Neraca Perdagangan NTT Defisit Rp51 Triliun

8 hours ago 3
Neraca Perdagangan NTT Defisit Rp51 Triliun Kepala Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur, Agus Sistyo Widjajati.(Dok.BI NTT)

NERACA perdagangan Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami defisit hingga Rp51 triliun pada 2024 imbas dari tingginya ketergantungan terhadap barang dari luar daerah.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTT Agus Sistyo Widjajati menyebutkan jika di Amerika, defisit anggaran mencapai US$1,2 triliun, hal serupa juga terjadi di NTT.

"NTT sekarang mengalami defisit perdagangan, tercatat nilai eskpor keluar NTT Rp7,93 trilun, sedangkan kita membeli produk-produk dari luar NTT Rp59 triliun berarti kita defisit Rp51 triliun," katanya di Kupang, Sabtu (12/4).
 
Dengan kondisi tersebut, menurut Agus Sistyo Widjajati, ada dua pilihan yang ditempuh NTT, yakni apakah terus menjadi pasar bagi provinsi lain atau bergerak membangun NTT sesuai slogan Ayo Membangun NTT yang dicetuskan Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma.

Dia menyebutkan, NTT tidak boleh nyaman dengan kondisi saat ini, tetapi tetap bersinergi membuat produk sendiri untuk memenuhi kebutuhan di daerah. Sebanyak 30% sektor usaha di NTT ditopang dari pertanian, namun sektor ini belum digarap secara maksimal. Selain itu, usaha pertanian masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

NTT juga memiliki potensi wisata yang tidak kalah dengan daerah lain, tetapi belum dikembangkan secara maksimal untuk menarik wisatawan. Kondisi ini yang membuat banyak warga NTT memilih berwisata ke luar daerah. "Bagaimana mau kembangkan kalau kita sendiri ke luar NTT," ujarnya.

Agus juga menyinggung soal peluang investasi di NTT yang terbuka lebar seperti di sektor periwisata, pertanian dan peternakan.

Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan pemerintah telah memiliki program untuk memangkas defisit perdagangan yang sangat lebar. Beberapa program seperti mendorong masyarakat dan kantor-kantor pemerintah hingga BUMN dan perbankan mengunakan air mineral produksi NTT.

Menurutnya, sesuai perhitungan, anggaran yang dihabiskan masyarakat NTT mengonsumsi air mineral antara Rp2 triliun sampai Rp3 triliun selama satu tahun. Dari jumlah itu, permintaan air mineral NTT sekitar Rp50 miliar.  

"Kalau boleh dibantu agar yang sudah ada di NTT bisa kita substitusikan untuk memberikan penghormatan kepada produk NTT dengan baik," ujarnya.

Saat ini, lanjutnya, di ruangan gubernur dan wakil gubernur tidak lagi tersedia air mineral dari luar daerah, sudah diganti dengan air mineral produksi NTT. "Ini bagian dari kita coba mengurangi agar neraca perdagangan kita menipis," sebutnya. (E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |