
PENGAMAT politik Universitas Diponegoro, Wahid Abdulrahman mengatakan kunjungan putra Presiden Prabowo Subianto, Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo alias Didit Prabowo ke kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat Hari Raya Idul Fitri 2025, Senin (31/3), merupakan potret dari politik silaturahmi.
“Apa yang dilakukan Didit Prabowo dengan mengunjungi Ibu Megawati dalam momentum Idul Fitri adalah bentuk Politik Silaturahmi. Sebagai anak muda sowan ke yang lebih tua, elite politik nasional,” kata Wahid kepada Media Indonesia pada Selasa (1/4).
Wahid menyatakan, Idul fitri memang seringkali dijadikan momentum untuk menjalankan politik silaturahmi yang terlihat lebih natural. Selain untuk meminta maaf, momen tersebut juga dinilai bisa mempererat persaudaraan dan menjadi ruang untuk memperkuat komitmen kebangsaan di tengah perbedaan pandangan politik.
“Inilah yang dilakukan oleh Mas Didit. Politik Silaturahmi ini menjadi keteladanan dari elit untuk membangun komunikasi di tengah perbedaan sekaligus mengurangi ketegangan,” jelas akademisi yang mengajar pada prodi Ilmu Pemerintahan itu.
Kendati demikian, Wahid menilai politik silaturahmi tersebut dapat berubah menjadi “silaturahmi politik” ketika memiliki pesan-pesan politik yang dibawa dengan tujuan politik tertentu.
“Namun demikian, nampaknya yang dilakukan Mas Didit masih sebatas politik silaturahmi kebangsaan dan kekeluargaan,” ungkapnya.
Peran Diplomasi
Sementara itu, Pakar Komunikasi Politik Hendri Satrio menjelaskan kunjungan itu memperlihatkan bahwa Didit sebagai anak presiden mampu memainkan peran diplomasi yang bisa mengendurkan intensi politik di antara para tokoh, khususnya hubungan Presiden Prabowo terhadap Mantan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri yang akhir-akhir ini nampak kurang baik.
“Kunjungan Mas Didit ke Ibu Mega untuk silaturahmi Idul Fitri ini menarik. Hebat Mas Didit bisa memainkan peran diplomasi, menenangkan publik dan mengendurkan intensi politik. Hal ini semakin menggambarkan hubungan yang sangat baik antara Megawati dan Prabowo,” tukasnya.
Lebih lanjut, Hendri menilai komunikasi anak-anak Presiden yang terlihat jauh lebih cair tersebut juga menandakan bahwa anak muda enggan ditarik ke dalam konflik kepentingan yang terjadi di antara orang tuanya.
“Kunjungan ini juga bisa diartikan penolakan anak muda (untuk) diseret ke dalam konflik politik. Coba liat Puan, dia juga luwes, nampaknya anak-anak Presiden memang menolak untuk masuk dalam konflik politik (orang tuanya),” pungkasnya. (Dev/M-3)