tentang tingkat kompetensi siswa.

Hasil AKM tidak digunakan untuk menilai kinerja individu siswa, melainkan untuk memetakan tingkat kompetensi siswa secara nasional dan daerah. Hasil AKM juga digunakan untuk mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dalam sistem pendidikan. Dengan demikian, AKM menjadi alat yang penting untuk perencanaan dan pengambilan kebijakan pendidikan yang berbasis data.

Tujuan dan Manfaat Asesmen Kompetensi Minimum

Tujuan utama AKM adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia. Dengan mengetahui tingkat kompetensi siswa, sekolah dan guru dapat menyesuaikan strategi pembelajaran agar lebih efektif. AKM juga memberikan informasi yang berharga bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan pendidikan yang lebih tepat sasaran.

Manfaat AKM sangat beragam. Bagi siswa, AKM memberikan umpan balik tentang kekuatan dan kelemahan mereka dalam literasi dan numerasi. Bagi guru, AKM memberikan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Bagi sekolah, AKM memberikan gambaran tentang kualitas pendidikan yang diberikan. Bagi pemerintah, AKM memberikan data yang akurat untuk perencanaan dan pengambilan kebijakan pendidikan.

AKM juga mendorong sekolah untuk fokus pada pengembangan kompetensi siswa yang esensial, bukan hanya pada penguasaan materi pelajaran. Dengan demikian, AKM dapat membantu menciptakan siswa yang lebih siap menghadapi tantangan di kehidupan nyata dan dunia kerja.

Selain itu, AKM juga mendorong penggunaan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan interaktif. Guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan relevan bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan mengembangkan kompetensi mereka.

AKM juga membantu mengurangi kesenjangan pendidikan antar daerah dan antar kelompok sosial. Dengan mengetahui tingkat kompetensi siswa di berbagai daerah dan kelompok sosial, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

Perbedaan AKM dengan Ujian Nasional (UN)

Perbedaan mendasar antara AKM dan UN terletak pada fokus penilaian. UN lebih menekankan pada penguasaan materi kurikulum, sedangkan AKM berorientasi pada kemampuan aplikasi pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang relevan. UN menentukan kelulusan siswa, sedangkan AKM tidak menentukan kelulusan siswa.

UN dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia, sedangkan AKM dilaksanakan secara sampel. Artinya, tidak semua siswa mengikuti AKM. Sekolah yang dipilih sebagai sampel akan mengikuti AKM.

UN menggunakan format soal pilihan ganda, sedangkan AKM menggunakan format soal yang lebih beragam, termasuk pilihan ganda, isian singkat, dan uraian. Format soal yang beragam ini memungkinkan AKM untuk mengukur kompetensi siswa secara lebih komprehensif.

UN memberikan hasil penilaian individu siswa, sedangkan AKM memberikan hasil penilaian agregat sekolah dan daerah. Hasil AKM tidak digunakan untuk menilai kinerja individu siswa.

UN bertujuan untuk mengukur pencapaian standar kompetensi lulusan, sedangkan AKM bertujuan untuk memetakan tingkat kompetensi siswa secara nasional dan daerah.

Berikut adalah tabel yang merangkum perbedaan utama antara AKM dan UN:

Aspek AKM UN
Fokus Penilaian Aplikasi pengetahuan dan keterampilan Penguasaan materi kurikulum
Penentuan Kelulusan Tidak menentukan kelulusan Menentukan kelulusan
Pelaksanaan Sampel Serentak
Format Soal Beragam (pilihan ganda, isian singkat, uraian) Pilihan ganda
Hasil Penilaian Agregat sekolah dan daerah Individu siswa
Tujuan Memetakan tingkat kompetensi siswa Mengukur pencapaian standar kompetensi lulusan

Komponen Asesmen Kompetensi Minimum

AKM terdiri dari dua komponen utama, yaitu literasi membaca dan numerasi. Literasi membaca mengukur kemampuan siswa untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga negara Indonesia dan global. Numerasi mengukur kemampuan siswa untuk bernalar menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan bagi individu sebagai warga negara Indonesia dan global.

Selain literasi membaca dan numerasi, AKM juga mengukur survei karakter dan survei lingkungan belajar. Survei karakter mengukur nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh siswa, seperti gotong royong, kemandirian, bernalar kritis, dan kreatif. Survei lingkungan belajar mengukur kualitas pembelajaran di sekolah, seperti iklim belajar, praktik pembelajaran, dan manajemen sekolah.

Komponen-komponen AKM ini saling terkait dan memberikan gambaran yang komprehensif tentang kualitas pendidikan di Indonesia. Hasil AKM tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga untuk mengembangkan karakter siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Literasi membaca dalam AKM mencakup berbagai jenis teks, seperti teks informasi, teks fiksi, dan teks multimodal. Teks informasi menyajikan fakta dan informasi tentang suatu topik. Teks fiksi menceritakan kisah dan menghibur pembaca. Teks multimodal menggabungkan berbagai jenis media, seperti teks, gambar, dan video.

Numerasi dalam AKM mencakup berbagai topik matematika, seperti bilangan, aljabar, geometri, dan statistika. Soal numerasi dalam AKM disajikan dalam konteks yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa dapat melihat manfaat matematika dalam kehidupan nyata.

Implementasi Asesmen Kompetensi Minimum

AKM dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2021. Pada tahap awal, AKM dilaksanakan di sekolah-sekolah yang dipilih sebagai sampel. Pada tahun-tahun berikutnya, AKM akan dilaksanakan secara lebih luas di seluruh Indonesia.

AKM dilaksanakan secara daring (online) dan semi-daring (semi-online). Sekolah yang memiliki fasilitas internet yang memadai dapat melaksanakan AKM secara daring. Sekolah yang tidak memiliki fasilitas internet yang memadai dapat melaksanakan AKM secara semi-daring, yaitu dengan mengunduh soal dari internet dan mengunggah jawaban siswa ke internet.

AKM dilaksanakan oleh siswa kelas 5, 8, dan 11. Pemilihan kelas ini didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa pada kelas-kelas ini telah memiliki dasar-dasar literasi dan numerasi yang cukup untuk mengikuti AKM.

Persiapan AKM melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, guru, siswa, dan orang tua. Pemerintah menyediakan panduan dan pelatihan bagi sekolah dan guru. Sekolah mempersiapkan fasilitas dan infrastruktur yang diperlukan. Guru mempersiapkan siswa dengan memberikan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kompetensi. Siswa mempersiapkan diri dengan belajar dan berlatih soal-soal AKM. Orang tua mendukung siswa dengan memberikan motivasi dan fasilitas belajar yang memadai.

Hasil AKM diumumkan secara terbuka kepada publik. Pemerintah menggunakan hasil AKM untuk merumuskan kebijakan pendidikan yang lebih tepat sasaran. Sekolah menggunakan hasil AKM untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru menggunakan hasil AKM untuk menyesuaikan strategi pembelajaran. Siswa menggunakan hasil AKM untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka dalam literasi dan numerasi.

Tantangan dalam Implementasi Asesmen Kompetensi Minimum

Implementasi AKM tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kesiapan infrastruktur dan fasilitas di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil. Banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas internet yang memadai untuk melaksanakan AKM secara daring.

Tantangan lainnya adalah kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kompetensi. Banyak guru yang masih terbiasa dengan pembelajaran yang berpusat pada penguasaan materi kurikulum.

Selain itu, masih ada kesalahpahaman tentang tujuan dan manfaat AKM. Beberapa pihak menganggap AKM sebagai pengganti UN atau sebagai alat untuk menilai kinerja individu siswa.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, pemerintah perlu memberikan dukungan yang memadai kepada sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil. Pemerintah juga perlu memberikan pelatihan yang intensif kepada guru tentang pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kompetensi.

Selain itu, pemerintah perlu melakukan sosialisasi yang lebih luas tentang tujuan dan manfaat AKM kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat memahami dan mendukung implementasi AKM.

Masa Depan Asesmen Kompetensi Minimum

AKM merupakan langkah maju dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. AKM memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kompetensi siswa yang esensial untuk menghadapi tantangan di kehidupan nyata dan dunia kerja.

Di masa depan, AKM diharapkan dapat menjadi instrumen evaluasi yang lebih adaptif dan personal. AKM dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu siswa. AKM juga dapat memberikan umpan balik yang lebih spesifik dan actionable bagi siswa, guru, dan sekolah.

Selain itu, AKM diharapkan dapat diintegrasikan dengan sistem pembelajaran secara keseluruhan. AKM tidak hanya menjadi alat evaluasi, tetapi juga menjadi bagian dari proses pembelajaran. Hasil AKM dapat digunakan untuk merancang pembelajaran yang lebih efektif dan relevan bagi siswa.

AKM juga diharapkan dapat mendorong inovasi dalam pendidikan. Guru dapat menggunakan hasil AKM untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih kreatif dan interaktif. Sekolah dapat menggunakan hasil AKM untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan menyenangkan.

Dengan implementasi yang baik dan berkelanjutan, AKM dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. AKM dapat membantu menciptakan generasi muda yang kompeten, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Penting untuk diingat bahwa AKM bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan dan menciptakan generasi muda yang unggul. Keberhasilan AKM bergantung pada kerjasama dan komitmen dari semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat.

Mari kita bersama-sama mendukung implementasi AKM dan berkontribusi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Dengan pendidikan yang berkualitas, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara.

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah fondasi untuk membangun pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Mari sukseskan AKM!

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |