
PADA 1 Maret umat muslim di Indonesia memasuki bulan suci Ramadan 1446 H. Terdapat tips berpuasa yang dapat dilakukan oleh orang yang memiliki gangguan kesehatan atau penyakit paru dan pernapasan untuk menjalani ibadah puasa.
Hal itu berlaku baik dalam bentuk penyakit Asma Bronkial, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) seperti bronkitis kronik atau emfisema atau juga berbagai bentuk infeksi atau radang Paru, agar masalah kesehatannya dapat terkontrol baik.
"Pertama, pentingnya gizi yang berimbang dengan kesehatan paru. Untuk ini maka pada berbuka puasa jelas harus minum banyak air, atau ditambah susu juga akan baik," kata Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama,Sabtu (1/3).
Hal itu akan membantu proses rehidrasi pada hari itu, ini penting bagi kesehatan paru karena kekentalan mukus di dalam saluran napas akan berhubungan dengan tingkat dehidrasi atau rehidrasi tubuh. Sebaiknya dihindari minuman bersoda atau minuman aditif lain.
Selain minuman maka makanan yang dianjurkan untuk berbuka puasa adalah makanan rendah lemak serta makanan yang mengandung gula alami.
"Makanan dalam bentuk sup juga dianjurkan serta tentu buah dan berbagai jenis kurma yang kini mulai banyak dijumpai. Sementara itu untuk makan sahur memang dianjurkan karbohidrat seperti beras atau roti, sebaiknya dipilih yang berserat tinggi atau jenis wholegrain karena akan memberi rasa kenyang lebih lama," ujarnya.
Kedua adalah tentang aktifitas fisik. Ketika sedang berpuasa maka kemampuan olahraga berat akan berkurang. Tetapi amat tetap dianjurkan melakukan aktifitas fisik sesuai kemampuan kita, dan ini akan sangat bermanfaat bagi kesehatan paru. Khusus mereka dengan kondisi paru tertentu maka dapat dilakukan teknik tertentu seperti aerobik bertahap dan sebagainya.
Ketiga adalah tentang konsumsi obat untuk penyakit paru yang dialami. Jika dokter mengharuskan konsumsi obat maka harus disikapi sesuai dengan pola puasa. Jika obat tiga kali sehari maka dapat diminum pada waktu berbuka, mau tidur malam, atau sesudah sholat Tarawih dan sekali lagi waktu sahur.
"Kalau obatnya dua kali sehari maka dapat dikonsumsi waktu buka dan sahur. Penggunaan obat inhaler yang dihisap/disemprot ke mulut untuk masuk ke paru juga seringkali jadi perdebatan, apakah membatalkan puasa atau tidak," ungkapnya.
Salah satu upaya menyikapinya adalah dengan menggunakan yang kerja panjang yang dapat digunakan sesudah berbuka dan sebelum sahur misalnya. Kadang-kadang juga ada yang mempertanyakan penggunaan oksigen, kalau sesekali dan terkontrol baik maka tentu masih dapat ditolerir, tetapi kalau sakitnya sudah cukup parah dan memerlukan oksigen yang intensif maka mungkin perlu pertimbangan lebih lanjut.
Pesan keempat bersifat lebih umum, untuk para perokok. Ketika puasa maka para perokok tentu berhasil tidak merokok sejak sahur sampai datang waktu berbuka, dan itu lebih dari 12 jam lamanya.
"Marilah gunakan momentum yang baik ini untuk tetap terus tidak merokok di sore dan malam hari, dan juga nanti sesudah Idul Fitri, sehingga bulan puasa tahun ini menjadi saat berharga bagi kesehatan para perokok karena berhasil berhenti merokok sepenuhnya," pungkasnya. (H-3)