Serangan Intensif Israel Tewaskan 1.001 Warga Palestina

1 day ago 5
Serangan Intensif Israel Tewaskan 1.001 Warga Palestina Situasi di Rumah Sakit Arab Al-Ahli di Kota Gaza, 24 Maret 2025.(Xinhua)

OTORITAS kesehatan yang berbasis di Gaza menyatakan sedikitnya 1.001 warga Palestina tewas dan 2.359 lainnya luka-luka sejak Israel kembali melancarkan serangan intensif pada 18 Maret di Jalur Gaza. Demikian disampaikan pada Senin (31/3) waktu setempat.

Pihak tersebut menambahkan, sebanyak 80 jenazah dan 305 korban luka dilarikan ke berbagai rumah sakit di Jalur Gaza dalam 48 jam terakhir. Bahkan masih ada sejumlah korban yang terjebak di bawah reruntuhan, tetapi ambulans dan petugas pertahanan sipil tidak dapat menjangkau.

Dengan demikian, jumlah korban tewas akibat operasi militer Israel sejak 7 Oktober 2023 telah bertambah menjadi 50.357 orang. Sedangkan korban luka-luka meningkat menjadi 114.400 orang.

Di sisi lain, kantor berita resmi Palestina, WAFA, menyatakan tentara Israel membombardir Desa Al-Masdar di Jalur Gaza tengah dan sebelah timur Jabalia, Jalur Gaza utara, pada Senin hingga menewaskan sedikitnya lima orang.

WAFA juga menginformasikan tentara Israel pada Senin juga membombardir beberapa area di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Sejauh ini, militer Israel belum memberikan komentar atas serangan-serangan tersebut.

Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia mendesak pemimpin Israel untuk menghentikan serangan terhadap Gaza.

Pembicaraan Macron dan Netanyahu dilakukan melalui sambungan telepon pada Minggu waktu setempat. Pada malam harinya, Macron mengumumkan di platform media sosial X. Dia menyerukan diakhirinya serangan terhadap Gaza untuk memulihkan gencatan senjata dan pembukaan kembali pengiriman bantuan kemanusiaan.

"Kami akan terus bekerja pada rencana rekonstruksi Arab dan pada pengembalian penting ke cakrawala politik berdasarkan solusi dua negara, yang hanya dapat membawa perdamaian dan keamanan bagi kedua bangsa," kata Macron.

Di saat yang sama, Macron menekankan tak setuju dengan rencana pemindahan paksa atau aneksasi warga Gaza. Dia juga menegaskan kembali pembebasan semua sandera dan jaminan keamanan Israel tetap menjadi prioritas bagi Prancis.

Macron juga mendesak Israel untuk secara ketat mematuhi gencatan senjata yang telah dijanjikan di Libanon. Macron menambahkan mekanisme pemantauan harus diperkuat untuk sepenuhnya memulihkan kedaulatan Libanon yang mencakup penarikan penuh Israel.

"Tuntutan ini ditujukan kepada semua pihak," ujar Macron.

Ajudan ditahan
Sementara itu, dua ajudan Netanyahu ditangkap pada Senin pagi waktu setempat terkait pengusutan kasus Qatargate. Keduanya diduga menerima duit dari pejabat Qatar untuk mempromosikan citra negara tersebut dalam memainkan peran negosiasi gencatan senjata.

Pengusutan kasus tersebut berjalan tertutup tetapi banyak media Israel melaporkan kedua tersangka ialah Eli Feldstein dan Yonatan Urich. Keduanya merupakan anggota tim media Netanyahu. Urich dan Feldstein sudah diinterogasi 12 hari yang lalu tetapi tidak ditahan.

Urich kemudian ditangkap di rumahnya. Sementara itu, Feldstein sebelumnya berstatus tahanan rumah. Penangkapan tersebut meningkatkan ketegangan politik di Israel. Netanyahu menuduh polisi menyandera dua ajudannya.

Dia mengeklaim penyelidik mengada-ada dan tanpa bukti nyata menahan Urich dan Feldstein. Tuduhan terhadap Urich dan Feldstein termasuk penyuapan, kontak dengan agen asing, pelanggaran kepercayaan, pencucian uang, dan pelanggaran pajak.

"Saya memahami sebelumnya bahwa ini adalah penyelidikan politik, tetapi saya tidak menyadari sejauh mana hal itu terjadi. Mereka menyandera Jonatan Urich dan Eli Feldstein, membuat hidup mereka sengsara tanpa alasan," kata Netanyahu dilansir Times of Israel.

Di sisi lain, Facebook memasang lebih dari 100 iklan berbayar yang mempromosikan permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki Israel. Raksasa media sosial itu diduga mendapat untung dari konten yang kemungkinan bisa melanggar hukum internasional.

Di antara iklan yang diidentifikasi juga terdapat seruan untuk pembongkaran rumah, sekolah, dan taman bermain Palestina, serta seruan penggalangan dana untuk unit militer Israel yang beroperasi di Gaza.

Perusahaan induk Facebook, Meta, menyebut semua iklan yang ditayangkan di platformnya telah melewati proses peninjauan. Beberapa iklan telah dihapus karena melanggar kebijakan internal perusahaan tersebut.

Setidaknya 52 iklan berbayar dari perusahaan real estate Israel ditemukan mempromosikan penjualan properti di Tepi Barat menargetkan pembeli dari seluruh Israel serta beberapa user di Inggris dan Amerika Serikat. Iklan-iklan itu pertama kali diterbitkan pada Maret 2024 dan banyak yang masih aktif di Facebook.

"Kami memiliki proses dan tim yang kuat untuk meninjau iklan, dan sistem peninjauan iklan kami dirancang untuk meninjau iklan sebelum ditayangkan," kata Meta kepada Al Jazeera. (I-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |