
GASTROSKOPI merupakan salah satu prosedur medis yang dapat digunakan untuk mendiagnosis berbagai gangguan pada saluran pencernaan. Hal itu diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam di Siloam Hospitals Group Ignatius Bima Prasetya, dikutip Minggu (20/4).
Bima menjelaskan bahwa gastroskopi memungkinkan dokter untuk melihat langsung kondisi dalam saluran cerna pasien dengan menggunakan selang fleksibel yang di ujungnya terdapat kamera.
"Prosedur ini membantu dalam menegakkan diagnosis secara lebih akurat serta menentukan pengobatan yang sesuai bagi pasien," ujar Bima.
Menurut Bima, gastroskopi adalah prosedur medis yang sangat penting untuk mendeteksi kelainan di saluran pencernaan.
MI/HO--Dokter spesialis penyakit dalam di Siloam Hospitals Group Ignatius Bima Prasetya.
"Dengan gastroskopi, kita dapat melihat langsung kondisi dalam saluran cerna pasien dan menentukan diagnosis dengan lebih akurat," katanya.
Dengan gastroskopi, dokter dapat menilai kondisi kerongkongan, lambung, dan usus secara real-time. Prosedur ini digunakan untuk mendiagnosis berbagai gangguan pencernaan, seperti peradangan, tukak lambung, infeksi, hingga kanker lambung.
"Keunggulan utama gastroskopi dibandingkan metode lain adalah kemampuannya memberikan gambaran yang jelas, bersifat minimal invasif, serta lebih aman bagi pasien. Dengan metode ini, dokter dapat segera menentukan langkah medis yang diperlukan, termasuk pemberian terapi atau tindakan lanjut seperti biopsi," jelas Bima
Persiapan dan Syarat Gastroskopi
Sebelum menjalani gastroskopi, pasien perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk memastikan apakah pemeriksaan ini benar-benar diperlukan.
Selain itu, pasien juga mungkin perlu menjalani pemeriksaan darah guna menilai kondisi kesehatan secara keseluruhan.
"Salah satu syarat utama sebelum gastroskopi dilakukan adalah pasien diwajibkan berpuasa selama beberapa jam (sesuai dengan kondisi pasien) agar lambung dalam keadaan kosong, sehingga hasil pemeriksaan lebih optimal," ungkap Bima.
Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, termasuk apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan yang bisa memengaruhi hasil pemeriksaan.
"Apabila pasien mengonsumsi obat pengencer darah, dokter mungkin akan menyarankan penghentian sementara, jika akan dilakukan tindakan intervensi seperti pengangkatan polip, untuk mengurangi risiko perdarahan saat prosedur dilakukan," tutur Bima.
Selama prosedur berlangsung, pasien bisa diberikan anestesi umum untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat tindakan.
"Gastroskop kemudian dimasukkan melalui mulut dan diarahkan ke saluran pencernaan untuk mendeteksi adanya kelainan. Jika ditemukan kelainan, dokter bisa langsung mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium. Setelah prosedur selesai, pasien umumnya perlu beristirahat sejenak sebelum diperbolehkan pulang." jelas Bima
Gastroskopi dalam Diagnosis GERD
GERD atau gastroesophageal reflux disease adalah kondisi ketika asam lambung naik ke kerongkongan dan menyebabkan rasa nyeri serta ketidaknyamanan di dada. GERD dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada dinding esofagus jika tidak ditangani dengan baik.
“Tidak semua pasien GERD perlu menjalani gastroskopi. Diagnosis bisa dilakukan dengan pemeriksaan klinis, uji fisik, kuesioner, dan respons terhadap obat. Namun, pada kasus tertentu, gastroskopi sangat diperlukan untuk menilai tingkat kerusakan dinding kerongkongan,” papar Bima.
Pada penjelasan selanjutnya, Bima menyebutkan bahwa terdapat empat tingkatan kerusakan dinding esofagus akibat GERD, mulai dari peradangan ringan hingga kondisi yang lebih serius seperti Barrett's Esophagus, yang berpotensi berkembang menjadi kanker esofagus.
Oleh karena itu, pasien dengan gejala GERD yang semakin berat, seperti nyeri menelan, muntah darah, atau penurunan berat badan yang signifikan, disarankan menjalani gastroskopi untuk memastikan kondisi mereka dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
"Selain itu, gastroskopi juga dapat membantu dalam menilai efektivitas pengobatan GERD. Jika pasien sudah menjalani terapi tetapi masih mengalami gejala yang persisten, pemeriksaan ini bisa membantu dokter dalam menyesuaikan metode pengobatan yang lebih tepat," kata Bima.
Alarm Symptoms GERD
Beberapa tanda bahaya atau alarm symptoms yang mengindikasikan GERD sudah dalam tahap serius dan memerlukan gastroskopi antara lain:
- Ketika terasa sulit menelan (disfagia).
- Ada rasa nyeri saat menelan (odinofagia).
- Gejala bronkial berulang dan pneuminia aspirasi.
- Suara terdengar serak (disfonia).
- Batuk berulang atau sering kambuh.
- Adanya perdarahan di saluran cerna.
- Mual atau muntah yang sering terjadi.
- Nyeri persisten.
- Kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas dan terus berlanjut.
- Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).
- Adanya benjolan di bagian atas perut (epigastrum).
- Gejala tidak umum yang pertama kali muncul pada usia 44-45 tahun.
- Riwayat keluarga memiliki kanker esofagus atau kanker lambung.
"Jika pasien mengalami gejala tersebut, sangat penting untuk segera menjalani pemeriksaan lanjutan agar kondisi tidak semakin memburuk. Deteksi dini dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut, seperti penyempitan saluran esofagus atau perubahan sel yang berisiko menjadi kanker," tegas Bima. (Z-1)