
LABORATORIUM stem cell kelas dunia dan hibrida bersama pemerintah setempat dalam penyimpanan tali pusat, Swiss Biotech, menunjuk pakar stem cell dan anti-aging asal Indonesia, Prof. dr. Deby Vinski, sebagai dewan pakar. Kolaborasi ini juga menggandeng Reyou Switzerland dan Celltech Stem Cell yang dipimpin Deby.
Swiss, yang dikenal sebagai pusat terapi stem cell sejak abad lalu bagi kalangan bangsawan dan kepala negara, kini memperkuat sinerginya dengan Indonesia melalui kolaborasi itu. Lebih dari 80 jenis penyakit degeneratif dapat ditangani melalui terapi regeneratif ini, termasuk kanker, diabetes tipe 1, parkinson, ALS, hingga penyakit neurodegeneratif lain. Terapi juga didukung oleh pakar-pakar internasional seperti Prof. Darren Griffin dari University of Kent, dr. Liz dari Bioviva USA, serta dr. Daniel Levi, dan pakar hormonal lain.
Sebagai sosok yang dijuluki The Queen of Anti-Aging, Deby membangun jaringan laboratorium dan bank stem cell bertaraf internasional. Melalui kolaborasi ini, pasien yang sebelumnya menjalani terapi di Vinski Tower Jakarta kini memiliki akses menjalani terapi stem cell di Swiss, Italia, atau negara lain dalam jaringan The Concierge, konsil internasional tempat Deby menjabat sebagai ketua. "Terapi ini tidak hanya bagus, tetapi juga terjangkau bagi masyarakat global, termasuk Indonesia," ujar Deby dalam keterangannya, Rabu (9/4).
Presiden Swiss Biotech Stem Cell, Dr. Eugene Durenard bersama Claudio, menilai Deby sebagai sosok ilmuwan kelas dunia yang memiliki visi besar dalam pengembangan terapi regeneratif. Kolaborasi ini juga mendapat pengakuan dari BD USA dan ditetapkan sebagai Centre of Excellence berstandar internasional.
Deby menyampaikan harapannya agar Indonesia menjadi salah satu pusat unggulan health tourism dunia. Ia juga menyebutkan bahwa terapi stem cell dan anti-aging kini tersedia di Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Soedirman, RS modern 28 lantai yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Banyak tokoh nasional seperti Jusuf Kalla, Hotman Paris, H. Abdul Rasyid, hingga Ustazah Oki Setiana Dewi memilih terapi di Celltech. Mereka punya akses ke luar negeri, tetapi tetap percaya pada teknologi dan keahlian anak bangsa," ucapnya. (I-2)