Sulap Lahan Marjinal Jadi Sawah Produktif demi Gerakan Swasembada Pangan

2 weeks ago 11
Sulap Lahan Marjinal Jadi Sawah Produktif demi Gerakan Swasembada Pangan Petani menanam padi dengan menyulap lahan marjinal di pesisir Cilacap menjadi lahan sawah yang produktif dengan varietas padi tahan salinitas, Kamis (27/2/2025).(MI/Lilik Darmawan)

WAHYONO, 59, tinggal di daerah payau tepatnya Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, di sekitar Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. Meski berada di daerah dengan salinitas tinggi, Wahyono masih tetap berusaha tanam padi. Ancamannya adalah pasang surut air lau yang berpotensi menurunkan jumlah produksinya.

“Padi yang ditanam di sini idealnya varietasnya tahan asin. Karena daerahnya pasang surut. Memang dengan varietas padi biasa, tetap bisa panen. Tetapi hasilnya tidak terlalu maksimal. Jika dengan varietas tahan asin, di sini per hektare (ha) panen dapat mencapai 4 ton. Namun, dengan varietas biasa hanya 3 ton,” jelasnya pada Kamis (27/2).
 
Di lain tempat, Ketua Kelompok Tani Karya Utama 2 Desa Grugu, Kecamatan Kawunganten, Sudarman, bersama anggotanya juga tengah mengembangkan padi yang tahan salinitas tinggi.

“Ada lahan di Desa Grugu yang sebetulnya bisa ditanami padi, tetapi biasanya ada air laut yang masuk. Sehingga membutuhkan padi salin atau padi yang tahan terhadap salinitas tinggi. Saat ini baru dicoba varietas tahan salin. Sampai akhir Februari kondisinya bagus, bahkan sekarang mulai muncul bulir padinya,” kata Sudarman.
 
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Kawunganten Asihanto mengatakan tahun ini ada demplot sekitar 0,2 ha yang ditanami padi tahan salinitas tinggi. Ada tiga cara pemeliharaannya, yakni ada dua cara versi peneliti dan satunya cara petani.

“Sejauh ini padi salin sudah tumbuh dan bahkan mulai terlihat bulir padinya,” katanya.
 
Demplot ini sangat penting untuk mengembangkan lahan marjinal yang selama ini terintrusi air laut. Berdasarkan data yang dimilikinya, di Kecamatan Kawunganten ada sekitar 300 ha areal yang salinitasnya tinggi, karena air laut masuk. 

“Makanya saat ini dicoba dengan pengembangan demplot padi salin. Harapannya, kalau itu berhasil, bisa dikembangkan pada ratusan ha areal yang masih marjinal dan belum produktif. Ini merupakan satu langkah ekstensifikasi pada lahan-lahan marjinal yang bisa diubah jadi lahan produktif,” ujarnya.
 
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian (Dispertan) Cilacap Budi Kuspriyatno mengatakan, kabupaten terluas di Jawa Tengah itu memiliki lahan sawah seluas 66,5 ribu ha. Sehingga menjadi salah satu kabupaten lumbung padi di provinsi setempat.
 
“Secara keseluruhan, luasan sawah di Cilacap mencapai 66,5 ribu ha. Dari luas lahan tersebut, 5 ribu ha di antaranya adalah areal dengan salinitas tinggi dan 2.500 ha lainnya berada di pesisir. Dengan demikian ada 7.500 ha yang perlu perlakuan khusus. Salah satunya adalah dengan menanam varietas padi tahan salinitas tinggi,” jelas Budi.
 
Lahan dengan salinitas tinggi itu terdapat di sejumlah kecamatan, terutama di wilayah pesisir mulai dari Nusawungu, Binangun, Kawunganten, Patimuan, Kampung Laut dan lainnya. Selama ini, sebagian telah mengembangkan padi salin yakni varietas yang tahan salinitas air. “Yang kini sedang ada demplot di Desa Grugu, Kecamatan Kawunganten. Meski belum panen, tetapi kami optimistis, bisa dipanen dengan produktivitas tinggi,” katanya.
 
Dari pengalaman para petani yang menanam padi di areal pesisir dan lokasi salinitas tinggi, hasilnya masih cukup bagus, terutama jika tanaman padi salin. “Dengan padi varietas tahan salinitas, maka produktivitasnya bisa mencapai 6 ton per ha. Sedangkan kalau dipaksakan menanam padi varietas biasa di lahan marjinal tersebut, produksinya hanya sekitar 1 ton saja,” katanya.


Tingkatkan Indeks Pertanaman

Dispertan Cilacap pun akan terus mendorong para petani yang mempunyai lahan sawah dengan kondisi salinitas tinggi dengan varietas padi salin. Harapannya indeks pertanaman (IP) juga bakal meningkat dari hanya sekali menjadi dua kali tanam dalam satu tahun.
 
Untuk produktivitas padi di areal normal, bisa mencapai 6,4 ton per ha. Dalam satu tahun, Cilacap mampu memproduksi padi 716,6 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau sekitar 450 ribu ton beras dalam setahun.

“Jika dikurangi dengan konsumsi, maka Cilacap masih mengalami surplus. Tahun 2024 lalu, Cilacap mencatat ada surplus sekitar 282 ribu ton beras. Tahun ini kami sangat optimistis akan surplus juga. Pada Maret tahun 2025 saat panen raya, ada 30,6 ribu ha yang memasuki panen raya. Jumlah panennya di kisaran 196,9 ribu ton,” paparnya.
 
Pemkab Cilacap terus berkomitmen untuk mempertahankan surplus pangan, bahkan berusaha untuk meningkatkan. Di antaranya adalah dengan menyulap lahan marjinal jadi produktif makin produktif.
 
“Hal utama lainnya adalah memastikan sarana produksi padi (saprodi) untuk para petani di Cilacap terus tercukupi. Jangan sampai ada petani yang kekurangan pupuk. Selama ini, pupuk untuk petani di Cilacap tidak ada persoalan. Dispertan untuk terus mengedukasi kepada petani, sehingga hasil panen bisa maksimal,” kata dia.
 
Dukungan penuh juga disampaikan oleh Account Executive PT Pupuk Indonesia (PI) wilayah Cilacap dan Banyumas Firmansyah Ibnu. Menurut Firmansyah, pihaknya terus mengedukasi petani terkait dengan pemupukan berimbang.

“PI mendorong kepada petani untuk melaksanakan pemupukan yang berimbang dengan memberikan sosialisasi secara kontinyu. Turunannya, ada kegiatan demplot bersama petani dan kelompok,”katanya.
 
Firmansyah menjelaskan khusus di Cilacap, kuota pupuk bersubsidi jenis urea sebanyak 38.260 ton, NPK 22 ribu ton dan petroganik 1.000 ton. Realisasi Januari-Februari untuk urea sebanyak 4.186 ton atau 11%. Sedangkan NPK sebanyak 2.970 ton atau 13 persen.

“PI memastikan penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani yang terdaftar di e-RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok) dengan 6 tepat. Yakni tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu, dan mutu,” katanya.
 
Untuk menunjang itu, maka PI menjamin ketersediaan stok pupuk di gudang, menyediakan pupuk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan tanaman serta mengembangkan inovasi melalui program digitalisasi dalam pendistribusian pupuk bersubsidi. “Inilah peran aktif PI dalam mewujudkan asta cita Presiden RI khususnya dalam program swasembada pangan,” tegasnya.

Varietas Padi Tahan Salinitas

Banyak kawasan terutama di pesisir yang tidak dapat ditanami padi jenis biasa karena mempunyai salinitas tinggi. Upaya untuk menjadikan areal marjinal menjadi lahan pertanian produktif adalah dengan pengelolaan tanah yang baik, pemupukan berimbang dan tentu saja varietas padi tahan salinitas tinggi.
 
Ahli pemulia tanaman dari Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Suprayogi mengatakan selama bertahun-tahun melakukan riset, akhirnya ia dan tim berhasil mendapatkan pengakuan  varietas yang ditemukannya yakni Inpari Unsoed 79 Agritan. Varietas berumur 100-105 hari. Rasa dan tekstur pulen dengan mutu giling premium. Produksi rata-rata pada lahan salin, tergantung tingkat salinitas air sawah dengan produksi bisa sampai 8 ton per ha.
 
“Pemanfaatan lahan salin di kawasan pesisir akan membuat kesejahteraan petani meningkat. Sawah di tanah marjinal yang sebelumnya tidak dapat ditanami atau hanya sekali setahun dapat dibuat produktif dengan penanaman dua kali dalam setahun,” katanya.
 
Sejauh ini, lanjut Prof Suprayogi, varietas Inpari Unsoed 79 Agritan telah ditanam di sejumlah kawasan pesisir dengan kadar salinitas tinggi. Hasil panennya sangat baik. Mulai dari Kota Tegal, Pemalang, Batang, Kendal, Demak, Kabupaten Semarang yang merupakan daerah dengan salinitas tinggi dan di Sragen wilayah normal.

“Waktu itu, kami mengirimkan benih 2 ton per kabupaten. Yang paling sukses adalah di Kabupaten Pemalang. Lokasinya berada di sekitar tambak-tambak. Dalam satu ha, produktivitas panen mencapai 8,5 ton,” ujarnya.
 
Kemudian, ada beberapa daerah yang meminta varietas tersebut terutama yang memiliki wilayah pesisir. Selama ini areal setempat hanya dibiarkan saja, tetapi ada upaya untuk membuat jadi produktif, sehingga mencoba varietas tahan salinitas. “Daerah lain yang minta adalah Indramayu, Cilacap, Lampung Selatan dan juga di Pidie, Aceh. Bahkan, karena jauh di Pidie mulai ditangkarkan sendiri,” ungkapnya.
 
Areal di sepanjang pesisir yang bisa dikatakan marjinal karena belum produktif optimal dilirik karena pemerintah memprogramkan swasembada pangan.

“Sebagai PT, Unsoed juga mendapat penugasan mengenai pengembangan varietas padi ini untuk lahan seluas 2.000 ha. Dengan teknik budi daya sama, pemupukan berimbang maka varietas Inpari Unsoed 79 Agritan ini akan mampu ditanam pada kawasan pesisir. Kami ikut serta mendukung pemerintah dalam program swasembada pangan,” tandasnya. (LD/E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |